Perspektif

Praktik Baik Mitigasi Covid-19 dan Kesiapan Menghadapi Gelombang Ketiga

2 Mins read

Seiring maraknya pemberitaan tentang varian omicron, rasanya gelombang ketiga Covid-19 benar-benar telah datang. WA menjadi semakin ramai oleh pemberitaan sanak saudara yang terkonfirmasi positif Covid-19. Sekilas, bayangan kerusuhan di gelombang pertama dan kedua beberapa waktu silam muncul kembali. Kita menjadi khawatir kericuhan seperti dua gelombang sebelumnya akan hadir kembali.

Publik perlu bersiap. Masyarakat perlu belajar dari dua gelombang sebelumnya yang telah menelan begitu banyak korban. Selain itu, pemerintah juga harus mawas diri. Pemerintah harus memberikan kebijakan dan kebijaksanaan yang jauh lebih baik dari dua gelombang sebelumnya. Seharusnya, dengan modal itu, kita jauh lebih siap.

Konon, menurut seorang cerdik cendekia, seseorang tak boleh jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya. Kita pernah jatuh ke lubang yang sama kedua kalinya. Maka, jangan sampai kembali jatuh untuk ketiga kalinya, agar status kemanusiaan kita tak jatuh layaknya keledai yang tak bisa belajar dari masa lalu.

Telah banyak kecerobohan dan kesalahan yang kita lakukan di dua gelombang sebelumnya. Namun, tak sedikit pula kita menyaksikan praktik baik masyarakat dalam menghadapi gelombang covid. Survei Lazismu menunjukkan bahwa kedermawanan masyarakat sama sekali tak surut walau dihantam pandemi. Pun dengan solidaritas. Solidaritas masyarakat tumbuh menjadi begitu kuat.

Hal ini secara langsung mengklarifikasi salah satu survei yang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk paling dermawan di dunia. Jika tidak ada kedermawanan ini, rasanya pemerintah akan kalang kabut menghadapi gelombang covid yang disertai dengan berbagai bencana di akhir tahun lalu.

Salah satu praktik baik masyarakat dalam menghadapi gelombang ketiga Covid-19 ini ditunjukkan oleh salah seorang penyintas dari aktivis MDMC PP Muhammadiyah. Namanya adalah Ninin Karlina. Ia terkonfirmasi positif Covid-19 ketika akan melakukan kegiatan di Denpasar, Bali. Kegiatan di Denpasar itu juga merupakan kegiatan pelatihan penanganan Covid-19.

Baca Juga  Pilkada di Tengah Covid-19: Ilusi dan Dosa Sosial

Sebelum penerbangan, ia dinyatakan bersih dari virus Covid-19 melalui tes. Namun, sesampainya di lokasi, ketika akan melaksanakan salah satu kegiatan MDMC, ia terkonfirmasi positif. Sebagaimana kegiatan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah pada umumnya, setiap pra kegiatan luring, seluruh pihak harus melaksanakan tes.

Ninin kemudian melakukan isolasi mandiri di sebuah hotel tak jauh dari lokasi kegiatan. Kuatnya solidaritas yang ditunjukkan oleh keluarga besar MDMC dan Muhammadiyah membuatnya tetap mampu melakukan berbagai aktivitas secara daring.

Pelatihan yang telah disusun sedemikian rupa di Denpasar pun harus diubah menjadi daring. Namun, nyatanya hal tersebut tidak menjadi kendala yang begitu berarti. Kegiatan tetap bisa berjalan dengan lancar dan interaktif. Apalagi, kegiatan tersebut juga berisi tentang sosialisasi Covid-19 dan upaya mitigasi bencana.

Ninin tetap berupaya menjalankan kegiatan dengan sebaik mungkin. Ia tetap menjadi narasumber dan moderator dari beberapa materi secara daring. Orang yang bisa bertahan adalah mereka yang selalu beradaptasi, ujarnya.

“Kita langsung praktik mitigasi di sini. Ada beberapa pemateri, fasilitator, dan peserta yang positif. Nah alhamdulillah kita bisa melakukan upaya mitigasi dan penanganan dengan sangat baik,” ujarnya.

Ninin selalu berpesan agar dalam keadaan apapun, kegiatan dan program yang baik harus tetap dijalankan. Ia tidak ingin menyerah terhadap penyakit yang ia dan rekan-rekannya di Muhammadiyah tengah lawan. Ia boleh terkena virus, namun gerakan untuk melawan harus tetap dilaksanakan.

Di sisi lain, MDMC PP Muhammadiyah telah memiliki sistem yang siap dan sigap. MDMC memiliki tim yang siap untuk menyiapkan berbagai keperluan penyintas yang tengah melakukan isolasi.

Solidaritas yang ditujukan pun tak hanya berkaitan dengan keperluan logistik dan kebutuhan sehari-hari, namun juga berkaitan dengan kebutuhan psikologi. Sebagaimana kita ketahui bersama, manusia adalah makhluk sosial. Setiap manusia akan merasa sangat kesepian apabila harus tinggal sendirian dan tidak boleh bertemu dengan siapapun dalam waktu yang lama.

Baca Juga  Ramadhan: Momentum Eratkan Kembali Persaudaraan di Tengah Pandemi

Maka, MDMC juga melakukan penjengukan virtual. MDMC memberikan berbagai macam hiburan kepada penyintas agar dapat menjadi hiburan dan mengusir rasa bosan. Lebih dari itu, penjengukan virtual juga menunjukkan bahwa penyintas tidak pernah sendirian. Bahwa akan selalu ada orang-orang di sekitarnya yang siap dan sigap membantu kapan saja dibutuhkan.

Praktik baik solidaritas yang ditunjukkan oleh MDMC dan oleh lapisan masyarakat yang lain setidaknya membuat kita yakin bahwa kita mampu menghadapi gelombang ketiga dengan penuh rasa optimis.

Editor: Saleh

Avatar
113 posts

About author
Mahasiswa Dual Degree Universitas Islam Internasional Indonesia - University of Edinburgh
Articles
Related posts
Perspektif

Moderasi Hilirisasi Haji

3 Mins read
Dalam beberapa tahun terakhir, hilirisasi haji telah menjadi sorotan penting di Indonesia. Berangkat dari visi untuk memberikan pelayanan haji yang berkualitas dan…
Perspektif

AI dan Masa Depan Studi Astronomi Islam

4 Mins read
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan program komputer yang dirancang dan dihadirkan untuk dapat meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan,…
Perspektif

Pendidikan sebagai Dasar Pembentuk Nilai Hidup

3 Mins read
“Pendidikan (opvoeding) dan pengajaran (onderwijs) merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds