Perspektif

Imbauan Buya Syafii Maarif di Masa Pandemi Covid-19

2 Mins read

Selama Covid-19 masih lagi mewabah di bumi yang indah nan elok ini, khususnya di Indonesia, Buya Syafii Maarif memilih untuk tidak ke mana-mana. Tetap di rumah saja dan menjaga kesehatan jasmani rohani, sesuai arahan pemerintah, tim medis, para pakar, dan maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Buya belum lagi bisa menerima tamu sampai keadaan pulih kembali. Kita semua sama-sama saling mengerti dan menjaga sekaligus berupaya memutus rantai penularan virus ini demi keselamatan bersama. Menolak mudarat, dalam kaidah Fikih, lebih didahulukan dari pada mengambil manfaat.

21 Maret 2020 pagi sekitar pukul 07.50 WIB, saya menyapa Buya via telepon untuk menanyakan kabar. Alhamdulillah Buya dalam keadaan baik. Buya berpesan agar tetap waspada dan awas, namun jangan panik. Tetap di rumah saja. Jika tidak penting sekali, tidak perlu keluar rumah. Jangan berkerumun. Shalat lima waktu pun di rumah saja. Jaga kebersihan badan dan lingkungan. Jaga kesehatan jasmani dan rohani.

Aktivitas Buya selama dalam masa isolasi mandiri ini masih seperti di hari-hari biasa saat keadaan masih normal. Membaca, menulis, bersih-bersih rumah, mencuci pakaian, dan menyirami tanaman. Sebagian pekerjaan rumah tangga kadang dilakukan secara mandiri untuk meringankan beban sang istri. Bersepeda keliling kampung sebagai olah raga Buya sehari-hari, diistirahatkan dulu sampai situasi normal kembali. Prinsipnya, seperti yang pernah Buya sampaikan, otak jangan dibiarkan menganggur, badan jangan dimanjakan.

Bagi si kreatif, rumah pun bisa menjadi tempat orang tetap produktif. Melalui tangan dingin seorang Buya, rumah adalah tempat di mana ia menghasilkan banyak karya tulis yang bernas dari hasil bacaan dan olah pikir yang mendalam. Baginya, isolasi mandiri bukan alasan untuk berdiam diri dan berpangku tangan. Justru ini menjadi peluang untuk banyak membaca, menulis, dan merenung. Tentu masih banyak lagi aktifitas positif dan produktif di dalam rumah yang bisa dilakukan di samping kewajiban kerja dari rumah.

Baca Juga  Salam: Tak Sekadar Teologis, Namun Juga Akhlak

Imbauan Buya Syafii

Dalam situasi seperti saat ini, Buya memberi imbauan:

“Dari analisis para pakar, wabah Covid-19 pasti akan berlalu, asal kita semua mau mendisiplinkan diri untuk tidak keluar rumah, jika tidak sangat penting. Wabah yang telah membunuh umat manusia dalam jumlah jutaan bukanlah masalah baru, tapi sudah pernah melanda dunia jauh sebelum abad modern. Oleh sebab itu, demi menjaga kelangsungan hidup kita semua, semangat solidaritas sosial dan saling membantu perlu selalu diingatkan. Kita tidak mungkin hidup sendirian di muka bumi, kita memerlukan orang lain. Tanpa orang lain, kita tidak punya arti apa-apa.”

Beberapa pakar dan tim medis yang berjuang keras pun tidak kebal dari wabah ini. Kepada mereka, Buya menyampaikan rasa hormat dan penghargaan yang amat tinggi. Kita semua bisa membantu perjuangan mereka dengan mendisiplinkan diri dan mengindahkan semua arahan pemerintah, tim medis, dan para pakar.

Jangan hanya pasrah namun bandel. Ini bukan hanya persoalan pribadi, tapi menyangkut kelangsungan hidup banyak orang. Ikhtiar dan tawakal adalah satu kesatuan sebagai ajaran agama yang harus ditempuh. Memisahkan ikhtiar dan tawakal atau memilih salah satunya sama saja menghianati ajaran agama itu sendiri.

Akhirnya, kata Buya:

“Info tentang Covid-19 begitu masif disiarkan melalui media cetak, TV, dan medsos, namun peringatan agar tetap waspada dan tidak panik kurang begitu diacuhkan publik. Tetapi bukankah akan lebih baik kita mau merenung untuk meningkatkan stamina spiritual kita agar terlihat jelas keterbatasan manusia dalam memecahkan masalah-masalah hidupnya. Teknologi kedokteran semakin canggih, tetapi jenis penyakit pun tidak mau kalah. Inilah dunia tempat kita bermukim sementara untuk kita pelihara bersama, bukan untuk ditaklukkan.”

Semoga wabah Covid-19 ini segera berlalu. Kita semua tentu merindukan shalat berjama’ah di masjid, sekolah, kuliah, dan momen kebersamaan lainnya dengan perasaan aman, damai, tanpa rasa was-was. Tapi semuanya kembali pada diri kita sendiri. Jika arahan pemerintah, tim medis, dan para pakar diindahkan, insyaallah momen kebersamaan itu bisa pulih lebih cepat. Wallahu a’lam.

Editor: Nabhan

Baca Juga  Hasrat Membangun Masjid itu Tidak Selalu Baik
Related posts
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…
Perspektif

Murabahah dalam Tinjauan Fikih Klasik dan Kontemporer

3 Mins read
Jual beli merupakan suatu perjanjian atau akad transaksi yang biasa dilakukan sehari-hari. Masyarakat tidak pernah lepas dari yang namanya menjual barang dan…
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *