Bicara tentang pemuda memang tidak ada habisnya. Di tangan pemuda, masa depan peradaban bangsa, negara, bahkan umat diletakkan. Pemuda dan segala keunggulan yang dianugerahkan, memiliki peran strategis dalam menentukan posisi bangsa di dalam suatu masa. Apatah lagi dengan kondisi dunia hari ini yang tidak baik-baik saja.
Dengan kondisi seperti ini, peran aktif pemuda sebagai tonggak kebangkitan bangsa, negara, dan umat, dituntut hadir dan memberikan ruh baru, sehingga melahirkan banyak gerakan yang memberikan manfaat dan kontribusi besar pada wajah peradaban Indonesia ke depan. Sebagaimana orang-orang kampung saya menyatakan bahwa “the young today is leader tomorrow” (Pemuda hari ini adalah pemimpin yang akan datang).
Pemuda yang diharapkan oleh zaman adalah pemuda yang mampu melakukan kerja-kerja peradaban yang memberikan dampak kebermanfaatan bagi umat. Tidak dihitung seberapa besar gerakan yang dilakukan, tetapi dengan nilai-nilai kebaikan yang terasa adalah bukti nyata yang dihasilkan oleh kerja pemuda hebat.
Indonesia di tahun 2045 akan mendapatkan bonus demografi, di mana rata-rata umur penduduk Indonesia adalah pemuda yang berusia produktif. Inilah alasan mengapa pemuda sangat diharapkan dapat menyiapkan kualitas dan kemampuan dirinya. Karena untuk menginstal peradaban bangsa, negara, dan umat yang besar ini, butuh tanggung jawab besar dan peran serta pemuda.
Move On dari “Zaman Kuno”
Karena kita paham, era ini disebut sebagai masa teknologi. Di mana perkembangan teknologi yang sangat pesat ini telah menjadi sebuah gaya hidup bagi para generasi di dalamnya. Maka, bangsa yang memiliki pemuda hebat adalah bangsa yang turut berkembang dan paham, serta menguasai teknologi modern.
Salah satu indikator keberhasilan suatu bangsa di era modern adalah yang berhasil “move on” dari masa lalu. Sehingga, memasuki era milenial ini akan terus merefresh kehidupan bernegara dari berbagai aspek yang ada, karena era ini menuntut kepahaman terhadap teknologi. Persaingan yang semakin tinggi, menuntut kualitas dan kinerja manusianya terkhusus pemuda untuk lebih ditingkatkan.
Di era yang semakin ganas ini, pemuda dituntut untuk terus meningkat kemampuan dan daya saing dalam segala aspek, agar tidak menjadi korban serta budak dari teknologi. Menggunakan waktu sebaik mungkin adalah satu langkah dan modal yang baik untuk meningkatkan kemampuan diri kita sebagai pemuda. Sebaliknya, waktu yang hilang dan terbuang percuma menjadi salah satu pemicu lahirnya generasi-generasi pemuda pemalas, lemah nalar, hingga mental apatis.
Berpikir, Bergerak, dan Bermanfaat
Sebagaimana yang dikatakan oleh Tan Malaka, “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda”. Itu artinya pemuda merupakan aset berharga yang akan mengubah wajah masa depan peradaban bangsa, negara, terlebih umat ini. Pemuda harus sadar betul bahwa kemajuan pemuda sebagai tolok ukur ke arah peradaban yang berkemajuan.
Karena pemuda adalah pewaris peradaban, maka idealisme pemuda juga harus berfondasikan pada nilai-nilai yang beradab, yang mana setiap tindakannya dilandasi oleh pikiran yang selalu terpaut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai syarat utama untuk melakukan pergerakan atau gerak-gerak yang mengantarkannya pada hasil yang bermanfaat untuk kehidupan bersama. Karena dengan tindak pikir yang terpaut pada nilai-nilai ilahiyyah, maka akan menghasilkan persentase keberhasilan yang tinggi.
Di dalam sejarah Islam, banyak figur pemuda yang bisa kita jadikan sebagai contoh akan hal di atas. Sebut saja salah satunya adalah Khalifah Abdurrahman An Nashir. Pada usia 21 tahun, beliau telah memimpin Andalusia mencapai puncak keemasannya. Dengan memanfaatkan kemampuan dan “jiwa muda” nya, beliau mampu membuat kemajuan dalam bidang sains yang tiada dua pada zamannya.
Tiga Kunci Sukses Pemuda
Ada tiga kunci sukses bagi pemuda Islam di dalam menghadapi era teknologi yang semakin pesat ini. Tiga kunci itu adalah ilmu pengetahuan agama, pergaulan atau jaringan, dan pengalaman.
Pertama, dengan ilmu pengetahuan agama yang mumpuni, niscaya ilmu tersebut akan menjadi fondasi diri yang kokoh. Karena banyak sekali pemuda yang sukses dunianya, memiliki banyak kekayaan, tetapi dasar pengetahuannya terhadap agama ini kurang, bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini tentu menjadi satu kelemahan tersendiri bagi kemajuan umat ke depannya.
Kedua, selain ilmu pengetahuan agama, seorang pemuda dituntut untuk memiliki dan membangun jaringan pergaulan seluas dan sebanyak mungkin. Dengan begitu, nantinya ia akan mudah untuk membangun satu tim masyarakat muda yang solid untuk menunjang “new peradaban”.
Ketiga, yakni pengalaman. Dengan pengetahuan agama yang kuat, maka akan menjadi dasar kokoh. Jaringan atau pergaulan akan membentuk seorang pemuda dalam memiliki pengalaman yang banyak. Namun, tetap harus disaring akan setiap dampak dari ketiga hal tersebut.
Terakhir, yang harus disiapkan selain dari ketiga hal tersebut adalah kemampuan dalam mengeksekusi ide-ide dari jiwa muda yang masih segar, menjadi sebuah gerakan yang bermanfaat. Tentu dengan landasan visi dan misi yang jelas untuk bertindak, berpikir, bergerak, dan menghasilkan gerakan, serta wadah yang bermanfaat untuk menyambut “new peradaban”.