Perspektif

Pertanian Keluarga: Pertahanan Terakhir dari Krisis

3 Mins read

Pertanian tetap menjadi sektor penting dalam perekonomian Indonesia dengan serapan tenaga kerja yang tinggi, 29% dari total penduduk  yang bekerja di tahun 2018. Data Sensus menunjukkan jumlah rumah tangga dengan usaha pertanian sebesar 27,3 juta dan kebanyakan (16,3 juta) termasuk di kelompok petani gurem atau dengan pengelolaan lahan kurang dari 0,5 hektar. Lalu, bagaimana peran pertanian keluarga?

Pertanian Keluarga

Saya rasa mereka bisa membuktikan  ketika adanya wabah seperti saat ini yang dapat mengakibatkan bukan saja krisis ekonomi namun juga krisis pangan, keluarga petani bisa dibilang sama sekali tidak terdampak singnifikan.

Mereka masih aman dengan memiliki simpanan gabah yang cukup untuk beberapa bulan ke depan. Bahkan mungkin hingga akhir tahun. Tentunya merka bisa menjadi koreksi keras terhadap sistem pemerintahan yang terbukti rapuh serta tidak siap dalam menghadapi krisis.

Kita melihat dua macam hasil dari pekerjaan petani keluarga ini. Pertama, mereka bekerja untuk konsumsi mereka sendiri. Kedua, mereka bekerja untuk mendapatkan faedah dari jeri payahnya salama bertani.

Tidak heran petani termasuk kelompok masyarakat yang jarang kena tawaran kredit montor atau alat trasportasi, mereka akan membeli dengan hasil panenan dengan cash. Fenomena seperti ini dapat dilihat sendiri ketika musim panen banyak dealer kendaran karnaval di pedesaan yang dihuni banyak petani keluarga.

Mereka dapat memaksimalkan hasil kerja keras untuk meningkatkan faedah. Selain itu, hasil yang ingin didapatkan tidak melulu naiknya hasil produksi, tetapi juga pertanian yang indah syahdu. Bahasa petani rumah dapat hasil yang lumintu; sedikit tidak masalah asal terus menerus dalam jangka panjang keuntungan yang diperoleh dan dinikmati. Petani keluarga ini memiliki ciri khas dengan memaksimalkan pola produksi sederhana.

Baca Juga  New Normal: Kemanusiaan Baru atau Hukum Rimba yang Terjadi

Pola produksi sederhana oleh petani keluarga antara lain mereka menggunakan pupuk kompos yang bersal dari kotoran hewan ternak mereka. Untuk mengusir hama mereka juga memaksimalkan dari pengolahan air kencing ternak mereka dengan  teknologi fermentasi yang sederhana.

Ternak yang biasa digunakan untuk membantu mengolah tanah mereka jadikan teman dan mitra kerja dalam menghasilkan pupuk dan ramuan penyubur tanaman. Cara-cara semacam ini termasuk cara yang lebih bertanggung jawab terhadap pngelolaan alam.

Petani dan Alam Saling Membutuhkan

Dari hasil lahan yang sehat dapat otomatis menghasilkan tanaman sehat yang tahan dari serangan hama dan virus. Karena baik hama maupun virus dapat diatasi oleh tanaman itu sendiri tanpa banyak bantuan manusia untuk memberikan racun pada tanaman.

Jika racun digunakan mengakibatkan banyak korban tidak hanya berhenti pada hama atau virus tetapi juga mikroba baik yang dapat meningkatkan kualitas kesuburan tanah, menghasilkan unsur hara sebagai penyubur tanaman menjadi korban. Tanah tidak rusak atau pertanian yang baik dapat bertahan dengan jangka panjang dan tentunya dapat memberikan petani rumah ketahanan pangan dan ekonomi.

Dari model produksi sederhana petani rumahan itu kita dapat melihat adanya keseimbangan yang dijaga antara manusia dan lingkungan hidup sebagai sumber kehidupan berbagai macam makhluk. Juga menjadi tempat kembalinya mereka kelak setelah usai bertugas di dunia, mereka bersatu menjadi kesatuan hidup yaitu pertanian.

Petani harus memperbaiki alam untuk mendapatkan hasil prioduksi yang baik. Atau bisa dibilang mereka berproduksi bersama karena lingkungan hidup juga butuh petani yang selalu menjaga keseimbangannya.

Menggalakkan Pertanian Organik

Hubungan antara manusia dan alam hidup telah mengalami banyak permasalahan dan keterputusan akibat datangnya modernisasi dan Rvolusi Hijau. Keduanya hanya bertujuan peningkatan hasil produksi tanpa melihat dampak apa yang akan ditimbulkan dari ulahnya tersebut. Pupuk kimia buatan telah menggantikan unsur hayati tanah, pupuk kandang, dan bahkan pengetahuan petani baru. Konsentrat pakan ternak pabrikan telah menggantikan padang rumput dan padang penggembalaan.

Baca Juga  Baru Belajar Agama Jadi Ustadz, Bolehkah?

Perkawinan ternak yang alamiah pun hampir dipastikan menghilang, digantikan oleh inseminasi atau kawin dengan besi istilah para peternak. Di sini ternakpun kita rebut hasrat seksualnya. Padahal hasrat seksual salah satu karunia untuk seluruh makhluk-Nya.

Hasrat seksual digantikan dengan transfer embrio yang mendominasi, kemudian muncul jenis ternak baru yang belum tentu teruji betul dalam beradaptasi di lingkungannya. Dari sekian contoh ini menunjukkan turunnya peran alam dalam merawat mahluk hidup yang tinggal di atasnya.

Oleh sebab itu kiranya perlu menggalakkan kembali adanya pertanian organik. Pertanian yang meminimalisasi input bahan dari luar yang rendah serta ekonomis. Pertanian yang lahir dari kesadaran akan pentingnya lumbung pangan keluarga untuk mewujudkan kemandirian pangan.

Semuanya bertujuan untuk merubah usaha tani agar kembali meningkatkan peran alam dan lingkungan untuk membrikan haslinya. Tak kalah penting juga untuk keberlanjutan pertanian, demi menyediakan pangan yang sehat bagi umat manusia, serta kemajuan ilmu pertanian yang berpihak pada kaum tani itu sendiri.

Editor: Nabhan

Avatar
4 posts

About author
Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah
Articles
Related posts
Perspektif

Moderasi Hilirisasi Haji

3 Mins read
Dalam beberapa tahun terakhir, hilirisasi haji telah menjadi sorotan penting di Indonesia. Berangkat dari visi untuk memberikan pelayanan haji yang berkualitas dan…
Perspektif

AI dan Masa Depan Studi Astronomi Islam

4 Mins read
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan program komputer yang dirancang dan dihadirkan untuk dapat meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan,…
Perspektif

Pendidikan sebagai Dasar Pembentuk Nilai Hidup

3 Mins read
“Pendidikan (opvoeding) dan pengajaran (onderwijs) merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds