Opini

Pendidikan yang Memuliakan

3 Mins read

Bagaimana Proses pembelajaran di era AI ? “Mohon bantuannya untuk membuat overview dari buku yang saya lampirkan dalam bentuk dua paragraf deskriptif yang komprehensif. overview ini terdiri dari nama editor, penjelasan mengapa buku ini dibuat, bagaimana kontribusi buku ini dan isian dari masing-masing chapter dari buku ini. Kamu juga bisa mengutip secara langsung tulisan dari buku ini agar dapat memberikan penguatan atas pernyataan yang mau kamu konstruksi.”

Kira–kira begitulah murid akan membuat perintah kepada AI untuk melakukan overview terhadap sebuah buku. Murid yang pintar adalah yang kreatif dalam membuat perintah sehingga menghasilkan kerangka berfikir yang baik. Jika guru tidak segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Maka murid–murid kita akan menjadi manusia yang hidupnya tergantung AI dengan bisa jadi terkikis nilai–nilai kemanusiaannya.

Memuliakan Guru dan Murid

Era digital membawa transformasi besar dalam cara belajar dan mengajar. Namun di balik kemajuan ini, ada satu aspek yang tetap perlu dijaga, yaitu penghormatan dan pemuliaan terhadap guru dan murid. Memuliakan guru berarti mengakui peran mereka sebagai pemandu moral dan intelektual dalam membentuk karakter dan kecerdasan generasi muda. Sementara memuliakan murid berarti memberikan ruang untuk kreativitas dan partisipasi aktif mereka dalam proses pembelajaran.

Pemuliaan terhadap guru sesungguhnya tidak sekadar bersumber pada pangkat, jabatan dan profesi belaka. Melainkan tercermin dalam martabat, perilaku dan etika yang terus dijunjung tinggi (Ruslin, 2023). Guru yang mulia tumbuh dari kemampuannya untuk menjadi tauladan yang memiliki kedalam ilmu dan rasa kasih sayang terhadap murid.

Di sisi yang sama, pemuliaan terhadap murid itu berangkat dari kesadaran bahwa mereka hakikatnya adalah pribadi amnusia yang memiliki potensi ilahi untuk tumbuh. Guru dalam konteks ini, menjalankan peran suci untuk menuntun potensi tersebut agar terus berkembang dengan baik dan benar.

Baca Juga  Daftar Lima Pesantren Besar di Jawa Timur

Nilai Dasar Relasi Guru dan Murid dalam Pembelajaran

Nilai dasar (basic value) pemuliaan terhadap relasi guru dan murid seharusnya menjadi fondasi utama setiap interaksi yang terjadi, baik di dalam maupun di luar kelas. Menurut penulis, nilai-nilai dasar pemuliaan itu berangkat dari beberapa nilai: pertama, rasa hormat. Dalam konteks ini, guru dan murid idealnya bisa membangun interaksi saling menghargai dengan menyadari bahwa keduanya memiliki peran yang berbeda namun sama pentingnya dalam proses pendidikan.

Guru harus menghargai potensi dan kemampuan para murid, serta mendukung perkembangan individu mereka dengan cara yang tepat. Sebaliknya, murid seyogianya menghargai posisi guru sebagai pendidik yang memberikan ilmunya dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab.

Rasa hormat itu juga mencakup sikap saling mendengarkan dan memahami satu sama lain. Dalam realitas pendidikan, kerap kali tumbuh perbedaan pandangan antara guru dan murid. Penghargaan terhadap perbedaan itulah yang akan menciptakan susana kondusif untuk bertumbuh bersama.

Kedua, tanggung jawab. Guru memiliki tanggung jawab untuk memberikan pengajaran yang berkualitas dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran. Di sisi yang sama, murid hakikatnya memiliki tanggung jawab untuk mengikuti pelajaran dengan serius, menyelesaikan tugas dengan baik dan berusaha untuk terus berkembang secara pribadi. Tanggung jawab ini tentu bukan sekadar menyangkut aspek akademik belaka, melainkan juga berkaitan derat dengan sikap disiplin dan etika dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, kesetaraan dan keterbukaan. Di ruang kelas, seharusnya tumbuh kesadaran bahwa tidak ada tempat untuk perbedaan status sosial atau ekonomi. Semua harus diperlakukan dengan adil, dan setiap orang berhak untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk terus belajar dan berkembang. Dalam konteks ini, pemuliaan terhadap guru dan murid bukan berarti mengutamakan satu pihak dari pihak yang lain, lebih dari itu, ia adalah upaya untuk menciptakan hubungan saling mendukung dan memperkaya.

Baca Juga  Islam Progresif: Kontestasi Pemikiran Islam di Indonesia

Keterbukaan dalam pendidikan dan proses pembelajaran itu bermakna kehendak untuk membangun sikap saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Di era digital seperti sekarang, keterbukaan juga berarti bahwa pendidikan harus mengakomodasi perkembangan teknologi yang dapat mempermudah akses ke informasi.

Pendidikan yang Memuliakan Dasar Pembelajaran Mendalam

Pembelajaran mendalam adalah pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu.

Pendekatan pembelajaran mendalam adalah pondasi dalam interkasi di dalam kelas untuk menciptakan suasana yang saling memuliakan. Dalam pembelajaran mendalam pendidikan yang memuliakan adalah pendidikan yang menghargai setiap individu.

Menempatkan manusia sebagai pusat dari setiap proses belajar mengajar, dengan menghormati martabat dan potensi setiap individu. Melalui penghormatan yang tulus, baik guru maupun murid akan merasa dihargai dan terdorong untuk memberikan yang terbaik dalam setiap aspek pembelajaran.

Dalam dunia yang terus berubah ini, pendidikan yang memuliakan tidak hanya penting, tetapi juga menjadi landasan untuk menciptakan masyarakat yang beradab dan bermartabat. Sebuah masyarakat yang memuliakan guru dan murid akan menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual. Tetapi juga memiliki karakter yang kuat, empati, dan rasa tanggung jawab terhadap sesama.

Dengan begitu, pendidikan bukan hanya sekadar mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk manusia yang seutuhnya, cerdas tetapi memiliki karakter kemanusian yang kokoh.

Editor: NS

Avatar
10 posts

About author
Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY
Articles
Related posts
Opini

Banjir dan Longsor Aceh–Sumatera Sebagai Isu Bencana Internasional

3 Mins read
Banjir dan longsor yang melanda Aceh dan sebagian besar wilayah Sumatera bukan lagi peristiwa alam biasa. Ia telah menjelma menjadi krisis kemanusiaan…
Opini

Relokasi PKL Malioboro: Menata Ruang Kota, Menjaga Ruh Malioboro

3 Mins read
Penataan kawasan Malioboro kembali menjadi sorotan publik setelah kebijakan relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) ke Teras Malioboro 1 dan 2 mulai diterapkan…
Opini

Membaca Ulang Polemik “Satu Habib Lebih Utama dari 70 Kiai"

4 Mins read
Polemik tentang ucapan “satu habib bodoh lebih utama daripada tujuh puluh kiai alim” kembali mencuat seolah menjadi bara yang ditiupkan angin. Di…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *