Perspektif

Prof Baroroh Baried (1): Wanita Indonesia dan Pembangunan Bangsa

4 Mins read

Oleh: Prof Siti Baroroh Baried

Dalam dekade terakhir abad XX banyak dibicarakan masalah Wanita Indonesia, disorot keberadaannya dari berbagai disiplin ilmu, dan muncul dalam ber­bagai topik seminar, seperti “Wanita dan Pembangunan”, Wanita dan Etos Kerja, “Wanita dan Prospek Masa Depan”, “Wanita dan KLH”, Wanita Indo­nesia dan Tahun 2000”, “Islam, Kedudukan dan Fungsi Wanita”, Islam dan Problem yang Dihadapi Wanita”, “Wa­nita Indonesia, Citra dan Fakta”, “Wani­ta Indonesia”, “Peranan Wanita Indo­nesia antara Harapan dan Realitas”, dan masih banyak lainnya.

Kemajuan Wanita

Fenomena ini menunjukkan bahwa dunia telah membuka matanya kepada wani­ta. Pembicaraan mengenai wanita pada umumnya bermaksud akan menolong wanita untuk menghadapi dan mengatasi masalah yang terbentang di hadapannya, dalam konteks semakin berartinya di dalam kehidupan ini.

Dalam skala global, potensi wa­nita telah diperhitungkan dalam me­ngatasi kesulitan umat manusia. Tidak ada masalah yang dijumpai da­lam zaman yang telah semakin maju ini, tanpa mengikutsertakan dalam pembicaraan itu hal-hal yang berhubungan dengan wanita. Misalnya masalah pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, ekonomi keluarga, kepariwisataan, industri, sampai dalam masalah teknologi dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal tersebut memang menantang wanita untuk menyambutnya dengan siap jasmani dan rohani, siap bekal spiritual, dan siap ilmu pendidikan yang perlu dimilikinya.

Dewasa ini dunia akan merugi kalau tidak memanfaatkan pontensi wanita, seperti yang dikatakan oleh Gunnar Myrdal dalam bukunya The Asian drama: “Dunia ini telah menghamburkan setengah dari potensi yang sangat diperlukan, karena dunia tidak memberi potensi yang sangat diperlukan, karena dunia tidak memberi pendidikan dan kesempatan kerja kepada wanita secara cukup”.

Bagaimana variasi keadaan wanita telah ditulis oleh Ruth leger Sivard dalam bukunya Women, a World Survei (1985): “Dunia ini dihuni oleh lebih dari 2,5 miliyar wanita, yang berbicara dalam 2.976 bahasa, menempati berbagai negara yang GNP nya berkisar antara 200 dollar hingga 30.000 dollar pertahun, yang hidup dalam berbagai keadaan sosial.

Baca Juga  Wild Swimming, Conscious Living, Adventures That Matter

Wanita Indonesia

Di Indonesia pun wanita banyak diperhatikan, disanjung kalau menonjol kehebatanya, seperti Dr. Pratiwi Sudarmono, calon astronot wanita Indonesia. Atau akan dikasihani kalau sedang bernasib malang, se­perti para TKW. Kadang juga dicerca kalau melakukan tindak kriminil yang kelewat batas. Negara Indonesia telah mengajak wanita untuk berpartisipasi dalam pembangunan secara pasti, karena sudah masuk dalam GBHN berturut-turut mulai Pelita Pertama hingga Pelita Kelima.

Upaya untuk meningkatkan peranan wanita Indonesia juga telah dilakukan dengan berbagai pro­gram pemerintah maupun oleh ber­bagai organisasi wanita di Indonesia. Memang wanita Indonesia masih da­lam taraf dibicarakan, dan harus ber-usaha menjadi faktor yang turut mem-bicarakan dan turut memutuskan. Ke-sadaran wanita akan kedudukan, fungsi, hak, dan kewajibanya dalam hidup bermasyarakat, berkeluarga sudah semakin meningkat. Faktor ini yang menjadi motivasi kuat bagi wa­nita untuk mangembangkan dirinya, dan mengembangkan bakatnya.

Sehubungan dengan program pengembangan potensi wanita dalam pembangunan ini, muncullah berba­gai kendala dan masalah yang dihadapi wanita Indonesia, karena de­ngan sendirinya muncullah peran gandanya. Wanita Indonesia sesuai dengan naluri kewanitaannya dan naluri kebudayaannya tempatnya adalah di lingkungan keluarganya. Mengerjakan pekerjaan di rumah atau pekerjaan yang sifatnya domestik, bertangung jawab kepada pendidikan anak-anak, dan melayani suami.

Suami dalam kehidupan wajar adalah berkedudukan sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab kepada tercukupinya kebutuhan keluarga, melindungi anggota keluarganya, istri, dan anak-anaknya. Wanita ikut menciptakan hidup yang harmonis antara ang­gota keluarganya. Inilah hidup wanita yang wajar.

Wanita Indonesia di Persimpangan Jalan

Akan tetapi, keadaan dan pembangunan demi majunya bangsa dan negara kehidupan itu harus berubah. Wanita dituntut bekerja di luar rumah, diberi pendidikan, dan bekal untuk dapat berpartisipasi dalam pro­gram-program pembangunan. Dengan adanya perubahan kehidupan sosial ini muncullah perubahan nilai-nilai dalam kehidupan ini.

Baca Juga  Mendukung Pembicaraan tentang Kesetaraan Gender

Pada hakikatnya memang wanita Indonesia masih berada di persimpangan jalan. Pe­ran ganda sudah mulai dialami oleh wanita Indonesia, dalam kondisi wani­ta Indonesia yang keadaan sosial, budayanya masih sangat berbeda-beda. Inilah yang akan merupakan problema wanita dalam memenuhi peranannya yang semakin luas dan kompleks dalam era pembangunan ini.

Mereka harus ditolong dangan bimbingan, dan terutama ditolong oleh para bapak yang harus memahami bahwa keadaan dan dunia wanita telah beranjak dari kehidupan tradisional ke kehidupan yang maju. Sebaliknya, dari pihak wanita pun juga tetap berpijak kepada kesadaran dan fungsinya dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara.

Dalam kondisi politik, wanita In­donesia telah dijamin persamaan hak, kewajibannya dengan laki-laki, seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 36; dan kewajiban berpartisipasi dalam pembangunan telah jelas dalam GBHN. Implementasi dari keadaan telah terkondisi dalam berbagai fenomana, misalnya tidak ada lagi diskriminasi dalam bidang pendidikan, bidang administrasi kenegaraan, dalam penyantunan so­sial, penyantunan kesehatan, pengembangan kemandirian pribadi, dan masih banyak lainnya. Kondisi yang demikian ini memerlukan pro­ses, dan kemajuan proses ini perlu ditunjang oleh sambutan wanita sendiri untuk mengisi peluang-peluang yang tersedia.

Meluasnya kesempatan memperoleh pendidikan telah melahirkan wanita berpendidikan cukup, dan terbukanya kesempatan kerja yang semakin luas dan semakin mantap. Mereka akan semakin luas mendapatkan tempat-tempat kerja yang strategis, yang memerlukan tanggung jawab yang lebih berat. Mereka semakin besar kompetisinya dengan laki-laki un­tuk mendapatkan kesempatan itu, kompetisi yang seharusnya sehat.

Menghadapi Pergeseran Nilai

Dengan perubahan yang demikian, kalau dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, terutama dengan kon­disi yang masih hidup dalam kebudayaan tradisional, maka wanita harus siap menghadapi pergeseran nilai-nilai. Pergeseran nilai-nilai itu akan menyangkut kehidupannya sebagai individu, sebagai penerus keturunan, se­bagai anggota masyarakat.

Baca Juga  Siti Baroroh, Melawan Domestikasi Perempuan

Sebagai individu, wanita memiliki kodrat atau fitrah yang berhubungan dengan fungsinya. Sebagai penerus keturun­an, dia mengalami haid, kawin, mengandung, melahirkan, memelihara, dan mendidik anak-anaknya. Fungsi demikian harus tetap dimiliki oleh wa­nita, bagaimana tinggi pendidikan yang diraihnya. Kodrat ini membawa wanita kepada fungsi sebagai istri, sebagai ibu anak-anaknya, dan seba­gai ibu lingkungan dan masyarakatnya. Fungsi terakhir ini merupakan akibat dari lebih luasnya cakrawala pendidikannya, dan kesadarannya dalam mengamalkan pendidikannya itu.

Bangsa Indonesia sedang membangun, dan bercita-cita menjadikan negara semakin maju, semakin mendekati kesejajarannya dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju. Masa depan bangsa Indo­nesia diharapkan semakin sejahtera. Rakyatnya lebih makmur dalam kondisi sosialnya, ekonominya, budaya, dan bahkan politiknya. Masa depan bangsa Indonesia menuju kehidupan yang lebih cerah, baik kehidupan jasmani maupun kehidupan rohaninya, sebagai yang selalu dinyatakan oleh pemimpin-pemimpinnya. Menghadapi hal itu semua, muncul pertanyaan, apakah peranan wanita sebagai pembina umat, dalam era kehidupan yang semakin maju itu?

Sumber: “Wanita Muslim dan Etos Kerja” karya Prof Siti Baroroh Baried dalam Jurnal Al-Qalam edisi Desember 1991, IKIP Muhammadiyah Yogyakarta.

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds