Report

Peran Muhammadiyah Pra Kemerdekaan: Bantu Korban Perang, Tangani Flu Spanyol

1 Mins read

IBTimes.ID – Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) Muhammadiyah sejak awal keberadaannya tidak bisa disangkal perannya. Meski lebih dominan dikenal sebagai ‘penyantun’ kaum mustadh’afin, namun ternyata semangat PKO Muhammadiyah juga ikut andil dalam urusan krisis kemanusiaan akibat perang.

Fakta ini terungkap dalam Bedah Karya Sejarah Muhammadiyah yang diadakan oleh Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah pada (6/9). Budi Setiawan, Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) PP Muhammadiyah yang mengungkapkan fakta peran ke-PKO-an Muhammadiyah di masa perang pra-kemerdekaan.

Dilansir dari muhammadiyah.or.id, warga asli Kampung Kauman, Yogyakarta ini menyampaikan bahwa saat perang pra-kemerdekaan di Kota Yogyakarta, lebih tepatnya di Kota Baru, Yogyakarta, jenazah para pejuang dan korban luka akibat perang diangkut untuk diberikan perawatan di Gedung PP ‘Aisyiyah yang sekarang.

“Termasuk beberapa peperangan di Yogya itu jenazahnya dan orang-orang sakitnya dibawa ke situ dan jasad yang meninggal dimakamkan di Makam Syuhada’. Di sebelah barat Masjid Gedhe,” ungkapnya.

Fakta sejarah tersebut ia temukan di koleksi foto-foto lama. Budi melanjutkan, pada saat itu belum ada keterlibatan RS PKO Muhammadiyah. Namun kemudian atas instruksi dari HB Muhammadiyah, PKO secara kelembagaan ikut ambil peran dalam perawatan para pejuang kemerdekaan yang melakukan pertempuran dengan penjajah di wilayah Yogyakarta.

“Atas instruksi dari Muhammadiyah waktu itu kemudian ibu-ibu ‘Aisyiyah dan NA (Nasyiatul Aisyiyah) melakukan kegiatan membantu para pejuang,” imbuhnya.

Sementara itu, Ahmad Muarif, Sejarawan Muhammadiyah menuturkan bahwa selain berperan saat krisis kemanusiaan akibat perang, PKO Muhammadiyah juga ikut mengambil peran serta membantu masyarakat yang di masa penjajahan terserang oleh penyakit aneh yang kemudian disebut sebagai “Flu Spanyol”.

Karena belum diketahui dengan jelas jenis penyakit tersebut, di masa awal penyebarannya, sikap Muhammadiyah sama dengan masyarakat lain dan menganggap wabah ini sebagai penyakit yang biasa saja. Bahkan ada seorang dokter dari bumiputera sempat salah mendiagnosis pasien, dia menganggap pasien sedang mengidap sakit malaria.

Baca Juga  Muhammad Ali: Mengapa Manusia Beragama?

Merujuk dokumen lama yang pernah dibacanya, Mu’arif menyampaikan bahwa, ada dokter yang bernama dr. Sumowidagdo memberikan pernyataan dan menyerukan tentang pentingnya cuci tangan memakai sabun.

“Saya enggak tahu apakah ini bagian dari antisipasi untuk mencegah itu. Tapi ada seruan itu. Saya mencoba menerka-nerka kemungkinan ini bagian dari pihak Muhammadiyah dalam mengantisipasi Flu Spanyol itu,” ungkapnya.

(Yusuf)

Related posts
Report

Muktamar JIMM 2023: Mendorong Pembaharuan Pemikiran, Pengetahuan, dan Gerakan Muhammadiyah

7 Mins read
IBTimes.ID – Para kader Muhammadiyah yang tergabung dalam Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) kembali menyelenggarakan sebuah agenda yang bernama Muktamar Pemikiran Islam…
Report

Haedar Nashir: Moderasi adalah Solusi Menangani Radikalisme dan Ekstremisme

1 Mins read
IBTimes.ID – Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan, bahwa pendekatan moderasi adalah solusi dalam menangani radikalisme dan ekstremisme. Hal ini…
Report

Riset: Pesantren, Politik Dinasti, dan Oligarki Kekuasaan

5 Mins read
IBTimes.ID – Oligarki kekuasaan dan politik dinasti adalah dua fenomena pemilihan kepala daerah dan pemilihan anggota legislatif secara langsung yang terjadi pasca…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *