Moderasi

Pengaruh Positif Dakwah Habib Husein

4 Mins read

Beragamnya suku, bahasa, kebudayaan, dan agama, menjadikan negara Indonesia patut dijuluki negara yang plural dan multikultural. Terlebih, dari banyaknya kepercayaan (agama) di Indonesia, menyumbang banyak keragaman dalam mengekspresikan aspek keagamaan.

Sebagai agama dengan pemeluk terbesar di Indonesia, meniscayakan ajaran-ajaran/niai luhur Islam diterapkan dalam mencapai kedamaian di tengah masyarakat dan keragaman kepercayaan.

Dari keragaman tersebut, terdapat kelompok-kelompok fundamental di masing-masing agama yang memandang bahwa kelompoknya yang paling benar.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh George C. Marsden, seorang ahli sejarah dan teolog, yang mengatakan bahwa latar belakang lahirnya sikap fundamentalisme adalah “vangry evangelical” (Akhmadi, 2019).

Termasuk dalam agama Islam, terdapat pula kelompok-kelompok fundamental yang kerap kali merasa paling unggul.

Dari sini, tidak jarang kerap terjadi konflik keagamaan maupun kekerasan yang mengatasnamakan agama di Indonesia.

Padahal dalam realitanya, seruan kedamaian dalam nilai ajarannya begitu ditekankan. Sebagaimana konsep berislam yang rahmatan lil ‘alamin, yang merupakan dasar dalam berkehidupan yang saling menyayangi dan penuh damai kepada siapapun.

Definisi Moderasi Beragama

Dalam menyikapi berbagai konflik keagamaan yang kerap muncul baik dalam skala kecil maupun besar di Indonesia, menjadikan tema “Moderasi Beragama” acap kali diperbincangkan, disosialisasikan, dan mendapat perhatian lebih dalam merespon konflik agama/upaya menanamkan sikap moderat dalam beragama yang saat ini mengalami perkembangan.

Maka dari itu, moderasi beragama di Indonesia begitu penting untuk ditanamkan. Moderat dalam beragama dalam Islam berakar dari konsep “tawassuth”.

Hal demikian dikarenakan dalam setiap elemen ajarannya moderat-tengah-tengah, dalam artian tidak berlebihan. Hal ini mencakup tidak berlebih dalam bersikap ghuluw (ekstrem). Lalu dalam Islam juga diperintahkan untuk tawazun (seimbang).

Hal ini juga didasarkan pada sikap mengedepankan keyakinan moral, baik ketika memperlakukan seseorang secara individu, ataupun dalam lingkup yang lebih besar, seperti halnya negara (Hefni, 2020).

Baca Juga  Habib Husein: Manusia Modern Krisis Kesadaran Eksistensi Atas Ruang dan Waktu

Sikap yang tidak berlebihan tersebut dalam ajaran Islam berangkat dari konsep tengah-tengah atau seimbang (alwasathiyah). Jika dikaitkan dalam konteks Indonesia, keseimbangan ini perlu diterapkan di tengah kehidupan, yakni menerapkan nilai agama menurut teks Kitab Suci dengan penerapannya yang sesuai dengan era sekarang (kontekstual). Pemahaman secara kontekstual semacam ini berangkat dari prinsip syari’ah (ditetapkannya hukum Islam) atau maqasid.

Paham yang dianut pemahaman agama yang moderat cenderung tidak hanya mementingkan hubungan baik dengan Tuhannya (habl min Allah/theocentric), namun yang tidak kalah penting yaitu hubungan baik dengan sesama manusia (habl min an-nas/antrophocentric).

Tidak hanya kepada mereka yang seiman, namun juga mencakup mereka yang berbeda keyakinan (agama) (Kementrian Agama RI, 2021). Sikap moderat di Indonesia cenderung diwakili oleh organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah (MU), yang mengutamakan sikap keterbukaan dalam memandang perbedaan sebagai rahmat dan sunnatullah.

Dakwah Habib Husein Ja’far

Memasuki era serba modern saat ini, penyebarluasan dakwah tentang moderasi beragama pun penyampaiannya beragam. Terlebih yang diterapkan oleh Habib Husein Ja’far Al-Hadar seorang da’i millennial yang mampu menarik millennial belajar agama dengan penyampaiannya ala anak muda.

Dari dakwah Habib Husein Ja’far Al-Hadar di media Youtube tentang moderasi beragama dan toleransi, memberikan dampak begitu besar pada setiap sendi keagamaan di Indonesia.

Dengan penyampaiannya yang mudah diterima masyarakat umum dan santun, menjadikannya sebagai tokoh muda Islam yang berpengaruh dalam bidang dakwah millennial.

Terlebih, sosialisasi/ dakwah tentang moderasi beragama yang semangat digencarkan oleh para aktivis, akademisi, dan agamawan sejak beberapa tahun terakhir, menjadikan perbincangan ini sangat perlu untuk diterima dengan bahasa yang mudah, dan hal ini telah dikemas oleh Habib Husein Ja’far Al-Hadar.

Baca Juga  Memahami Tiga Garis Besar dalam Seni Merayu Tuhan

Pengaruh sendiri dalam (KBBI) merupakan hal-daya yang timbul/berasal dari sesuatu yang mencakup benda ataupun seseorang yang turut membentuk kepercayaan, watak, perbuatan, seseorang.

Konten-konten yang tersebar di media Youtube tentang moderasi beragama dan toleransi terdapat di akun “Jeda Nulis”, “Cahaya Untuk Indonesia”, “Noice” dan cuplikan video pendek maupun gambar di akun instagramnya @husein_hadar dengan konten-konten positif yang membangun keharmoniasan dan cara pandang yang moderat dalam beragama yang mulai digandrungi kaula muda.

Sedangkan dalam pandangan tokoh bernama Winarmo Surakhmad, ia mengartikan pengaruh sebagai kekuatan yang timbul dari suatu hal (orang, benda, maupun gejala dalam memberikan perubahan) yang bisa membentuk suatu perubahan dan kepercayaan (Surakhmad, 1982).

Dari definisi di atas tentang pengaruh, maka dalam hal ini fokus yang dikaji bagaimana pengaruh dakwah Habib Husein Ja’far di media sosial Youtube maupun Instagram.

***

Di antara pengaruh atau dampak Habib Husein dalam penyampaiaan dakwahnya di media sosial Youtube yang perlu kita ketahui diantaranya: 1. Menebar Islam Rahmatan lil Alamin di media sosial, 2. Menebar pemahaman moderasi beragama dan toleransi pengguna media sosial Youtube, 3. Menambah wawasan tentang moderasi beragama kaum millennial, 4. Sebagai contoh konten-konten kreatif seputar dakwah, 5. Membangun dialog lintas iman, 6. Sebagai media dialog pemersatu antar agama di kolom komentar akun Youtube terkait, 7. Memberikan edukasi positif, 8. Menambah wawasan dialog antar agama, 9. Menarik perhatian muslim millennial terhadap kajian moderasi dan toleransi

Dari sekian dampak/pengaruh di atas tentu memberikan sumbangsih terhadap pemahaman moderasi beragama dan toleransi kreatif dengan berdialog langsung dengan tokoh-tokoh agama, baik sesama Islam maupun non-Islam.

Baca Juga  Pemuda Tersesat, Dakwah Kreatif ala Husein Ja’far Al Hadar

Sudah barang tentu hal demikian merupakan upaya dalam membangun Islam yang damai, santun, toleran, inklusif dan cinta kasih dengan sesama manusia walaupun berbeda keyakinan. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai respon netizen di kolom komentar di judul-judul kontennya, diantaranya:

Pengaruh dakwah Habib Husein Ja’far tentang moderasi beragama dan toleransi antar umat beragama di media Youtube dan akun instagramnya memiliki kontribusi besar terhadap pemahaman dan sosialisasi kepada kaum millennial di dunia maya.

Dengan penyampaian bahasa yang kekinian dan dengan analogi-analogi yang menarik dalam mengkaji tema moderasi, memberikan dampak terhadap cara pandang beragama Islam yang santun.

Dibangunnya konten-konten kreatif merupakan terobosan baru dan rujukan baru dalam mengembangkan dakwah ala millennial terkait moderasi beragama dan toleransi di media sosial.

Dengan memanfaatkan media Youtube dengan kelebihannya yang bisa menampung durasi yang lama, menjadi wadah dalam dakwahnya menyebar Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Pengaruh tersebut tidak hanya terbatas pada kaum millennial, akan tetapi seluruh elemen masyarakat terkait pemahaman moderasi beragama yang bisa kita lihat dari cara pandang dari respon di kolom komentar tiap konten.

Editor: Yahya FR

Ali Mursyid Azisi
12 posts

About author
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Moderasi

Moderasi Beragama Seharusnya Dinamis, Bukan Statis!

3 Mins read
Moderasi beragama, istilah itu selalu bergema di setiap lapisan masyarakat Indonesia yang multi-agama. Mereka membicarakan agar bagaimana umat antar-agama bisa bersama meskipun…
Moderasi

Dari Muamar hingga Mukhlas: Seribu Wajah Muhammadiyah

5 Mins read
Muhammadiyah adalah sebuah teks hidup yg dinamis karena hidup di tengah realitas kehidupan masyarakat. Sehingga bebas dibaca (ditafsir) oleh siapa saja (si…
Moderasi

Hamka & Bung Karno: Potret Persahabatan Ulama dan Negarawan

3 Mins read
Hamka Bung Karno – Suatu sore, bulan Juni 1970. Ketika itu, ulama Muhammadiyah penulis Tafsir Al-Azhar tengah bercengkerama bersama keluarga di rumahnya,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds