Perspektif

Peroleh Keberkahan dari Sikap Ta’dzim

2 Mins read

Seorang ‘guru’ bukanlah orang yang asing bagi kita semua. Ia merupakan sosok yang berarti besar dalam kehidupan siapapun. Tak ada seorang pun yang tidak pernah merasakan kehadirannya baik itu hanya waktu yang sebentar maupun waktu yang lama.

Ketika seorang anak sudah mencapai usia sekolah, orang tua sudah mulai berbondong-bondong mengantarkan anaknya ke lembaga pendidikan.

Dari sana seorang anak dididik, sedikit demi sedikit dibawah kelembutan diajarkan sampai bisa. Huruf demi huruf, angka demi angka ikhlas diajarkannya tanpa keluh kesah dan pamrih.

Mulai dari mengenal huruf, membaca, menulis, menggambar dll. Dengan kesungguhan yang telah diberikan sehingga hari demi hari tercapailah kemahiran-kemahiran yang ada pada diri anak.

Dengan banyaknya jasa guru yang telah diberikan, banyak generasi bangsa menjadi berpengetahuan, terpelajar dan bermoral. Merekalah yang berperan menjadi tirai dibalik kesuksesan anak-anak bangsa. Sehingga tidak heran apabila banyak dari kita memberi julukan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Jasa-jasa yang telah saya paparkan di atas hanya gambaran kecil. Kita sebagai anak-anak dibawah asuhannya banyak sekali berhutang budi dengan beliau. Dengan materi apapun kita tidak bisa menggantinya dengan apa yang telah diberikan selama ini. Sehingga tidak layak apabila kita sampai melukainya, menghinanya bahkan sampai melupakannnya.

Lantas bagaimana dengan banyaknya kasus yang beredar di media sosial; kekerasan bahkan penganiaan siswa terhadap guru. Sampai pelaporan tindakan guru kepada kepolisian.

Hal tersebut sangatlah memprihatinkan dan sangat buruk untuk dilakukan, naudzubillah. Pasti hal ini yang menjadikan seorang siswa tidak akan mendapatkan keberkahan. Serta tidak akan bermanfaat ilmu-ilmu yang telah didapat.

Ta’dzim Sang Murid

Seiring dengan perkembangan zaman, juga disertai dengan kemajuan teknologi. Sekarang siapapun mudah dalam memperoleh sumber ilmu pengetahuan. Dalam perolehan suatu ilmu juga kita sering mendengar istilah ‘ilmu yang berkah.’

Baca Juga  Menguak Misteri Relativitas Waktu

Ketika kita setiap hari pergi kesekolah untuk menimba berbagai ilmu pengetahuan. Ilmu yang telah disampaikan belum tentu menjadi berkah buat kita.

Hal tersebut terjadi karena untuk mendapatkan keberkahan dari suatu ilmu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ilmu tersebut tidak akan diperoleh tanpa adanya ikhtiar dan tawakal kepada Allah.

Di samping belajar dan sabar sebagai bentuk ikhtiar kita dalam menuntut ilmu, juga terdapat hal yang lebih penting, yaitu sikap ta’dzim kepada guru.

Kata ta’dzim merupakan bentuk isim mashdar dari kata adhama yang artinya mengagungkan. Sedangkan dalam bahasa inggris yaitu respect yang berarti sopan santun, menghormati dan mengagungkan orang yang lebih tua atau yang dituakan.

A. Maruf Asroni menjelaskan lebih luas bahwa sikap ta’dzim bukan hanya bersikap sopan dan menghormati saja, akan tetapi lebih dari itu. Mulai dari konsentrasi, memperhatikan, mendengarkan nasehat-nasehatnya, meyakini dan merendahkan diri kepadanya.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sikap ta’dzim merupakan sikap yang wajib dilakukan oleh siswa kepada gurunya. Sebagaimana tercantum dalam syair Syekh Salamah Abi Abdul Hamid yang diterjemahkan oleh Masud bin Abdur Rahman yang artinya,

“Siswa itu wajib taat kepada gurunya, menurut apa yang diperintahkan guru didalam perkara yang halal dan wajib tadhim (mengagungkan) kepada gurunya”.

Jika kita bersikap ta’dzim kepada guru, maka guru akan merasa senang. Sehingga ia memberikan ilmunya dengan rasa ikhlas dan sangat ridho kepada kita. Dari situlah keberkahan ilmu akan diperoleh.

Ilmu yang berkah ini sangat bermanfaat bagi kehidupan kita juga bermanfaat bagi orang lain. Saya meyakini bahwa dengan kita mendapatkan keberkahan dari ilmu. Maka ilmu tersebut tidak akan mudah lepas. Juga akan selalu melekat dengan hati kita.

Baca Juga  Moedji Raharto dan Penyatuan Kalender Islam

Oleh karena itu, marilah bersama-bersama berusaha untuk selalu bersikap ta’dzim kepada guru kita. Jangan sampai kita menyakiti hatinya bahkan sampai melukainya. Hanya dengan sikap ta’dzimlah kunci keberkahan ilmu.

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
5 posts

About author
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu al-Quran dan Sains al-Ishlah (STIQSI) Sendangagung-Paciran-Lamongam
Articles
Related posts
Perspektif

Tidak Bermadzhab itu Bid’ah, Masa?

3 Mins read
Beberapa waktu lalu, ada seorang ustadz berceramah tentang urgensi bermadzhab. Namun ceramahnya menuai banyak komentar dari berbagai kalangan. Ia mengatakan bahwa kelompok…
Perspektif

Psikologi Sosial dalam Buku "Muslim Tanpa Masjid"

3 Mins read
Dalam buku Muslim Tanpa Masjid, Kuntowijoyo meramalkan pergeseran signifikan dalam cara pandang umat Islam terhadap agama dan keilmuan. Sekarang, ramalan tersebut semakin…
Perspektif

Paradoks Budaya Korupsi Masyarakat Religius

2 Mins read
Korupsi yang tumbuh di masyarakat yang dikenal religius memang menjadi paradoks. Di masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai agama, mestinya kejujuran, integritas, dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds