Kongres Muhammadiyah ke-18 diselenggarakan di Solo pada tahun 1929. Tetapi ada cerita menarik di balik proses penyelenggaraan kongres ini. Disebabkan karena penolakan pengurus Muhammadiyah Solo, hampir saja kongres ke-18 batal diselenggarakan. Dalam hal ini, peran Haji Fachrodin sangat strategis dalam meyakinkan pengurus Muhammadiyah Solo.
Diceritakan oleh Djarnawi Hadikusuma dalam buku Matahari-matahari Muhammadiyah, kongres ke-18 Muhammadiyah hampir saja tidak jadi dilaksanakan. Disebutkan bahwa Cabang Muhammadiyah Solo menolak untuk menerima kongres. Konon, mereka merasa kurang sanggup sebagai tuan rumah kongres Muhammadiyah.
Haji Fachrodin berbicara langsung di hadapan pengurus Muhammadiyah setempat pada waktu itu, di antaranya ada Bapak Moeljadi Djojomartono dan Kiai Idris. Kata Fachrodin: “Biarlah kalau Solo tidak mau menerima kongres, Yogyalah yang akan menerima, tetapi diadakan di Solo. Yang bekerja orang Yogya, yang membiayai biarlah orang Yogya. Cabang Solo boleh lihat saja supaya tahu dan boleh mengirimkan dua orang utusan. Lain tidak!”
Mendengar ketegasan Haji Fachrodin, kedua tokoh itu langsung kikuk, mungkin merasa malu. Dengan agak berat, Bapak Moeljadi dan Kiai Idris pun akhirnya menerima pelaksanaan kongres ke-18 di Solo. Pada kenyataannya, kongres berjalan dengan lancar dan mengesankan. Muhammadiyah semakin merata di daerah Bengawan itu, berkembang maju dengan segala kegiatan tabligh dan amal usahanya.
Sumber: buku Matahari-matahari Muhammadiyah karya Djarnawi Hadikusuma.
Editor: Arif