Perspektif

Pelarangan Jalsah Salanah Jemaat Ahmadiyah: Catatan Hitam Toleransi Kita

3 Mins read

Jalsah Salanah merupakan pertemuan tahunan yang dilakukan oleh komunitas muslim jemaat Ahmadiyah. Perkumpulan ini telah dilaksanakan sejak masa pemimpin pertama jemaat Ahmadiyah yaitu Hazrat Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1891. Secara internasional, Jalsah Salanah tahun 2024 telah dilakukan pada 26 sampai 28 Juli 2024 di Inggris Raya. Pada Jalsah Salanah tahun ini tersebut, dua tokoh asal Indonesia yaitu Prof. Alimatul Qibitiyah dan Prof. Ismatu Ropi turut hadir memberikan sambutan di kegiatan akbar tersebut. 

Jalsah Salanah Sebuah Perkumpulan Penting

Bagi seluruh anggota jemaat Ahmadiyah, Jalsah Salanah bukan hanya menjadi perkumpulan tahunan secara kelembagaan. Lebih dari itu, diselenggarakannya Jalsah Salanah memiliki tujuan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Melalui Jalsah Salanah, jamaah diharapkan meningkatkan kesadaran rohani, memberbarui ketakwaan, dan menguatkan hubungan dengan Allah. Menyegarkan ketakwaan kepada Allah merupakan bentuk dari menguatkan hubungan spiritual sehingga tertuang pula dalam kehidupan yang dijalani sesuai dengan ajaran Islam. 

Selain menjadi sebuah perjalanan rohani, Jalsah Salanah juga menjadi momen untuk berisilaturahmi antar Jemaah yang berasal dari berbagai daerah bahkan negara. Bertemunya jamaah yang berasal dari berbagai latar belakang menjadi kesempatan untuk mengenal, belajar, dan memperkuat hubungan persaudaraan. Melalui hubungan tersebut akan menguatkan persaudaraan sebagai sesama jamaah sekaligus memperkuat ukhuwah Islamiyah. Berbagai tujuan acara tersebut tersebut merupakan pesan yang disampaikan oleh pendiri dan juga khalifah jemaat Ahmadiyah yang terus dijaga hingga saat ini. 

Pelarangan Jalsah Salanah 

Pada tanggal 6 hingga 8 Desember 2024, Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) berencana menyelenggarakan Jalsah Salanah. Jalsah Salanah tersebut akan diselenggarakan di Desa Manislor, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan tersebut diselenggarakan sebagai pertemuan tahunan bagi seluruh jemaat muslim Ahmadiyah di wilayah Indonesia. 

Baca Juga  Lockdown Kampung di Jogja

Sangat disayangkan, diskriminasi dan intoleransi kembali dirasakan oleh Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Kali ini, Pemerintah Kabupaten Kuningan menyatakan bahwa tidak memberikan izin untuk penyelenggaraan kegiatan Jalsah Salanah. Hal tersebut dikerenakan adanya berbagai pihak yang menolak  kegiatan tersebut sehingga dengan alasan untuk menjaga keamanan dan kondusifitas wilayah, pemerintah setempat melanggar terselenggaranya kegiatannya.

Keputusan pelarangan Jalsah Salanah Jemaat Islam Ahmadiyah 2024 menjadi titik hitam baru bagi seluruh jamaah Ahmadiyah di Indonesia. Berbagai diskriminasi dan intoleransi tidak jarang selalu ditujukan kepada jemaat Ahmadiyah. Dianggap sebagai kelompok sesat, disebut keluar dari Islam, hingga penyerangan sampai pembakaran masjid milik Jemaat Islam Ahmadiyah pernah dirasakan. 

Berbagai pihak yang berfokus pada keadilan dan toleransi, termasuk MAARIF Institute memberikan pernyataan atas pelarangan tersebu. Menurut pernyataan sikap MAARIF Institute, pelarangan Jalsah Salanah merupakan bentuk pelanggaran terhadap Hak Beragama dan Berkeyakinan. Pelarangan perkumpulan yang diselenggarakan Jemaat Islam Ahmadiyah tidak sesuai dengan Undang-undang pada Pasal 28E ayat (1) dan Pasal 29 ayat (2) yang menjamin kebebasan dalam beragama dan kepercayaan bagi seluruh warga. 

Selain itu, pelarangan Jalsah Salanah sebagai kegiatan pertemuan juga bertentangan dengan Pasal 28E ayat (3) UUD NRI 1945 yang menjamin kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengemukakan pendapat. Berdasarkan jaminan konstitusi tersebut maka sudah semestinya Jemaat Ahmadiyah Indonesia mendapatkan izin dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut dan mendapatkan jaminan keamanan yang sesuai. 

Intoleransi Tanda Belum Dewasa 

Bangsa Indonesia memiliki semboyan yang sangat dijunjung tinggi yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” berarti berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Namun hingga saat ini, masih sangat banyak yang memandang bahwa keberagaman adalah satu ancaman. Hal  tersebut yang menjadikan berbagai masalah intoleransi dan diskriminasi terhadap kelompok yang memiliki perbedaan dari penganut kebanyakan.  

Baca Juga  Jika Kita Toleran, Konflik Keagamaan Pasti Cepat Selesai

Pada kasus intoleransi dan diskriminasi yang sering ditujukan kepada Jemaat Ahmadiyah merupakan salah satu bentuk kurangnya mengenal dan memahami dengan kelompok yang berbeda. Stigma dan kabar tidak jelas diamini tanpa tabayyun  atau diskusi. Sesuatu yang diterima tanpa tabayyun tersebut kemudian didakwahkan dengan nada provokatif sehingga memunculkan aksi yang tidak Islami dan manusiawi. 

Mengenal lebih dekat dengan tabayyun dan berdiskusi akan membawa seseorang pada kegelapan hoaks menuju pencerahan yang berdasarkan ilmu. Melalui hal tersebut stigma, intoleransi, dan diskriminasi akan berganti menjadi rasa saling memahami serta menghormati. 

Mewujudkan lingkungan yang inklusif memerlukan keterlibatan berbagai pihak termasuk tokoh agama. Tokoh yang dianggap memiliki otoritas terhadap keagamaan memiliki peran penting dalam mencerdaskan umat dengan mengajarkan tabbayyun dan membuka wawasan terhadap berbagai hal. Selain itu, tokoh keagamaan juga memiliki peran dalam menanamkan nilai-nilai toleransi yang sejalan dengan ajaran agama. 

Pada penghujung tahun ini kiranya perlu untuk menjadi refleksi, harapan, sekaligus menjadi tugas bersama dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan bagi seluruh warga masyarakat terkhusus kelompok minoritas yang dimarjinalkan. 

Love For All, Hatred For None

Editor: Assalimi

Kemal Pasha Wijaya
18 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Mudik Meredup, Ketimpangan Menyala: Alarm Krisis dari Lebaran 2025

2 Mins read
Tradisi mudik Lebaran di Indonesia bukan sekadar fenomena budaya, melainkan barometer kesehatan ekonomi nasional. Lembaga Ting Tankor Indonesia (LTTI) mencatat penurunan signifikan…
Perspektif

Tradisi Lebaran, Dari Sowan Kiai Hingga Berbagi Angpao

3 Mins read
Lebaran (Idul Fitri) tidak hanya sekadar perayaan kemenangan setelah sebulan berpuasa, tetapi juga menjadi momen penting dalam memperkuat hubungan sosial, spiritual, dan…
Perspektif

Jajanan Lebaran: Merawat Tradisi, Menyambung Silaturahmi

3 Mins read
Lebaran atau Idul Fitri merupakan momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Selain sebagai hari kemenangan setelah sebulan berpuasa,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *