Hadirnya Nabi Muhammad di Jazirah Arab
Jazirah Arab, adalah daerah yang memiliki padang tandus dan tanah yang gersang. Seolah-olah, primata yang terbiasa dengan kesegaran air yang jernih serta dedaunan segar tidak bisa hidup di negeri itu.
Namun daerah yang tandus tersebut seolah-olah mendapatkan cucuran mata air yang begitu jernih, mengaliri tanah-tanah dan menyirami lembah-lembah yang tandus, dikarenakan lahirnya manusia pilihan yaitu Nabi Muhammad SAW.
Sang utusan memberikan dampak yang besar, bagi kehidupan sosial orang-orang Arab pada saat itu.
Dampak Positif dari Kehadiran Nabi Muhammad SAW
Masyarakat Arab yang bermula memiliki degradasi moral dan kemanusiaan, berubah menjadi daerah yang penuh akan tatanan yang ideal di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW dengan risalah keislamannya.
Di bawah kepemimpinan sang Nabi, yang awalnya mendapat pertentangan dari orang-orang Quraish yang kontra terhadap ajarannya, kini berkembang begitu pesat.
Nabi Muhammad SAW hadir merekontruksi kembali pemikiran orang-orang Arab yang mulanya memiliki kebiasaan buruk dan mengubahnya menjadi masyarakat yang gandrung akan akhlak yang mulia.
Tidak hanya mengubah kepribadian orang-orang Arab pada saat itu, Nabi juga hadir sebagai tokoh revolusi yang mengubah tatanan sosial, dengan membentuk negeri yang lebih egaliter.
Tidak hanya sebagai tokoh religius, Nabi juga bertindak sebagai pimpinan negeri yang pada saat itu bertempat di Kota Yatsrib atau Madinah.
Di Kota tersebut, tidak hanya agama Islam saja yang menduduki. Tetapi ada berbagai agama dan keyakinan yang dipeluk oleh warga Madinah selain Islam. Yaitu, ada yang beragama Nasrani, Yahudi, dan Majusi.
Namun sang Nabi, tidak serta merta mengkucilkan mereka atau bahkan menindasnya, justru Nabi Muhammad mengayominya dengan baik. Beliau juga berperan sebagai rujukan hukum, mengenai permasalahan yang ada. Mulai permasalahan ekonomi hingga masalah personal, dari berbagai agama.
Mulai dari ajaran Nabi Muhammad tersebut, agama Islam berkembang begitu pesat. Setelah sang Nabi wafat, estafet tersebut diteruskan para sahabat untuk memipin negara.
Kemudian, Islam tidak hanya sebuah komunitas agama, tetapi sudah membentuk suatu peradaban dan budaya yang baru. Yang menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Kajian Orientalis Barat terhadap Nabi Muhammad SAW
Adapun mengenai ketokohan Nabi Muhammad yang berpengaruh terhadap peradaban Islam dan dunia, mendorong orientalis mengkaji lebih dalam tentang sosok Nabi Muhammad SAW.
Perlu diketahui, orientalis adalah cendekiawan Barat yang mengkaji secara komprehensif mengenai budaya Timur. Baik itu sosiolog, antropolog, ahli Bahasa, atau sejenisnya yang berfokus pada budaya Timur sebagai objek penelitiannya.
Orientalisme Barat dipandang negatif oleh sebagian orang Islam. Tak heran karena tidak sedikit tokoh orientalis yang menyayat hati orang-orang muslim karena pandangannya yang sentimen terhadap orang-orang Islam dan penelitiannya terkesan subjektif.
Hal itu dikarenakan ada motif yang beragam tentang penelitiannya. Mulai dari motif dominasi politik, ekonomi, maupun militer.
Tokoh Orientalis yang Sentimen kepada Nabi
Tokoh orientalis yang begitu mencolok menggambarkan Nabi Muhammad dengan citra yang buruk adalah Voltaire dan Henri Lammens. Bahkan Voltaire menulis drama tentang Nabi Muhammad dan ditampilkan di Pernacis, yang dicitrakan begitu buruk.
Adapun orientalisme Barat khususnya Eropa, kebanyakan mencitrakan sang Nabi sebagai sosok pria yang memiliki ketidaksempurnaan moral. Kasus tersebut berbanding terbalik dengan sosok Nabi Muhammad menurut pandangan orang Islam.
Orientalis yang Afirmatif kepada Nabi
Namun ada salah seorang orientalis yang mempunyai pandangan berbeda daripada kebanyakan orientalis eropa yang terlalau mendiskreditkan budaya Timur, terutama pertokohan Nabi Muhammad.
Ia adalah Annemarie Schimmel, tokoh orientalis dari Jerman. Annemarie menulis di dalam esainya tentang kualitas komunikasi dan praktik orientalisme.
Ia mengatakan bahwa ada pendistorsian tentang sosok Muhammad. Hal tersebut dikarenakan tokoh orientalis yang secara frontal menyerang Islam, tidak mengkaji Al-Qur’an lebih jauh. Serta tidak benar-benar membaca dan mendalami Al-Qur’an, secara menyeluruh.
Selain Annemarie, orientalis George Jordac yang sekaligus ilmuan Kristen juga memiliki pandangan yang bijak mengenai Nabi Muhammad.
Bahkan George Jordac juga mengkritik para orientalis yang terkesan menyerang Islam. Ia mengatakan: “Bahwa karya-karya yang seperti itu (orientalis yang menyerang Islam) bertentangan dengan semangat sains dan metode ilmiah.”
Tentunya patut disayangkan orientalisme yang seharusnya mengedepankan semangat sains dan menggunakan metode imiah yang benar, sehingga melahirkan penelitian yang objektif. Tanpa dinodai dengan maksud politik atau sejenisnya, yang menimbulkan api perselisihan.
Annemarie Schimmel, yang secara aktif mengkaji budaya Timur, begitu terkesan dengan Islam. Terlebih lagi ia begitu terkesima dengan sosok tokoh Nabi Muhammad SAW yang tercermin dari tulisannya yang berbunyi, “Muhammad adalah pelita Islam. Cahaya yang menerangi kegelapan dunia. Ia adalah lilin yang menyala, sehingga hati manusia seperti laron yang terbang mengitarinnya.”
Editor: Yahya FR