Pada era akhir tahun 90an, kita mungkin pernah mendengar lagu nasyid yang dilantunkan oleh grup musik yang terdiri dari perempuan yang bernama Nasida Ria. Salah satu lagunya yang hits adalah Tahun 2000. Coba kita ingat bait liriknya, “Tahun dua ribu tahun harapan, yang penuh tantangan dan mencemaskan. Wahai pemuda dan para remaja, ayo siapkan dirimu! (Siapkan dirimu! siap ilmu! siap iman! Siap!)“
“Tahun 2000”
Dari lirik tersebut, pada tahun 2000an merupakan tahun harapan, di mana teknologi dan kemajuan zaman serta keadaan yang lebih baik dari tahun 90an pastinya yang menjadi sebuah harapan. Selain harapan ada pula sebuah tantangan, di mana arus globalisasi semakin deras menyerbu kehidupan manusia. Hingga akhirnya kini kita menghadapi era digital, seakan dunia berada dalam genggaman.
Tahun 2000an juga mencemaskan, banyak sekali kejadian termasuk bencana yang menghampiri kita. Masih ingat tsunami melanda berbagai negara termasuk Indonesia pada tahun 2004, hingga terakhir tsunami Selat Sunda di tahun 2018. Belum lagi gempa bumi, banjir, dan kini warga dunia di cemaskan oleh Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
“Tahun dua ribu kerja serba mesin, berjalan berlari menggunakan mesin. Manusia tidur berkawan mesin, makan dan minum dilayani mesin. Sungguh mengagumkan tahun dua ribu, namun demikian penuh tantangan,” begitulah lanjutan liriknya. Seakan prediksi yang menjadi nyata, fakta itulah yang kini kita rasakan bersama. Di mana berbagai sektor pekerjaan dan juga pendidikan menggunakan mesin sebagai sarana utamanya, digitalisasi pun kini menjadi program yang seiring dengan kemajuan zaman.
Namun, di balik kemajuan di berbagai bidang itu, muncul pula berbagai tantangan di dalamnya. Sebagai misal, kehidupan yang beralih melalui mesin membuat sekat kehidupan sosial di sekitar kita. Banyak kita lihat orang yang berdekatan, tapi sibuk dengan gawainya masing-masing. Makan, minum, dan kebutuhan lainnya pun kita dilayani mesin teknologi, terlihat dengan maraknya toko online yang menyediakan berbagai macam kebutuhan yang bisa kita dapatkan hanya dengan menggunakan smartphone, mulai transaksi, hingga barang tersebut sampai ke rumah kita.
Sulitnya Mencari Pekerjaan di Zaman Modern
Melihat lirik selanjutnya yang berbunyi, “Penduduk makin banyak, sawah ladang menyempit, mencari nafkah smakin sulit. Tenaga manusia banyak diganti mesin, pengangguran merajalela. Sawah ditanami gedung dan gudang, hutan ditebang jadi pemukiman. Langit suram udara panas akibat pencemaran.” Dilansir kompas.com pada 8/1/2020 (https://amp.kompas.com/skola/read/2020/01/08/060000069/jumlah-penduduk-indonesia-2020), Badan Pusat Statistik (BPS) sudah memproyeksikan jumlah penduduk di 2020.
Untuk jumlah penduduk yang ada di Indonesia, data terakhir tercatat pada tahun 2015 sebesar 238.518.000 jiwa di Indonesia, dan diproyeksikan pada 2020 akan meningkat sebanyak 271.066.000 jiwa. Begitu banyaknya jumlah penduduk di Indonesia, sehingga pembangunan pun seakan mengikis keberadaan sawah dan hutan. Banyak sawah juga hutan dijadikan pemukiman, akibatnya pencemaran udara pun tak terelakan.
Udara pun terasa semakin panas, ditambah polusi yang seakan mengepung kehidupan manusia.Lapangan pekerjaan pun terasa semakin sulit, karena beberapa di antaranya sudah menggunakan alat atau mesin. Sehingga pekerjaan yang biasa dikerjakan secara manual dari tenaga manusia pun kini digantikan teknologi. Jangankan masyarakat biasa yang bisa dikatakan berpendidikan rendah, masih banyak sarjana yang resah tak dapat kerja dikarenakan lowongan pekerjaan tak cukup menampung jumlah pengangguran yang ada.
Dan akibat melonjaknya pengangguran dapat menimbulkan tindakan kriminal, seperti pencurian, begal, dan sebagainya. Itulah yang banyak terjadi di kehidupan kita. Tercatat pada Februari 2019 angka pengangguran mencapai 5,01% atau 6,82 juta orang sebagaimana yang dilansir oleh Sindonews.com 5/11/2019 (https://ekbis.sindonews.com/newsread/1455746/34/angka-pengangguran-di-indonesia-capai-705-juta-di-agustus-2019-1572939479).
Bekalnya Keterampilan, Ilmu, dan Iman
“Wahai pemuda remaja sambutlah! Tahun 2000 penuh semangat! Dengan bekal ketrampilan, serta ilmu dan iman.” Begitulah kelanjutan bait lirik lagu dari Nasida Ria tersebut.
Pada tahun 2000an sampai kini sudah di 2020, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni akan membuat kita bertahan. Tak heran sekarang banyak sekali aplikasi dan skill yang terlihat semakin berkembang mengikuti kemajuan zaman. Kita sebagai umat Islam, haruslah turut serta mengikuti perkembangan zaman ini, di mana dakwah Islam tidak hanya melalui mimbar, tapi juga bisa melalui gambar (digital).
Saat ini banyak sekali kita jumpai media dakwah yang mulai menggunakan keterampilan dengan memanfaatkan teknologi, dan kebanyakan diinisiasi oleh anak muda. Surat kabar pun seakan tak tersentuh, karena masyarakat kita lebih banyak menikmati kabar melalui gawainya. Komik, ilustrasi, video animasi, dan juga artikel yang memuat dakwah Islam yang bisa dinikmati di mana pun dan kapan pun. Sehingga dakwah digital ini diharapkan dapat menyentuh berbagai kalangan, termasuk generasi milenial.
Dan lagu Tahun 2000 yang dilantunkan oleh Nasida Ria yang mungkin terasa asing bagi anak milenial zaman now ini, seakan menjadi nyata dan semakin nyata. Ada tantangan zaman, ada kecemasan yang datang termasuk mungkin wabah COVID-19 seperti sekarang ini, pastinya akan ada harapan agar semua ujian yang berupa virus ini segera berakhir.
Bekal untuk menghadapinya adalah ilmu keterampilan dan ilmu pengetahuan, serta iman yang kuat dan kokoh. Otoritas ilmu wahyu dan sains adalah pegangan utama kita dalam menghadapi tantangan dan juga kecemasan seperti sekarang ini, sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz Fathurrahman Kamal, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Sehingga kita sebagai umat Islam dapat menyelaraskan antara ilmu dan iman, dapat menggelorakan serta mendukung Islam yang berkemajuan.
Editor: Arif