Perkembangan pemahaman keagamaan muslim Nusantara tidak dapat dipisahkan dari peran besar ulama Hadrami, khususnya kalangan sayyid. Para sayyid di Nusantara dikenal sebagai ulama yang memiliki kepakaran dalam berbagai bidang keilmuan. Salah satu tokoh terkemuka di awal abad ke-20 adalah Habib Salim bin Jindan (1906–1969), seorang ulama ahli hadis yang diakui keilmuannya, baik oleh ulama semasa maupun generasi setelahnya.
Salah satu bukti pengakuan atas keahliannya adalah pujian dari Syekh Yasin al-Fadani, yang menyebut Habib Salim sebagai al-musnid (ahli sanad hadis). Selain itu, beliau juga dikenal sebagai penulis produktif dengan berbagai karya di bidang keagamaan. Salah satu kitabnya yang penting adalah “Ar Ra’ah al-Ghamidhah fi Naqdli Kalami ar-Rafidlah”, sebuah risalah yang ditulis sebagai respons terhadap maraknya propaganda Syi’ah Rafidhah sebelum Perang Dunia II.
Latar Belakang Penulisan Kitab
Habib Salim Jindan menulis kitab Ar Ra’ah al-Ghamidhah sebagai respons terhadap penyebaran pemikiran Syi’ah Rafidhah yang dinilainya membahayakan persatuan umat Islam. Beliau khawatir doktrin-doktrin kelompok ini dapat menanamkan sikap dendam, kebencian, dan permusuhan di antara kaum muslimin. Selain itu, Habib Salim melihat bahwa pemikiran ini tidak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga berpotensi mengikis nilai-nilai kasih sayang dan ukhuwah islamiyah yang menjadi pondasi persaudaraan umat.
Lebih jauh, beliau menegaskan bahwa perpecahan yang ditimbulkan oleh pemahaman sempit seperti ini dapat melemahkan kekuatan umat Islam secara keseluruhan. Dalam pandangannya, hilangnya rasa persaudaraan akan membuka pintu bagi konflik internal, yang pada akhirnya menguntungkan musuh-musuh Islam. Oleh karena itu, melalui kitab ini, Habib Salim tidak hanya mengkritik kesesatan Syi’ah Rafidhah, tetapi juga mengajak umat untuk kembali kepada prinsip persatuan dan menghindari segala bentuk fanatisme yang merusak.
Kitab Ar Ra’ah al-Ghamidhah Karya Habib Salim bin Jindan
Kitab setebal 56 halaman ini mengkritik doktrin-doktrin Syi’ah Rafidhah, terutama penolakan mereka terhadap kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman berdasarkan hadis Nabi. Selain itu, Habib Jindan juga memberikan nasihat berharga tentang pentingnya persatuan umat dan bahaya perpecahan.
Beliau mengingatkan:
“Janganlah bercerai-berai dan memisahkan diri, karena keduanya adalah penyebab hilangnya kenikmatan, rahmat, dan kemuliaan.”
Hal ini sejalan dengan firman Allah:
“Dan janganlah kalian menyerupai orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.“ (QS. Ali Imran: 105).
Ibnu Abbas juga mengingatkan:
“Takutlah kalian akan perselisihan dan perpecahan. Sungguh, orang sebelum kalian binasa karena riya dan perdebatan tentang agama Allah.”
Pentingnya Persatuan dan Mengikuti Jama’ah
Habib Salim menekankan bahwa kemuliaan dan keutamaan kaum mukmin hanya dapat diraih dengan kasih sayang, persatuan, dan menghindari kebencian serta iri dengki. Allah berfirman:
“Sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) sehingga mencerai-beraikanmu dari jalan-Nya.” (QS. Al-An’am: 153)
Ibnu Mas’ud menjelaskan bahwa “tali Allah” yang dimaksud adalah al-jama’ah (kelompok mayoritas yang mengikuti ajaran Islam yang benar). Tsabit bin Qulhnah al-Muzani juga meriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud berkata:
“Wahai manusia, tetaplah berada dalam ketaatan dan jama’ah, karena itulah tali Allah yang diperintahkan Rasulullah SAW.”
Jama’ah Menurut Habib Salim bin Jindan
Jama’ah adalah kelompok terbesar umat Islam yang mengikuti para imam shaleh dari kalangan sahabat dan tabi’in. Rasulullah SAW bersabda:
“Jika kamu melihat manusia dalam pertentangan, maka tetaplah bersama kelompok terbesar. Mereka adalah orang-orang yang menegakkan Islam, memerintahkan yang ma’ruf, dan mencegah yang mungkar.”
Nikmat Persatuan dalam Islam
Allah telah menganugerahkan nikmat persatuan melalui Rasul-Nya, yang menyatukan umat yang sebelumnya terpecah belah. Firman-Nya:
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128)
Rasulullah SAW berjuang keras mempersatukan umat, menjadikan mereka bersaudara, dan menjadikan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.
Identitas Buku
Judul : Ar Ra’ah al-Ghamidhah fi-Naqdli Kalami ar-Rafidlah (Fatwa Isu Penting)
Penulis : Al-Habib Salim bin Jindan dan Habin Naufal bin Salim Jindan
Penerbit : Asy-Syifa
Tahun : 1997
Halaman : 56 hlm
Editor: Assalimi