Falsafah

Pendidikan Progresif ala John Dewey

3 Mins read

Pendidikan progresif adalah sebuah konsep pendidikan yang berfokus pada perkembangan anak secara menyeluruh, baik dari sisi intelektual, emosional, maupun sosial. Konsep ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran seorang filsuf dan pendidik asal Amerika, John Dewey.

Dewey dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam aliran pendidikan progresif yang menekankan pentingnya pengalaman, pembelajaran aktif, dan relevansi dalam pendidikan. Melalui pandangannya, Dewey mencoba merombak sistem pendidikan tradisional yang lebih bersifat kaku dan otoriter.

Latar Belakang John Dewey

John Dewey lahir pada 20 Oktober 1859 di Burlington, Vermont, Amerika Serikat. Dewey tidak hanya seorang filsuf, tetapi juga seorang psikolog dan pendidik yang berpengaruh besar dalam bidang pendidikan. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah mengembangkan teori pendidikan progresif, yang mengutamakan pengalaman sebagai pusat pembelajaran.

Dewey menolak sistem pendidikan yang terlalu berfokus pada pengajaran teori tanpa keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran. Baginya, pendidikan seharusnya membantu siswa untuk memahami dunia mereka dengan cara yang lebih langsung, melalui pengalaman nyata dan refleksi yang mendalam. Dalam hal ini, Dewey melihat pendidikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan, bukan hanya sebagai cara untuk memperoleh pengetahuan.

Prinsip Utama Pendidikan Progresif Dewey

1. Pendidikan berbasis pengalaman

    Salah satu prinsip utama dalam pendidikan progresif Dewey adalah pentingnya pengalaman langsung dalam proses belajar. Dewey percaya bahwa pengetahuan tidak bisa hanya diberikan melalui ceramah atau buku teks, tetapi harus didapatkan melalui pengalaman yang berarti. Siswa belajar lebih baik ketika mereka terlibat dalam kegiatan yang menghubungkan teori dengan praktik.

    Misalnya, alih-alih hanya membaca tentang eksperimen ilmiah, siswa lebih baik jika mereka dapat melakukan eksperimen tersebut sendiri. Dengan demikian, siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan mengingat pelajaran lebih lama.

    Baca Juga  Melihat Fenomena Puasa dari Kacamata Durkheim

    2. Pembelajaran aktif

    Dewey sangat menekankan bahwa siswa harus menjadi bagian aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini berbeda dengan pendekatan pendidikan tradisional yang lebih bersifat pasif, di mana siswa hanya menerima informasi dari guru.

    Dewey berpendapat bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk mengeksplorasi ide-ide mereka, bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dalam model pendidikan progresif, siswa diajak untuk terlibat dalam kegiatan kolaboratif yang mengasah kemampuan sosial dan intelektual mereka.

    3. Keterlibatan sosial

    Dalam pendidikan progresif Dewey, pendidikan tidak hanya dianggap sebagai hal yang berfokus pada pengembangan individu saja, tetapi juga harus memperhatikan aspek sosial. Dewey berpendapat bahwa sekolah seharusnya menjadi tempat di mana siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, berkolaborasi, dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Oleh karena itu, proses pembelajaran di sekolah harus mencakup pembelajaran sosial yang memperkenalkan siswa pada nilai-nilai demokrasi, kerjasama, dan tanggung jawab sosial.

    4. Menekankan proses, bukan hanya hasil

    Dewey berfokus pada proses pembelajaran, bukan hanya hasil akhirnya. Dia berpendapat bahwa pembelajaran yang efektif adalah ketika siswa terlibat aktif dalam proses tersebut. Sebuah eksperimen, tugas, atau proyek adalah lebih dari sekadar untuk menghasilkan jawaban atau produk akhir, melainkan juga sebuah kesempatan untuk belajar melalui percakapan, pertanyaan, kesalahan, dan refleksi. Dengan demikian, siswa dipersiapkan untuk menghadapi tantangan di dunia nyata yang seringkali tidak memiliki jawaban pasti dan jelas.

    5. Sekolah sebagai laboratorium sosial

    Dewey melihat sekolah sebagai “laboratorium sosial” di mana siswa bisa mempraktekkan kehidupan sosial mereka dalam konteks yang lebih terstruktur dan bimbingan dari pendidik. Di dalam lingkungan sekolah yang demokratis, siswa diajarkan untuk bekerja bersama, menghargai perbedaan, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif. Hal ini memberikan mereka pengalaman praktis dalam kehidupan demokrasi yang lebih luas.

    Baca Juga  Kritik Antroposentrisme: Alam (Bukan) untuk Manusia Saja

    Pengaruh Pemikiran Dewey dalam Pendidikan Modern

    Pemikiran John Dewey sangat memengaruhi berbagai sistem pendidikan di dunia. Pendekatan-pendekatannya yang berbasis pada pengalaman dan partisipasi aktif menginspirasi banyak sekolah untuk merancang kurikulum yang lebih relevan dengan kehidupan nyata siswa. Beberapa dampak utama dari pemikiran Dewey antara lain:

    a. Kurikulum yang fleksibel dan interdisipliner

    Dewey mendorong pengembangan kurikulum yang lebih fleksibel dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Kurikulum tidak hanya mengajarkan subjek secara terpisah, tetapi juga menekankan hubungan antara berbagai bidang ilmu.

    Misalnya, matematika, ilmu alam, seni, dan bahasa dapat dipelajari secara bersama-sama dalam proyek yang menghubungkan berbagai disiplin tersebut, sehingga siswa dapat melihat relevansi materi dengan kehidupan sehari-hari.

    b. Pendidikan demokratis

    Salah satu warisan terbesar Dewey adalah ide tentang pendidikan demokratis, di mana siswa belajar untuk menjadi bagian dari masyarakat yang aktif dan bertanggung jawab. Pendidikan harus mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam proses sosial dan politik, memahami hak dan kewajiban mereka, serta belajar cara bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Ini berkontribusi pada pembentukan karakter dan kewarganegaraan yang baik.

    c. Sekolah yang lebih menyenangkan dan bermakna

    Pendidikan progresif Dewey mengubah sekolah menjadi tempat yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran yang interaktif dan berbasis pada minat serta pengalaman siswa membuat pendidikan menjadi lebih menarik. Siswa diajak untuk belajar dengan cara yang lebih kreatif, kritis, dan relevan dengan kehidupan mereka.

    Kritik Terhadap Pendidikan Progresif Dewey

    Meskipun pemikiran Dewey tentang pendidikan progresif telah memberikan dampak besar, pendekatan ini tidak lepas dari kritik. Beberapa pihak menganggap bahwa pendidikan progresif terlalu menekankan pada pengalaman individual dan kurang fokus pada pencapaian akademik yang spesifik. Ada juga kritik bahwa model ini dapat menyebabkan kurangnya struktur dan disiplin di dalam kelas.

    Baca Juga  Berjalan di Atas Keyakinan yang Ekstrim

    Namun, banyak juga yang berpendapat bahwa pendidikan progresif Dewey memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap pendidikan abad ke-21 yang semakin mengarah pada pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran kolaboratif, dan penggunaan teknologi dalam proses pendidikan.

    Kesimpulan

    Pendidikan progresif yang dicetuskan oleh John Dewey membawa perubahan besar dalam cara kita memandang proses belajar mengajar. Konsep-konsep utama yang diajukan Dewey, seperti pengalaman langsung, pembelajaran aktif, dan pendidikan sosial, telah membentuk dasar bagi banyak praktik pendidikan modern.

    Meskipun terdapat kritik terhadap pendekatan ini, ide-ide Dewey tetap relevan dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih berorientasi pada pengembangan karakter dan kemampuan berpikir kritis siswa. Pendidikan progresif bukan hanya tentang memperoleh pengetahuan, tetapi juga tentang mengembangkan kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup dengan keterampilan yang lebih luas dan mendalam.

    Editor: Soleh

    Izzat Ibrahim Imammudin Mohtar
    1 posts

    About author
    Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan Sains Al-Ishlah (STIQSI) Lamongan
    Articles
    Related posts
    Falsafah

    Cara Filsafat Memandang Seni

    2 Mins read
    Keindahan memang bukan inti dari seni, tetapi keindahan itu merupakan sesuatu yang begitu melekat pada seni. Sebab keindahan bukan hanya terletak pada…
    Falsafah

    Ivan Illich dan Kritik Terhadap Dekolonisasi Institusi

    4 Mins read
    Selayang tentang Ivan Illich Ivan Illich, filsuf dan teolog berkebangsaan Austria, lahir di Wina pada 4 September 1926. Ia memulai perjalanan akademisnya…
    Falsafah

    Filsafat adalah Induk Ilmu Pengetahuan

    5 Mins read
    Pada asalnya, filsafat Islam tidak mengenal pembagian cabang-cabang filsafat sebagaimana terdapat dalam filsafat Barat, seperti metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Dua yang pertama…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    This will close in 0 seconds