Dalam beberapa waktu terakhir, banyak negara dunia yang mengecam presiden Perancis, Emmanuel Macron, yang membela majalah Charlie Hebdo. Sebagaimana yang kita ketahui, majalah tersebut menerbitkan karikatur Nabi Muhammad dan membuat muslimin di seluruh dunia marah. Hal ini di perparah dengan adanya pembelaan dari Presiden Macron, dengan dalih kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Macron juga mengatakan, negaranya tidak akan melarang kartun yang menggambarkan Rasulullah. Kalimat itu di sampaikan Macron seminggu setelah kejadian pemenggalan seorang guru sejarah bernama Samuel Paty (47). Samuel menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW kepada para muridnya dalam pelajaran kebebasan berekspresi pada 6 Oktober 2020 lalu.
Macron yang anti Islam juga pernah mengajukan undang-undang untuk ‘separatis Islam’ pada awal September lalu. Ia juga mengatakan bahwa Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia.
Padahal, di negara yang ia pimpin, pemeluk Islam termasuk yang paling banyak di daratan Eropa. Dilansir dari Republika, bahwa ada tujuh juta penduduk Perancis yang memeluk agama Islam. Ini menandakan bahwa Islam tumbuh subur di negara Zinédine Zidane tersebut.
Negara Perancis dan Islam
Islam dan Perancis, memang sudah ‘akrab’ dan masuk kesana dari sejak abad ke 8 melalui bagian selatan. Keduanya akrab pada masa peralihan kekuasaan dari Dinasti Umayyah ke Dinasti Bani Abbasiyah. Pada perkembangannya, Islamisasi di Perancis secara dimulai pada tahun 1980, yakni saat imigran muslim banyak berdatangan ke Perancis untuk perdagangan.
John Louis Esposito, dari Universitas Georgetown, memperkirakan perkembangan Islam di Perancis mencapai puncaknya pada tahun 1968. Namun John Louis tidak menyebutkan berapa banyak populasi muslim di Kota Mode pada saat itu.
Dan pada tahun 2020, Perancis menjadi negara dengan populasi muslim terbesar di Eropa. Dibawahnya ada negara Der Panzer, Jerman dengan sekitar empat juta penduduk yang beragama Islam. Di Perancis juga terdapat 4000 masjid yang berdiri, organisasi dan komunitas Islam juga tumbuh dan berkembang di negeri Napoleon Bonaparte.
Ditambah lagi banyak pula sekolah-sekolah Islam hadir di sana. Diantaranya sekolah swasta Islam Ibn Rushd di kota Lille dan Al Kindi di Lyon. Namun pernyataan Presiden Emmanuel Macron telah merusak kemesraan Islam dan Perancis. Hal ini juga tidak lepas dari provokasi dari majalah Charlie Hebdo serta Islamophobia di Eropa secara umum.
Islam di Sepakbola Perancis
Kita tidak asing dengan Zinédine Yazid Zidane, dimana Zizou, panggilan akrab Zidane, mampu memberikan tropi piala dunia kepada Les Bleus tahun 1999. Belum lagi nama-nama seperti Paul Pogba, Ousmane Dembele, N’Golo Kante, Adil Rami, Djibril Sidibe, Benjamin Mendy, dan Nabil Fekir.
Mereka adalah para pemain timnas Perancis yang mempunyai sumbangsih besar kepada negara dengan ikon Menara Eiffel tersebut. Pogba yang juga seorang muslim, pada Piala Dunia 2018 di Russia mengantarkan Si Ayam Jantan meraih piala untuk kedua kalinya bagi timnas Perancis.
Banyak kabar beredar Pogba keluar dari timnas menyusul pernyataan kontroversial Macron yang menyudutkan Islam. Namun kabar hoax itu sudah diklarifikasi oleh bintang Manchester United tersebut melalui akun instagramnya.
Banyaknya pemain sepakbola muslim di Perancis, menandakan bahwa Islam mudah diterima diberbagai lini di negara Macron. Namun, Charlie Hebdo yang sejak tahun 2006 telah menerbitkan karikatur yang di klaim sebagai gambar Nabi Muhammad tersebut. Telah menyulut kemarahan dari umat Islam di berbagai negara.
Dari ulahnya tersebut, majalah yang didirikan oleh Francois Cavanna mengalami berbagai terror, yang pada tahun 2011, 2015, dan tahun 2020. Dikala para pemain sepakbola Perancis yang beragama Islam memberikan sumbangsihnya kepada negara. Namun majalah tersebut malah memprovokasi dengan dalih kebebasan berekspresi, diperparah lagi dengan pernyataan Presiden Macron yang membela. Tentu saja hal ini akan menyakiti umat Islam di Perancis, tak terkecuali Zidane, Ousmane Dembele, hingga Paul Pogba.
Macron Pernah Membela Islam
Suami dari Brigitte Trognieux itu ternyata pernah membela Islam yang dimana Islamophobia sudah menjangkiti banyak orang di dataran Eropa. Dilansir BBC News (19/10/2019), Presiden Perancis tersebut menyatakan bahwa jangan memberi cap buruk kepada Muslim dan pemakai hijab.
Emmanuel Macron juga memperingatkan warganya agar tidak memberikan stigma buruk kepada Muslim atau menghubung-hubungkan Islam dengan terorisme. Rasanya hal ini terbalik seratus delapan puluh derajat dengan apa yang dilakukan oleh Macron sekarang ini. Mungkin saja ia juga sudah terjangkiti Islamophobia.
Macron yang menyatakan tetap mempertahankan prinsip sekuler yang diterapkan Perancis. Pemerintahannya juga akan tetap melanjutkan dan menghormati segala perbedaan di dalam perdamaian.
Tanpa ia sadari hal tersebut malah akan menimbulkan kegaduhan. Seharusnya Macron menyadari apa yang dilakukan Charlie Hebdo adalah sebuah ujaran kebencian dengan kedok kebebasan berpendapat. Mungkin benar apa yang dikatakan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, bahwa Macron perlu memeriksakan kesehatan jiwanya akibat melontarkan pernyataan tersebut.
**
Ucapan Macron dan provokasi yang dilakukan majalah Charlie Hebdo yang sering kali menyakiti hati umat Islam memang sudah melampaui batas. Nilai-nilai Islam yang mungkin tidak dipahami oleh Macron membuatnya harus berhadapan dengan kenyataan, yakni kecaman atas pernyataannya. Terlebih lagi umat dari agama lain juga tidak membenarkan apa yang dilakukan oleh Macron dan juga majalah Charlie Hebdo.
Namun, Islam akan tetap menjadi cahaya dan rahmat bagi semesta alam, sehingga yang dilakukan majalah Charlie Hebdo serta ucapan Macron tidak akan menyurutkan rasa cinta dan iman umat muslim.
Yang pasti, kita semua terutama yang beragama Islam sangat mengecam tindakan mereka. Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas perbuatan mereka, dan kita diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapinya. Aamiin (*)
Editor: Dhima Wahyu Sejati