Pada buku hari ini, kita sering menemukan peta konsep. Biasanya, ia ditempatkan sebelum, di tengah, atau di akhir paparan materi inti buku. Peta konsep pada buku daras menjadi rubrikasi penting pada setiap sesi buku. Pembaca menjadi mudah untuk memetakan konsep materi yang disajikan. Begitu pula, pembaca menjadi terarah pada memahami isi dan menyimpulkannya.
Pada literatur keislaman, ternyata peta konsep telah ditemukan. Salah satunya pada karya Syaikh Nawawi al-Bantani (1230 H/1813 M -1314 H/1897 M), yaitu pada kitab Sulam al-Munajah (Tangga Munajat kepada-Nya), syarah dari kitab Safinah al-Shalah karya Sayyid Abdullah bin Umar bin Yahya al-Hadrami (1209-1265 H). Peta konsep ditemukan pada paparan mengenai syarat salat dan turunannya. Fenomena ini menunjukkan bahwa metode penulis karya tulis ilmiah sudah memperhatikan sisi keterbacaan dari pembaca.
Peta Konsep dan Fungsinya
Peta konsep menjadi tampilan menyatakan hubungan bermakna antara konsep satu dengan yang lainnya. Hubungan ini akan membentuk proposisi yang mewujud menjadi satu pengertian utuh. Peta konsep ditampilkan pula dengan ilustrasi grafis yang menunjukkan hubungan setiap konsep atau materi. Biasanya, ia dibentuk pada bagan skema yang menggambarkan rangkaian pernyataan setiap konsep yang disajikan.
Pemaparan materi yang banyak, substanstif, dan cenderung menumpuk, dapat disiasati dengan penyusunan peta konsep oleh penulisnya. = Bentuk peta konsep sangat beragam. Bentuk yang paling sederhana disajikan pada bentuk tabel, yang dalam bahasa naskah disebut  jadwal.
Sebagaimana dilansir dalam www.kajianpustaka.com, para ahli menyebutkan pentingnya peta konsep. Pada proses membaca, pembaca biasanya telah memiliki pengetahuan awal mengenai konsep yang dikaji. Peta konsep menunjukkan posisi pengetahuan pembaca yang akan mewujudkan proses pembacaan yang bermakna. Peta konsep dalam hal ini berfungsi menyelediki apa yang diketahui oleh pembaca.
Pembelajaran dengan buku teks sebagai rujukan utama akan lebih bermakna apabila dikuatkan dengan peta konsep. Sajian peta konsep bermanfaat untuk mengambil intisari dari apa yang dibaca, juga mendorong untuk membaca dengan seksama.
Peta Konsep pada Sulam al-Munajat
Kitab Sulam al-Munajah  terbit pertama kali tahun 1297 H. Pada penjelasannya, Syaikh Nawawi al-Bantani menambahkan tambahan uraian pada pernyataan tanbih, far’, dan i’lam. Peta konsep berupa tabel ditemukan pada bagan pemetaan falak, hubungan wudu, mandi, dan salat. Pada hubungan ketiga hal ini, beliau menyusun peta konsep berupa tabel (jadwal). Beliau membuat peta konsep dalam bentuk bagan pula, ketika menjelaskan tentang ikhlas.
Bentuk bagan dan peta konsep yang dituangkan pada kitab ini menyuguhkan sebuah pesan bahwa teori tentang penulisan karya ilmiah memperhatikan kemudahan pembaca. Penulisan karya dengan perkembangan pesat produktifitas ilmu berkaitan dengan upaya agar teks mudah dipahami. Penjelasan dengan uraian yang panjang dimudahkan dengan bentuk bagan. Mungkin, hal ini didorong oleh pemahaman psikologis, bahwa banyaknya pemaparan terkadang menimbulkan kesulitan pembaca dalam membaca teks secara utuh.
Metode syarah pada beberapa teks matan, disajikan dengan uraian yang cukup panjang. Ditambah lagi dengan ruju’ kalimat yang beragam, membutuhkan keterampilan dan kecerdasan pembaca dalam kaitan makna antar teks. Kehadiran bagan atau peta konsep membantu pembaca dalam menangkap intisari materi yang disajikan. Kitab ini telah menunjukkan hal penting mengenai sajian buku, puluhan tahun sebelum buku-buku hari ini menyebar.
***
Kehadiran peta konsep pada kitab ini menghadirkan kesan kepiawaian penulis dalam memaparkan teksnya. Dari pemaparan yang panjang menjadi singkat, menampilkan kesan, apabila pembaca tidak rinci pada semua teksnya, cukup dengan melihat peta konsep. Apalagi bagi pembaca yang sudah mempunyai pengetahuan awal dengan materi yang sama dengan yang dibuatkan peta konsepnya.
Editor: Nabhan