Perspektif

Pemuda Negarawan: Mitos atau Realitas?

3 Mins read

Di antara hal urgen dalam konteks kebangsaan saat ini adalah meneguhkan pemuda negarawan. Seorang negarawan telah selesai dengan dirinya sendiri. Orientasi yang hendak dibangun adalah kepentingan kebangsaan. Seorang negarawan membangun Indonesia dengan semangat kemajuan yang termaktub dalam Muqaddimah UUD 1945.

Meresapi 75 tahun kemerdekaan Indonesia, rasanya kita semakin memerlukan pemuda-pemuda negarawan. Pemuda yang memikirkan masa depan bangsa.

Pemuda Negarawan

Pertanyaan krusial bagi pemuda negarawan terwakili misalnya, sudahkah pembangunan ekonomi bangsa berpangku pada ekonomi Pancasila? Sudahkah keadaban politik bangsa mencerminkan kepribadian Pancasila? Sudahkah pendidikan dan kebudayaan bangsa merefleksikan moralitas falsafah Pancasila? Dan seterusnya.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, pemuda negarawan hadir di tengah pergumulan kehidupan bangsa, mengurai persoalan, dan memastikan langkah keindonesiaan sesuai dengan kiblat yang telah dipatrikan oleh pendiri Republik Indonesia.

Pada 2 Mei 1932 Pemuda Muhammadiyah didirikan. Hari ini, usia pemuda Muhammadiyah telah sampai di tangga 89 tahun. Saya percaya, 89 tahun usia Pemuda Muhammadiyah, dimana jiwa dan laku organisasi ini telah terbukti bersebati dengan tujuan Republik Indonesia, akan mampu melahirkan pemuda-pemuda negarawan tersebut.

Keteladanan para aktivis muda Muhammadiyah seperti pemuda Fakhrudin, Soekarno, pemuda Sudirman, pemuda Agus Salim, pemuda Mas Mansur, pemuda Kasman Singodimejo, pemuda Abi Kusno Cokrosunjoyo, pemuda M. Roem, Pemuda Abdul Kahar Muzakir, pemuda Juanda, pemuda Hamka, dan pemuda lainnya sangat perlu kembali “dihidupkan” dan diteladani oleh Pemuda Muhammadiyah saat ini.

Dalam kondisi bangsa belum merdeka, menapaki fase awal kemerdekaan, dan mengisi kemerdekaan para senior aktivis muda Muhammadiyah telah berhasil mewariskan ruh kenegarawanan untuk bangsa Indonesia. Para pemuda negarawan itu hadir tidak hanya untuk dirinya sendiri, tidak semata untuk organisasinya, tidak untuk keluarganya, tidak untuk golongannya, mereka berbakti untuk bangsa Indonesia.

Baca Juga  Pluralisme Otentik ala Muhammadiyah

Tidak Mungkin atau Sangat Mungkin?

Nama-nama yang disebutkan di atas hanyalah sebagian kecil saja untuk disampaikan. Kalau hendak ditulis semuanya, tentulah tak cukup ruang ini menuliskannya. Mereka pun ada di mana-mana. Ada di kota, ada di desa. Ada di gedung pemerintahan, ada di gedung sekolah. Ada di pasar, ada di sawah, kebun dan lautan. Ya, pemuda negarawan sejatinya tidak hanya mereka yang bertengger di pemerintah, melainkan ada di ruang sosial manapun, sepanjang mereka istiqomah memberikan bakti pada Republik Indonesia.

Sehingga tidak berlebihan rasanya jika pada milad ke 89 Pemuda Muhammadiyah, para aktivis Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia mengangkat tema, “Meneguhkan Pemuda Negarawan.” Tema ini memberi pesan bahwa mewujudkan pemuda negarawan bukan hal baru bagi Pemuda Muhammadiyah. Organisasi ini telah berkontribusi pada bangsa Indonesia dengan melahirkan banyak pemuda negarawan.

Di era kekinian, Pemuda Muhammadiyah merasakan ada kerinduan yang mendalam dengan para senior tersebut. Dan kerinduan itu mungkin saja belum sepenuhnya tersampaikan. Menghidupkan senior negarawan itu tentu tidak mungkin. Namun “menghidupkan” jiwa dan semangat negarawan merupakan sesuatu yang sangat mungkin.

Kerinduan untuk “bersua” dengan pemuda negarawan itu tentunya dilakukan dengan menumbuhkan semangat baru untuk meneguhkan pemuda negarawan kontemporer.

Belajar dari Sudirman dan Kasman

Kita bisa menyegarkan kembali apa pesan pemuda Sudirman tentang pentingnya kedaulatan penuh atas wilayah Indonesia. Sudirman berkata, “Pertahankan kemerdekaannya sebulat-bulatnya. Sejengkal tanah pun tidak akan kita serahkan kepada lawan, tetapi akan kita pertahankan habis-habisan. Meskipun kita tidak gentar akan gertakan lawan itu, tetapi kita pun harus selalu siap sedia.”

Resapilah betapa dalam nya pesan Pemuda Sudirman tersebut. Kata-kata pemuda Sudirman memang menginspirasi dan menggerakkan. Bukan saja sejak menjadi Panglima, jauh sebelum itu Sudirman telah berpengaruh di kalangan pemuda. Bagi kader pemuda Muhammadiyah, Sudirman juga berpesan, “Jadi kader Muhammadiyah itu berat. Kalau ragu dan bimbang, lebih baik pulang.” Sudirman adalah salah satu potret saja dari kepribadian pemuda negarawan yang lahir dari rahim pemuda Muhammadiyah.

Baca Juga  Fungsi KOKAM Sudah Selesai, Kenapa Tidak Bubar Saja?

Pemuda sejati yang juga kader Muhammadiyah lainnya, Kasman Singodimejo, suatu saat berkunjung ke rumah kontrakan Agus Salim, salah seorang kader muda Muhammadiyah lainnya pula. Pemuda Kasman sangat tertegun dengan kesederhanaan Agus Salim, putra Minangkabau yang mahir berbagai bahasa asing itu. Kebersahajaan Agus Salim itu, digambarkan oleh Kasman dengan kata-kata, “Jalan pemimpin bukan jalan yang mudah. Memimpin adalah jalan yang menderita. Seperti bunyi pepatah kuno Belanda: leiden is lijden—memimpin adalah menderita.”

Kisah pemuda Kasman tentang Agus Salim memberi pesan kepada kita kader-kader bangsa, bahwa menjadi pemimpin bukan jalan kemewahan. Menjadi pemimpin bukan berorientasi ke hedonisme. Agaknya Agus Salim, Kasman, Sudirman, dan pemuda negarawan lainnya paham betul pesan yang tertuang dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 128 bahwa memimpin itu harus siap memikul beban umat yang dipimpin.

***

Tantangan meneguhkan pemuda negarawan tentu tidak ringan. Banyak sekali godaan yang sering kali membelokkan arah. Diperlukan kesungguhan, Komitmen, dan bahkan jihad. Ya, jihad, dalam makna bersungguh-sungguh dalam meneguhkan pemuda negarawan. Pun tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia juga tidak sederhana. Di usia 75 tahun Indonesia merdeka, masih menyisakan banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakan untuk memajukan rumah bangsa. Yang pasti pemuda Muhammadiyah harus mengambil tanggungjawab agar rumah besar Indonesia ini tidak dihempaskan oleh apa yang Antony Giddens sebut dengan “Juggernaut.”

Semoga Pemuda Muhammadiyah istiqomah menumbuhsuburkan jiwa dan ruh kebangsaan seorang negarawan di dalam dada seluruh kader Pemuda Muhammadiyah saat ini.

Selamat Milad ke-89 Pemuda Muhammadiyah, semoga Ihtiar meneguhkan pemuda negarawan menemui jalannya. Amin.

Editor: Nabhan

Related posts
Perspektif

Moderasi Hilirisasi Haji

3 Mins read
Dalam beberapa tahun terakhir, hilirisasi haji telah menjadi sorotan penting di Indonesia. Berangkat dari visi untuk memberikan pelayanan haji yang berkualitas dan…
Perspektif

AI dan Masa Depan Studi Astronomi Islam

4 Mins read
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan program komputer yang dirancang dan dihadirkan untuk dapat meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan,…
Perspektif

Pendidikan sebagai Dasar Pembentuk Nilai Hidup

3 Mins read
“Pendidikan (opvoeding) dan pengajaran (onderwijs) merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds