Oleh: AE Priyono*
Banyak bukti menunjukkan menguatnya diskursus Wahabi di seluruh dunia sejalan dengan pergolakan perebutan kekuasaan di negeri-negeri mayoritas Muslim. Namun diam-diam sesungguhnya Sufisme juga berkembang di kalangan komunitas-komunitas Muslim minoritas, juga di berbagai penjuru dunia.
Buku ini memberi gambaran tentang aktivisme yang luar biasa dinamis di kalangan kelompok-kelompok Sufi—dari Kanada hingga Denmark, atau dari Brazil hingga Amerika dan Inggris. Isu-isu yang dibahas dalam buku ini juga mengulas mengenai menguatnya kembali gerakan-gerakan sufisme di Turki, tradisi dan kreativitas kultural di kalangan komunitas-komunitas sufis Syria, politik Sufisme di Dunia Arab, globalisasi jaringan-jaringan sufisme dan transplantasinya di Amerika, aktifnya sufisme di London, atau kegiatan-kegiatan kelompok tarekat Naqsyabandi di Swedia.
Ditarik dari studi-studi etnografis yang kaya, kajian eklektik buku ini membeberkan fenomena kebangkitan sufisme yang melintas dalam spektrum budaya yang luas. Digambarkan dalam lanskap masyarakat Muslim global.
Kedua editor buku ini, Catharina Raudvere dari University of Copenhagen, Denmark, dan Leif Stenberg dari Lund University, Swedia, menghimpun dua belas studi kasus tentang komunitas-komunitas sufi—dari Eropa Utara (Jerman, Swedia, Inggris) dan Amerika Serikat hingga ke Timur Tengah (Syria dan Maroko), Turki, dan India.
Meski sangat beragam, ada tema sentral dalam gerakan mereka, yaitu menguatnya kembali tradisi beragama secara esoteris di dalam wilayah Islam yang mengalami politisasi intensif. Dalam kata-kata editornya, sufisme kontemporer muncul dan berkembang antara tradisionalisme di dalam komunitas-komunitas Muslim lokal di tengah-tengah maraknya proyek-proyek politik gerakan Islam transnasional di negara-negara Muslim (mayoritas).
*) Sumber: Facebook AE Priyono dengan penyuntingan
Editor: Mu’arif & Nabhan
Sumber: FB AE Priyono