Separuh dari total jemaah haji Indonesia tahun 2023 adalah mereka yang tidak diberangkatkan 2022 akibat adanya pembatasan usia, yakni hanya jemaah di bawah 65 tahun yang diizinkan berangkat, sehingga jemaah haji lansia di atas 65 pada 2023 membludak. Akibatnya angka kesakitan dan kematian jemaah haji 2023 termasuk paling tinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Menyadari akan kerentanan kesehatan jemaah haji Indonesia, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) hadirkan inovasi kebijakan pengaktifan pos satelit sebanyak 11 sektor pada musim haji 1445 H / 2024 M.
Total ada 158 pos satelit yang didirikan pada 11 sektor yang disebar oleh Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Tujuannya adalah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan ke jemaah haji Indoensia. Setiap pos ini dikelola langsung oleh Tim Kesehatan Haji (TKH) kloter yang menjadi garda terdepan dalam memberikan layanan kesehatan kepada jemaah haji.
“Pos-pos ini dikelolah oleh Tim Kesehatan Haji (TKH) kloter yang selama ini menjadi garda terdepan dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada jemaah,” ujar Widi Dwinanda selaku Media Centre Kementerian Agama Republik Indonesia (Dikutip dari laman sehatnegeriku.kemkes.go.id).
Pemasangan satelit pada setiap sektor Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) ini hadir untuk melayani 241.000 jemaah haji Indonesia pada musim haji 1445 H / 2024 M. Jumlah itu terdiri dari 213.320 jemaah haji reguler dan 27.680 jemaah haji khusus. Jumlah tersebut adalah jumlah jemaah haji Indonesia terbanyak sepanjang penyelenggaraan haji Indonesia.
Satelit Permudah Akses Layanan Kesehatan
Widi Dwinanda juga menuturkan, bahwa adanya persebaran 11 titik pos satelit ini, untuk memudahkan akses fasilitas kesehatan jemaah haji Indonesia pada setiap sektor. Konsep dari pos satelit ini adalah layanan rawat jalan ke KKIH dan Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) tanpa memandang kloter jamaah yang dirujuk.
“Dengan adanya pos satelit, jemaah haji semakin mudah mengakses fasilitas kesehatan di sektor. Konsep pos satelit adalah layanan rawat jalan dan rujukan ke KKHI maupun RSAS tanpa memandang kloter jemaah. Layanan ini ditangani bersama-sama oleh TKH kloter,” ujar Widi saat melakukan jumpa pers media di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta (21/7/2024).
Selain adanya pos satelit, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah mengadakan poliklinik Risti atau risiko tinggi pada spesialis ke sektor. Tujuan adanya poliklinik risti ini adalah mendekatkan layanan KKHI kepada jemaah haji yang memiliki penyakit dengan risiko kesehatan tinggi, untuk tetap mempertahankan istithaah kesehatan dengan konsep KKHI menyapa sektor.
Mendapatkan Pujian dari Otoritas Kesehatan Saudi
Standar yang diberlakukan oleh Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) juga mendapat apresiasi dari pihak otoritas Arab Saudi. Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dinilai telah memberikan pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan oleh otoritas pengelola kesehatan Haji Arab Saudi.
“Kementerian Kesehatan Arab Saudi memberikan apreisasi kepada Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah,” ucap Widi (dikutip dari Kemenag.go.id).
Widi menyampaikan, bila penyerahan apresiasi dari pihak Kementerian Kesehatan Arab Saudi disampaikan langsung oleh Asisten Direktur Jenderal Kesehatan Kemenkes Arab Saudi Hatim Abdul Azizi Khoger di Klinik Kesehatan Haji Indonesia.
Selain itu, sejumlah Rumah Sakit Arab Saudi yang menjadi rujukan seperti Saudi National Hospital turut mengapresiasi pelayanan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
“Saudi National Hospital (SNH) merupakan satu dari 14 rumah sakit yang bekerjasama dengan KKHI Makkah pada muskim haji 1445 H/2024 M,” ujar Widi (dikutip dari Kemenag.go.id).
Saudi National Hospital juga menerima rujukan dari kloter dan sektor selain dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
“Saudi National Hopsital merupakan salah satu rumah sakit yang selalu menerima rujukan jemaah haji Indonesia dengan berbagai kondisi, terutama penyakit jantung,” jelas Widi (dikutip dari Kemenag.go.id).
*)Artikel ini diproduksi atas kerjasama Kemenag dan IBTimes.ID