Oleh: Prof Siti Baroroh Baried
Umat yang akan datang terutama berasal dari asuhan wanita. Keberhasilan mengasuh anak-anaknya juga karena ada keharmonisan antara ibu dan bapak dalam kehidupan berkeluarganya. Keharmonisan itu harus diciptakan secara bersama antara suami dan istri. Maka tugas sebagai istri dan tugas sebagai ibu kalau dipenuhinya dengan baik akan menjamin pendidikan anak-anaknya, para manusia baru, para umat yang akan datang.
Mempersiapkan Wanita
Mengingat demikian pentingnya wanita sebagai pengendali perubahan, pergeseran nilai-nilai yang dihadapi oleh para generasi baru, maka wanita harus dipersiapkan sedini mungkin. Kalau prospek bangsa Indonesia selalu dikaitkan dengan abad XXI, maka sekarang ini sudah dapat dikatakan terlambat untuk mengadakan persiapan-persiapan dimaksud.
Iklim untuk meningkatkan potensi wanita Indonesia sudah terkondisi, dengan berbagai kegiatan yang diprakarsai oleh lembaga-lembaga pemerintah, semi pemerintah, dan lembaga-lembaga swasta, seperti organisasi-organsiasi wanita, atau kegiatan yang khusus diadakan untuk wanita. Iklim ini perlu digalakkan hingga kondisi yang telah baik ini mampu untuk secara terus-menerus meningkat dengan menyusun program, mengevaluasi program, meningkatkan program, dan seterusnya, hingga kegiatan memacu potensi wanita akan terarah.
Kegiatan yang mulia ini masih menghadapi hambatan yang tidak ringan. Kondisi yang telah baik ini sering dirusak oleh wanita sendiri, atau oleh pihak kaum bapak, yang belum tumbuh kesadarannya bahwa wanita Indonesia sudah meninggalkan kehidupan tradisional, dan sudah masuk ke kehidupan maju atau modern. Hambatan juga muncul dari budaya yang masih berakar dalam masyarakat tertentu. Faktor pendidikan masyarakat juga menentukan mudah atau sulitnya menghadapi kendala dan hambatan untuk memajukan wanita Indonesia.
Bangsa Indonesia akan semakin maju sesuai dengan derap pembangunan yang kini sudah sampai akhir dari tahap pertama pembangunan jangka panjang, ialah selama 25 tahun. Masyarakat pun akan menghadapi berbagai kemajuan yang akan membawa kesejahteraannya. Umat akan menikmati hasil pembangunan yang sudah mulai dirasakan dari pelita ke pelita berikutnya.
Keterampilan
Umat semakin maju, semakin merasakan arti kemerdekaan dan arti kemajuan. Generasi demi generasi akan semakin menunjukkan peningkatan kecerdasannya, kemantapannya, dan kemasakan jiwanya berkat pendidikan yang semakin terarah, sesuai dengan kemajuan bangsa dalam dunia pendidikan. Fasilitas pendidikan semakin memadai untuk mengembangkan daya kreativitas para siswa dan mahasiswa, hingga umat akan semakin maju dalam berbagai bidang ilmu. Ketinggalan bangsa Indonesia dari bangsa lain, sedikit demi sedikit telah terkejar, hingga dewasa ini bangsa dan negara Indonesia harus diperhitungkan dalam percaturan dunia
Menghadapi kesemuanya itu, maka wanita dengan perannya pun perlu terus ditingkatkan, karena umat tempatnya untuk tugas pembinaan semakin maju. Perubahan nilai-nilai pun semakin nyata. Dalam hal ini perlu dipacu kemajuan wanita. Usaha ini dalam akhir abad XX sudah terasa terarah.
Ketrampilan untuk wanita, hingga dapat memajukan ekonomi keluarga sudah digalakkan dalam berbagai kegiatan. Bidang koperasi sedang ditawarkan kepada kelompok wanita. Semua gejala akan berdampak negatif dan positif. Maka faktor mental spiritual wanita adalah merupakan modal yang sangat penting. Pembekalan mental spiritual bagi wanita yang paling tepat adalah peningkatan wanita dalam penghayatan ajaran Islam. Mental spiritual yang dilandasi dengan iman yang kokoh, akan merupakan modal dasar wanita dalam mengisi peranannya yang semakin kompleks akibat dari hasil pembangunan juga.
Kalau di depan dimunculkan beberapa butir nilai untuk wanita yang bersumber dari ajaran Islam, maka semakin dilibatkan wanita dalam pembangunan ini, perlu semakin digali nilai-nilai dalam Islam guna meningkatkan gairah untuk mengaktualisasikan nilai itu dalam peranannya sebagai pembina umat. (Bersambung)
Sumber: “Wanita Muslim dan Etos Kerja” karya Prof Siti Baroroh Baried (Jurnal Al-Qalam edisi Desember 1991/IKIP Muhammadiyah Yogyakarta
.Editor: Arif