Report

Pidato Pengukuhan Gus Pur: Relevansi Kausalitas al-Ghazali dan Fisika Kuantum

2 Mins read

IBTimes.ID – Di dalam Islam, tujuan utama dan tertinggi ilmu pengetahuan atau sains adalah mengantarkan manusia untuk memahami, menjadi lebih dekat dengan dan tunduk serta takut kepada Sang Pencipta, Allah SWT (QS Fathir 35:28). Kepatuhan kepada Allah swt selanjutnya juga berarti kepatuhan kepada Rasul-Nya yang pernah bersabda:

خير الناس أنفعهم للناس

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama” (HR Ahmad).

Bentuk atau ungkapan kebermanfaatan bagi masyarakat tentu bergantung pada kemampuan dan keahlian setiap orang dalam menjawab kebutuhan atau masalah masyarakat sekitarnya. Ilmuwan dengan ilmunya juga harus bermanfaat dan terlibat dalam menyelesaikan masalah masyarakat sekitar.

Hal ini disampaikan oleh Prof. Agus Purwanto dalam orasi ilmiah pengukuhannya sebagai Guru Besar Fisika Teori Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Orasi ilmiah berjudul “Teori Kuantum dari al-Ghazali hingga Einstein, dari Kehendak Bebas Tuhan hingga Teleportasi Multi-Qubit” ini disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Ia menyebut bahwa ketertinggalan umat Islam dalam hal IPTEK tidak dapat dilepaskan dari faktor sejarah sepuluh abad slam. Menurutnya, mengutip Mulyadi Kertanegara, al-Ghazali berikhtiar menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama (naqli) yang sedang terancam oleh ilmu-ilmu rasional (‘aqli).

Serangan al-Ghazali dalam buku Tahafut al-Falasifah sangat telak dan efektif hingga saat ini. Setelah serangan tersebut, dunia Islam sunni melihat filsafat dengan penuh curiga bahkan dilarang di beberapa tempat.

“Karena itu, ikhtiar menghidupkan kembali ilmu-ilmu rasional juga harus menggunakan pendekatan dan argumen agama. Ilmu-ilmu rasional astronomi, biologi, fisika, kimia dan terapannya bukanlah ilmu profan (sekuler) melainkan pesan dan tugas keagamaan,” tegas Gus Pur, sapaan akrab Agus Purwanto.

Ia menyebut bahwa gagasan untuk mempertemukan sains dan agama telah ia tuangkan dalam kedua bukunya yang berjudul Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Alquran yang Terlupakan dan Nalar Ayat-ayat Semesta: Basis Konstruksi Ilmu Pengetahuan. Buku ini telah ia presentasikan sebanyak 398 kali dari Banda Aceh hingga Merauke dan luar negeri. Dari 398 presentasi, 126 di PT, 65 di PTAIN dan 39 di pesantren. Ia terlibat dalam penyusunan kurikulum prodi fisika atau pengajaran IPA di beberapa STAIN/IAIN/UIN.

Baca Juga  Buka Rembug Nasional, Busyro Muqoddas: Negara Harus Kembali pada Amanat Konstitusi

Puncaknya, gagasan ini ia realisasikan dengan mendirikan dua Pesantren Sains yang ada di Sragen dan Jombang. Selain itu, Gus Pur juga sedang membedah dan mensosialisasikan gagasan al-Ghazali yang mempunyai kesejajaran dengan teori kuantum.

“Al-Ghazali yang dikenal sebagai pengikut sekaligus juru bicara kalam al-Asy’ariy menolak keberadaan hukum sebab-akibat, kausalitas. Menurutnya, yang selama ini diyakini sebagai sebab dan akibat tidaklah niscaya. Keduanya saling bebas, yang satu tidak meniscayakan yang lain,” jelasnya.

ketiadaan kausalitas ala al-Ghazali ini menemukan relevansinya di dalam fisika kuantum. Keadaan pasti sistem kuantum tidak dapat diketahui dengan pasti kecuali kemungkinannya. Seperti contoh terdahulu, posisi elektron atom hidrogen tidak dapat diketahui dan hanya diketahui kemungkinannya yang terepresentasi melalui kabut elektron.

Menurut Gus Pur, pinsip ketaktentuan Heisenberg tidak memungkinkan keadaan saat ini suatu sistem diketahui secara pasti dan bersamaan, demikian pula keadaan di masa mendatangnya. Tidak ada kausalitas deterministik.

Pria kelahiran Jember ini menyebut bahwa semua itu terkait sebagai akibat dari takdir Allah yang mendahului eksistensinya. Jika yang satu mengikuti yang lain itu disebabkan Allah telah menciptakan keduanya dalam pola keterkaitan, bukan karena hubungan itu dalam dirinya sendiri merupakan keharusan. Api hanya akan membakar kapas jika Allah menghendaki api membakar. Allah pun dapat menciptakan rasa kenyang tanpa makan, hilang dahaga tanpa minum.

Sementara itu, kalam atau teologi Asy’ariyah bertumpu pada atau bertitik tolak dari penerimaan tindakan sewenang-wenang Tuhan. Menurut al-Asy’ari, dorongan hebat di balik tindakan Tuhan adalah “apa yang diinginkan-Nya” dan “karena kehendak-Nya”.

“Dengan penjelasan seperti ini diharapkan umat Islam yang mayoritas muslim sunni pengikut kalam al-Asy’ariy menjadi tertarik pada ilmu pengetahuan khususnya fisika kuantum. Gagasan yang lahir di awal abad dua puluh di Barat ini ternyata mempunyai kesamaan dengan gagasan Hujjatul Islam Imam Abu Hamid al-Ghazali. Gagasam kuantum bukanlah gagasan sekuler yang menjauhkan umat dari Allah, melainkan gagasan yang sesuai dengan teologi atau kalam al-Asy’ari,” tutupnya.

Baca Juga  Verena Meyer: Filsafat Sejarah Muhammadiyah - 'Aisyiyah

Reporter: Yusuf

Avatar
1459 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Hamim Ilyas: Islam Merupakan Agama yang Fungsional

1 Mins read
IBTimes.ID – Hamim Ilyas, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyebut, Islam merupakan agama yang fungsional. Islam tidak terbatas pada…
Report

Haedar Nashir: Lazismu Harus menjadi Leading Sector Sinergi Kebajikan dan Inovasi Sosial

1 Mins read
IBTimes.ID – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir memberikan amanah sekaligus membuka agenda Rapat Kerja Nasional Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan…
Report

Hilman Latief: Lazismu Tetap Konsisten dengan Misi SDGs

1 Mins read
IBTimes.ID – Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hilman Latief mengatakan bahwa Lazismu sudah sejak lama dan bertahun-tahun terus konsisten dengan Sustainable Development…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds