Perspektif

Pentingnya Selektif dalam Memilih Guru Agama

3 Mins read

Dalam agama Islam, menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban. Hal tersebut supaya setiap muslim tahu dengan benar setiap rangkaian ibadah maupun muamalah yang dilakukannya. Sebab, seseorang yang melakukan ibadah ataupun muamalah yang tidak didasari dengan ilmu, maka ibadahnya tidak akan sempurna di sisi Allah Swt.

Imam Ibnu Ruslan pada salah satu kitab karangannya yang bernama Matan Zubad, menjelaskan:

وكُلُّ مَن بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ # أَعْمَالُهُ مَرْدُودَةٌ لا تَكْمُلُ

Siapa saja yang mengerjakan ibadah tidak didasari dengan ilmu, maka amal perbuatannya ditolak  atau tidak sempurna (Matan Zubad).

Mengapa Harus Selektif Memilih Guru Agama?

Munculnya orang muslim dengan membawa ajaran Islam yang kaku dan keras, tidak lain karena doktrin yang didapatkan dari guru yang menjadi tempat menimba ilmu. Maka dari itu, ketika hendak memperdalam ilmu agama Islam, haruslah terlebih dahulu mencari dan menentukan kepada siapa tempat yang pantas untuk menuntut ilmu.

Keberadaan seorang guru dalam proses menuntut ilmu amatlah fundamental. Hal itu dikarenakan seorang guru merupakan pengemudi yang akan membimbing dan memandu perjalanan keilmuan maupun spiritual seorang penuntut ilmu.

Apabila seorang guru tidak dapat mengemudi dengan baik, maka sudah barang tentu akan mengakibatkan kecelakaan. Ketidakkompetenan seorang guru  nantinya akan berakibat fatal bagi para penumpangnya, yang mana dalam hal ini adalah para penuntut ilmu.

Seorang murid haruslah memilih guru yang memiliki pola pikir terbuka dan tidak kaku. Terutama dalam merespon dan menafsirkan setiap problematika serta perbedaan yang ada dalam tubuh Islam sendiri, maupun perbedaan yang terdapat di luar lingkup Islam.

Pola pikir yang kaku akan mengakibatkan seorang muslim tenggelam dalam kefanatikan yang tidak berdasar. Sehingga akan muncul anggapan bahwa apa yang dia pahami adalah suatu yang mutlak kebenarannya dan yang berbeda darinya adalah golongan yang menyimpang dan sesat.

Baca Juga  Fenomena Garam Ruqyah: Hati-hati dengan Penjual Agama di Media Sosial

Orang non-muslim yang beranggapan bahwa Islam merupakan agama yang identik dengan kekerasan, kaku, teror, dan lain sebagainya, tidak lain disebabkan karena masih adanya sekelompok atau pribadi muslim yang tidak mencerminkan ajaran Islam yang sesungguhnya, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad di masa hidupnya.

Merupakan tugas kita bersama untuk senantiasa menangkal pemahaman-pemahaman yang bisa menyempitkan cara berpikir yang sempit dan kaku, agar citra Islam sebagai agama damai betul-betul bisa dirasakan oleh semua umat manusia.

Islam Agama yang Menerima Perbedaan Bukan Intoleran

Dalam QS. Al-Maidah ayat 16 termaktub ayat yang artinya:

Dengan kitab itulah Allah menunjukkan orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus (Al-Maidah: 16).

Berdasarkan ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa untuk dapat memijakkan kaki di jalan keselamatan., seorang hamba haruslah memahami isi kandungan Al-Qur’an dengan secara mendalam dan benar.

Al-Qur’an yang ajarannya sangat universal, sejatinya akan menjadikan seorang hamba menjadi pribadi muslim yang memiliki pola pikir luas dan terbuka. Sehingga dapat menerima berbagai macam perbedaan yang Allah ciptakan di muka bumi ini.

Agama Islam merupakan agama yang cinta akan perdamaian. Sesuai dengan makna yang terkandung dalam kata “Islam”, yaitu kedamaian, ketentraman, keselamatan, dan juga bisa bermakna penyerahan diri seorang hamba.

Berdasarkan makna kata Islam di atas, secara tidak langsung mengisyaratkan kepada umat manusia dan kepada umat Islam pada khususnya untuk senantiasa memberikan kedamaian, ketentraman, dan juga keselamatan terhadap orang lain yang ada di sekitarnya.

Akan tetapi, apa yang terjadi saat ini, menunjukkan bahwa begitu banyak orang yang mengaku diri sebagai seorang muslim, namun malah menyebar rasa takut kepada orang lain.

Baca Juga  IPTEK Makin Maju, Apakah Agama Sudah Tak Relevan Lagi?

Persepsi yang kurang baik dari non-muslim terhadap muslim, sejatinya merupakan teguran dari Allah bahwa masih terdapat banyak pribadi muslim yang salah kaprah dalam memaknai Islam.

Islam yang seharusnya menjadi agama yang senantiasa membawa kedamaian, namun malah sebaliknya dianggap sebagai agama yang keras, kaku, dan tanpa mengenal toleransi kepada orang di luar Islam.

***

Pada salah satu hadis yang diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda:

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ (رواه مسلم)

Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman dan tidak sempurna iman kalian sehingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan satu amal perbuatan yang jika kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam (keselamatan dan kedamaian)  di antara kalian semua (HR. Muslim).

Hadis tersebut menunjukkan bahwa muslim yang sejati ialah muslim yang senantiasa memberikan kedamaian dan rasa selamat kepada orang lain yang ada di sekitarnya, tanpa terkecuali orang yang berbeda agama dengan kita.

Editor: Yahya FR

Ahmad Masyhur
5 posts

About author
Lahir di Lombok Tengah, NTB. Minat kajian Sastra Puisi, seputar Timur Tengah, dan Kajian Keislaman. Beberapa tulisannya telah terbit dalam bentuk buku, artikel jurnal, dan di beberapa media. Sekarang sedang aktif mengajar di MAN 1 Yogyakarta.
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds