Perspektif

Pendidikan dan Emansipasi Perempuan Lintas Zaman

4 Mins read

Berbicara tentang emansipasi perempuan tidak hanya berfokus pada kesetaraan antara perempuan dan laki-laki untuk memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai bidang. Namun bagaimana perempuan tidak tertinggal, tetap maju dan berkembang dari waktu ke waktu tanpa menghilangkan jati dirinya.

Membahas Emansipasi dan gender bukan menjadi hal langkah untuk di temui, bahkan cukup banyak kaum adam mengatakan mengapa Emansipasi dan gender selalu menjadi perbincangan.

Padahal, bukankankah perempuan sekarang sudah banyak yang memberikan sumbangsi dan kontribusi besar di berbagai bidang? Faktanya masih banyak juga perempuan mengalami insecure terhadap kaum laki-laki. Disinilah kenapa perempuan di tuntut untuk cerdas melalui pendidikan formal maupun nonformal.

Sepak Terjang Perempuan

Islam memberikan kedudukan yang tinggi terhadap perempuan, banyak terdapat di Al-Quran dan hadits mengenai perempuan. Pada masa kenabiaan ada Khadijah binti Khuwailid yang memiliki gelar ummul mu’minin. Orang-orang Quraisy menyebutnya pemimpin wanita Quraisy.

Khadijah merupakan perempuan pertama yang beriman kepada Allah dan Rasulnya serta membenarkan risalahanya. Khadijah senatiasa ikut serta berpartisipasi dalam memikul bedan dakwah Rasulullah. Selain Khadijah, Aisyiyah juga membentangkan sayapnya untuk memberikan teladan bagi kaum perempuan.

Aisyiyah binti Abu Bakar, sebagaimana Khadijah, Aisyiyah mendapatkan gelar Ummul Mu’minin. Peran dan kapabilitas intelektual yang dimiliki yang jadikannya perempuan yang cerdas. Sayyidah ‘Aisyiyah hidup setelah Rasulullah, untuk meluruskan pandangan masyarakat mengenai wanita Arab.

‘Aisyiyah menghimpun seluruh dimensi ilmu-ilmu keislaman, tampil sebagai sosok wanita ahli tafsir, alim, ahli Hadits, ahli Fiqh dan kedokteran, dialah yang dinyatakan oleh Rasulullah bahwa ‘Aisyiyah seperti bubur tabur roti atas segala jenis makanan. ‘Aisyiyah menunjukkan bahwa perempuan muslimah juga memegang peran signifikan dalam sejumlah aspek jihad.

Baca Juga  Menimbang Kiprah Tiga Tokoh Pendidikan Muhammadiyah di Pemerintahan

Disebutkan bahwasannya pada waktu perang Uhud ‘Aisyiyah bersama beberapa istri kaum muslimin bertindak menjadi tenaga medis yang menolong tentara yang sakit, mengobati yang luka-luka, meminumi pasukan. ‘Aisyiyah juga memiliki peran yang cukup istimewa dalam perang Khandaq (Parit).

*** 

Di ruang lingkup Muhammadiyah Tokoh Emansipasi Perempuan yaitu Nyai Ahmad Dahlan. Ia mempelopori kelompok Gerakan Perempuan pertama di Indonesia, yaitu Sopo Tresno. Kelompok ini awalnya di beri nama Fatimah namun berganti menjadi ‘Aisyiyah. Melalui ‘Aisyiyah Nyai dahlan mendirikan sekolah dan asrama putri. Nyai merintih gerakan ini dengan memberikan pendidikan kepada kaum perempuan yang di kauman. Perjuangan dan pengorbanan Nyai Dahlan atas mendidik penerus kaum perempuan, Hingga ‘Aisyiyah tetap berdiri tokoh hari ini.

Selain Nyai Ahmad Dahlan sosok Siti Baroroh sempat membuat geger dunia pendidikan nasional. Ia berhasil mencetak sejarah menjadi Profesor Perempuan pertama di Indonesia pada usia 39 tahun. Perempuan lulusan Universitas Al-azhar Mesir ini diangkat sebagai guru besar Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada (UMG) Yogyakarta pada 12 Oktober 1964.

Ini merupakan suatu yang istimewa, karena perempuan yang juga berkuliah di Universitas Al-azhar Mesir ini berhasil memberikan pembuktian dan wujud perjuang dalam hal emansipasi perempuan. Apa lagi kala itu sangat langka perempuan bisa melanjutkan pendidikan di luar negeri.

Sebagai bentuk emansipasi perjuangan, Siti Baroroh gigih mengangkat harkat dan martabat kaum hawa melalui pendidikan serta terus berupaya mencurahkan perhatian untuk menegakkan hak-hak perempuan. Siti Baroroh termasuk Pemimpin ‘Aisyiyah terlama, ia menjabat selama 5 periode berturut-turut sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dimulai pada periode 1965-1968 sampai pada periode kelimanya 1978-1981.

Selama masa kepemimpinannya, Siti Baroroh banyak melakukan pengembangan pendidikan pra sekolah, yaitu Taman Kanak-kanak Bustanul athfal ‘Aisyiyah maupun sekolah kebidanan dan keperawatan.

Baca Juga  Benarkah Banjir Salah Anies?

Selain berkiprah di Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ia menjalin relasi dengan badan Internasional seperti UNICEF, UNESCO, WHO, dan masih banyak lagi. Beliau juga selalu membawah nama ‘Aisyiyah ke forum-forum Global.

Pendidikan dan Perempuan

Dua elemen yang berbeda antara pendidikan dan perempuan, namun tidak dapat dipisahkan. Sistem pendidikan yang tidak menyertakan perempuan bukanlah esensi dari pendidikan. Kenapa perempuan harus berpendidikan? Karena Perempuan memiliki peranan penting dalam pendidikan.

Salah satu contoh kongkretnya perempuan akan menjadi seorang ibu, ibu yang akan menjadi madrasah pertama bagi anaknya. Sudah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa anak yang cerdas lahir dari ibu yang cerdas terlepas dari kuasa tuhan. Selain itu perempuan yang berpendidikan akan paham pentingnya pendidikan.

Sehingga saat menjadi ibu, ia akan mendukung utama dan memiliki andil yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya. Bukan bearti tugas mendidik hanya diberikan pada perempuan semata. Laki-laki juga berpengaruh berpengaruh pada proses pendidikan. Namun tidak seotentik seorang ibu karena ibu memiliki keterkaitkan batin yang kuat.

Pemikiran terhadap pentingnya pendidikan tak hanya di layangkan oleh pemikiran barat saja. Namun dalam konteks lokal juga begitu, memperjuangkan perempuan untuk memperoleh pendidikan. Seperti yang telah dicontohkan oleh tokoh-tokoh pelopor dan penggerak Pendidikan perempuan di awal.

Pendidikan memegang peranan bagi kehidupan apa lagi untuk keberlangsungan seorang perempuan. Tak ada alasan lagi bagi perempuan untuk tidak mendapatkan pendidikan yang layak.

Wujud Nyata Peran Perempuan Masa Kini

Perempuan sudah memiliki kesempatan yang sama, kesempatan untuk berpartisipasi di berbagai sektor kehidupan untuk membangun negara. Berbagai peraturanpun telah di keluarkan untuk memenuhi dan melindungi hak-hak perempuan seperti Undang-undang No. 23 Tahun 2004.

Baca Juga  Belajar Hak Asasi Manusia dari Jerman

Perempuan kini semakin diperhitungkan keberadaannya. Namun tidak semua keadaan ini dipahami secara keseluruhan masyarakat yang masih belum tau atau sengaja menutup mata atas hak-hak kaum perempuan. Masih banyak stigma yang menanggap perempuan hanya sebagai pelengkap dalam keluarga dan masyarakat.

Di sini peran perempuan sangat dibutuhkan, terlebih lagi perempuan sudah mulai berorientasi, aktif dan menjadi perempuan yang mandiri. Tidak terbantahkan memang adagium yang menyatakan jika perempuannya baik maka akan baik pula negara tersebut.

Begitu pula sebaliknya, ini menyatakan bahwa perempuan menaruh pengaruh besar terhadap maju mundurnya suatu negara. Ini kenapa perempuan harus cerdas karena perempuan punya hak untuk membela kaum perempuan lainnnya.

Di muhammadiyah sendiri begitu menjunjung tinggi perempuan melalui ‘Aisyiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, serta ortonom Muhammadiyah yang melibatkan perempuan. Sebagai wadah menampung aspirasi, sebagai jalan untuk terus bergerak, sebagai tempat untuk berkarya. Karena perempuan Aisyiyah dan Muhammadiyah, selalu ditanamkan jiwa srikadi oleh Nyai Dahlan. 

Namun perempuan juga harus tetap ingat, bahwa memperjuangkan hak-hak kaum perempuan begitu mulia, tapi tetap bejalan pada jalur yang benar sesuai tuntunan Islam.

Bagi Ibunda Siti Baroroh pada buku tentang perempuan Islam: Wacana dan gerakan,

“Seorang perempuan bisa di terima untuk mempunyai karier di luar rumah. Hanya saja, saat bersamaan ia harus memperhatikan tertib perilaku yang selama ini diasosiasikan dengan kondrat dasar perempuan”. 

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Raden Fatah Palembang, Ketua PC IPM Ilir Timur 1 Palembang Bidang Advokasi, Kader Hijau Muhammadiyah Sumatera Selatan
Articles
Related posts
Perspektif

Perlukah Muhammadiyah Menunda Penggunaan KHGT?

3 Mins read
Diskusi seputar hisab dan rukyat menjadi isu yang menarik setiap menjelang Ramadan. Apalagi dimungkinkan terjadinya perbedaan dalam memulai dan mengakhiri Ramadan. Kalender…
Perspektif

Ketika Ustadzah Ba’alawi Bangun Otoritas Keagamaan Baru di Ruang Publik

2 Mins read
Di tengah-tengah perdebatan tentang nasab para habaib keturuan Ba’alawi, nyatanya tidak menyurutkan semangat untuk melihat sisi lain dari kehadiran kaum hadrami di…
Perspektif

Ternyata Ada 8 Madzhab Fiqih, 4 Diantaranya Jarang Diketahui!

4 Mins read
Dalam agama Islam, dikenal istilah mufti yang sering diartikan sebagai seorang mujtahid. Istilah yang dimaksud cukup masyhur khususnya pada konteks fiqih, dengan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds