Perspektif

Babak Baru Sepak Bola PSHW Muhammadiyah

3 Mins read

Mulai september tahun 2019, Muhammadiyah menyelenggarakan event sepakbola. Yaitu Liga Hizbul Wathan (HW) yang di inisiasi oleh Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM). Yang terdiri dari Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Nasyiatul Aisyiyah (NA).

Dengan didukung Ortom lain seperti Tapak Suci dan Kepanduan HW, Liga HW dimulai pada September 2019 di 5 Zona. Yaitu DKI-Banten, Jabar, Jatim, DIY, Jateng. Liga ini menggunakan format setengah kompetisi di masing-masing zona.

Juara di tiap zona, kemudian bermain di tingkat nasional. Final akan diselenggarakan di Solo sekaligus dalam rangka menyemarakkan Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Solo. Event ini berlangsung mulai September 2019 sampai Februari 2020. Muhammadiyah memiliki sejarah panjang mengenai sepak bola yang di kenal dengan PSHW tersebut.

Asal Mula PSHW

Sebelumnya dan hingga saat ini Muhammadiyah di daerah-daerah sering mengadakan kompetisi. Yang biasanya diberi nama HW Cup dan dibuka untuk umum. Ternyata HW adalah nama persatuan sepakbola Muhammadiyah yang mati suri dan di tahun 2019 ini, mulai dihidupkan kembali. Latar belakang PSHW berawal dari Ki Bagus Hadikusumo (bernama asli Raden Hidayat). Ketua PB Muhammadiyah 1942-1953 adalah sosok yang berada di balik pendirian PSHW.

Pada mulanya, Ki Bagus bersama kawan-kawannya mendirikan klub bernama Kauman Voetbal Club (KVC) yang kemudian bermetamorfosis menjadi PSHW. Selain Ki Bagus Hadi Kusumo, ada juga Abdul Hamid BKN., salah seorang santri didikan KH Ahmad Dahlan yang memiliki andil dalam proses memajukan sepak bola di tanah air.

Tidak hanya menjadi salah seorang pendiri PSSI, bahkan ia termasuk salah seorang pemain sekaligus pendiri dalam Persatuan Sepakbola Hizbul Wathan (PS HW). Salah satu hasil rintisan Abdul Hamid BKN dalam rangka memajukan sepak bola adalah peninggalan berupa lapangan sepakbola Asri di Kuncen, Wirobrajan, Yogyakarta.

Baca Juga  Menakar Pemasyarakatan yang Pancasilais

Selain mendirikan PS HW, Abdul Hamid juga salah satu tokoh pendiri Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) dan menjadi ketuanya. Bersama Ir. Suratin (ketua), Abdul Hamid (wakil) mendirikan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Suratin sendiri digunakan sebagai nama kompetisi U-18 sepak bola yang biasa di kenal dengan Piala Suratin. Pemain-pemain terbaik dari kompetisi piala suratin tersebut menjadi cikal bakal pemain sepak bola masa depan indonesia seperti Bambang Pamungkas, salah satunya.

Dari rahim Persyarikatan Muhammadiyah, lahir tokoh besar yang mewarnai sepak bola Indonesia seperti Ir Suratin Sosrosugondo, Ketua Umum PSSI pertama, Abdul Hamid BKN, mantan bendahara PSSI, Dasron Hamid, dan Muhammad Djamiat Dalhar yang pernah menjadi bagian dari skuad timnas baik sebagai pemain atau pelatih.

K.H Ahmad Dahlan dan Sepak Bola

Pendiri Muhammadiyah K.H Ahmad Dahlan konon katanya juga mempunya hobi bermain sepak bola, namanya Muhammad Darwis. Seorang anak asal kauman dengan postur tidak terlalu besar yang hobi bermain bola di alun-alun selatan.

Pemain yang bisa menari bersama bola di kakinya, memiliki kontrol dan akurasi umpan sama baiknya. Bisa menggocek lawan, menggulirkan bola di antara dua kaki lawan, serta selalu ingin mencetak gol berkelas. Cara terbaik menghentikannya adalah dengan pendekatan fisik karena taktis saja tidak cukup.

Jika dikomparasikan, kemampuan Darwis mungkin seperti Ilham Udin Armayn di timnas U-19, Lionel Messi dari Barcelona, atau Heden Hazard yang memperkuat Chelsea. Pemain lawan, termasuk dari tim Ngadisuryan, tak jarang melakukan tekel untuk menghentikan ancaman yang lahir dari keistimewaan skill alami Darwis.

Dia memang akhirnya tidak menjadi pemain sepak bola seperti anak zaman itu. Apalagi aktivitas tersebut lebih banyak di lakukan di sela-sela aktivitas bersama rekan-rekannya. Sebelum kemudian berangkat ke surau untuk salat Maghrib.

Baca Juga  Politik Cinta Kasih Negarawan Kita

Selain bermain sepak bola, Darwis juga gemar bermain gobak sodor, dan layang-layang. Sejarah kemudian mencatat, Darwis kecil yang lahir 1 Agustus 1868 di Yogyakarta tersebut menjadi Ahmad Dahlan, pendiri Persyarikatan Muhammadiyah.

Sejauh ini, belum ada Literatur yang resmi yang menyebutkan Ahmad Dahlan menjadikan Sepak Bola sebagai media Dakwah seperti halnya biola. (Ma’ruf el Rumi, Ladang Dakwah di Akar Rumput, dalam MUHAMMADIYAH “Ahmad Dahlan” Menemukan Kembali Otentitas Gerakan Muhammadiyah)

Babak Baru Sepak Bola Muhammadiyah

Pada 17 Februari yang lalu berlangsung penandatanganan MOU antara Presiden Persebaya Azrul Ananda dengan Rektor UMSurabaya Dr.dr. Sukadiono MM di AT-Tauhid Tower lantai 13 UMSurabaya, Azrul Ananda yang juga mengisi kuliah Umum di hadapan Ribuan Mahasiswa, Dosen, dan Karyawan UMSurabaya. Dalam ceramahnya Azrul Ananda mengatakan di Indonesia perguruan tinggi mensponsori sepakbola masih langka beda lagi kalau di luar negri seperti di Australia perguruan tinggi mensponsori sepak bola itu hal biasa.

Kerja sama dengan UMSurabaya ini mempunyai tujuan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan tidak hanya branding semata, jika di kemudian hari UMSurabaya tidak merasa di untungkan maka boleh melepas kontrak, Ucap Azrul Ananda yang juga putra sulung Dahlan Iskan.

Selain itu, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur juga mengakuisisi klub sepakbola di Liga 2, Semeru FC Lumajang dan berubah nama menjadi PSHW Jawa Timur pada pertengahan bulan maret ini akan mengikuti kompetisi Liga 2.

Memang hal yang langka jika ormas islam punya hubungan dengan sepak bola, jika menelisik ke belakang muhammadiyah punya sejarah besar terkait sepakbola. 

Selama ini muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi, kesehatan, untuk kali ini muhammadiyah membngkitkan kembali sepak bola PSHW yang sekian lama tenggelam, Sepak bola memang memiliki daya tarik tersendiri, khususnya pada anak-anak muda.

Baca Juga  Virus Corona Ubah Total Kebiasaan Orang Indonesia

Pada kesempatan kali ini sepak bola bisa dijadikan dakwah kulturul untuk menarik anak-anak muda, semoga tidak hanya terampil bermain tetapi juga bisa merubah karakter yang selama ini di nilai buruk di indonesia.

Selama ini di desa-desa banyak pemain berbakat yang kurang terakomodir di klub-klub Liga Indonesia karena memang minimnya penjaringan pemian muda, jika saya memperhatikan secara kasat mata, semoga PSHW bisa jemput bola ke desa-desa untuk menjaring para pemain berbakat untuk dididik menjadi pemain sepak bola profesional. Semoga cita-cita Muhammadiyah tercapai untuk menjadikan sepak bola menjadi ladang dakwah kultural.

Editor: Yahya FR
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *