Oleh: Prof Siti Baroroh Baried
Dalam tiga dekade terakhir abad XX dunia telah mulai sadar, bahwa wanita perlu diikutsertakan dalam usaha-usaha perdamain dunia. Potensi yang ada dalam diri wanita perlu dimanfaatkan secara optimal. Hal ini merupakan tantangan bagi wanita untuk mengaktualisasikan dirinya dengan meningkatkan peranannya dalam bidang yang kuat relevansinya dengan kodrat kewanitaanya, ialah tugas-tugas sebagai pendidik generasi baru, yang telah dipercayakan kepadanya dari Tuhan Yang Maha kuasa dan Maha Bijaksana. Di samping itu juga dalam bidang ketrampilan wanita yang sesuai dengan kodratnya dan citranya untuk menumbuhkan sikap kemandiriannya yang mantap.
Memperluas Wawasan
Sesuai dengan tuntutan pembangunan bangsa dan negara, maka pontensi wanita perlu diperluas wawasannya, ialah harus juga berpartisipasi dalam pembangunan yang jangkaunya sampai keluar dari kawasan keluarganya dan rumah tangganya. Ini merupakan panggilan zamannya, dalam era peningkatan integrasi wanita bersama-sama dengan pria dalam kebersamaannya sebagai mitra sejajar yang bertanggung jawab terhadap suksesnya pembangunan.
Untuk itu, wanita perlu mengembangkan karier dan etos kerja sesuai dengan yang telah menjadi pilihannya. Di sini muncul peran ganda wanita yang kedua-keduanya harus menjadi sebagian dari hidupnya. Dunia wanita yang hanya mengurusi masalah domestik telah usai. Wanita perlu memikirkan kehidupan di luar rumah tangganya, ikut serta memajukan wanita, bangsanya dengan mengintegrasikan diri dalam wadah kegiatan yang menjadi pilihannya juga. Maka dunia wanita menjadi tiga, dunia keluarga, dunia karier, dunia masyarakat. Inilah tempat berpartisipasinya wanita dalam pembangunan secara luas
Untuk dapat melangkah secara tegap dan bulat, maka pertama dia harus mandapat pengertian dari sang suami, mitra dalam kehidupan keluarga. Pengertian dan izin suami untuk mengisi kegiatan di luar rumahnya merupakan sumbangan pria yang secara tidak secara langsung dalam pembangunan.
Sebaliknya bagi sang istri, pengertian dan izin perlu dijunjung tinggi, hingga keberadaanya di luar rumah akan dimanfaatkan secara optimal. Karena pengorbanan telah mulai disumbangkan, ialah berupa waktu-waktu tertentu untuk keluar rumah, waktu yang sangat berharga untuk menciptakan kehangatan di tengah-tengah keluarganya
Pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan tentu akan dirasakan. Akan tetapi adanya pergeseran nilai yang menuju ke kemajuan bangsa dan negara perlu ditanggapi dengan sikap positif, dan langkah-langkah yang matang, yang dipandang akan memberi nilai tambah kepadanya, kepada keluarga, dan kepada bangsanya. Inilah yang diharapkan oleh pembagunan untuk diisi oleh wanita pada umumnya, wanita Indonesi pada khususnya.
Dukungan Laki-laki
Pengertian dan pemahaman tidak hanya laki-laki yang notabene suami saja, akan tetapi harus datang dari dunia laki-laki pada umumnya. Pandangan bahwa tempat wanita hanyalah dalam rumah, dan pekerjaannya hanyalah pekerjaan domestik sudah dipandang kolot, perlu diubah. Wawasan dunia laki-laki perlu di perluas horisonnya, tidak dapat tetap egois, bahwa istri hanya untuk dia dan anak-anaknya saja.
Tidak, wanita harus membagi waktu untuk ketiga dunia tadi, dan harus menetapkan prioritas, apabila saat-saat tertentu dia perlu menanggalkan perhatian terhadap dunia yang kedua dan ketiga. Maka wanita perlu berpikiran maju mampu menentukan pilihan yang tepat. Di sini terletak kebijakan wanita untuk berani menentukan sikap yang tegas, menentukan pilihan yang dipandang lebih baik, yang akan mempengaruhi etos kerjanya. Kemampuan ini akan dimiliki oleh wanita karena berpendidikan cukup, berpengalaman luas, dan berkepribadian yang mantap.
Bekal-bekal untuk menjadikan dirinya mampu mengemban tugas keluarga, tugas bermasyarakat, dan berbangsa secara sempurna perlu didukung dengan motivasi ajaran agama Islam yang mendalam, dengan penuh kesadaran bahwa semua tugas itu hakikatnya merupakan pengabdianya kepada Allah SWT, merupakan sarana untuk beribadat kepada-Nya. Bekal inilah yang perlu membimbing wanita ke jalan yang benar, selalu ingat dari penyimpangan-penyimpangan moral.
Kesemuanya itu perlu dihayati oleh wanita, kalau mengharapkan sukses dalam pengabdiannya baik.untuk keluarga maupun untuk masyarakat dan bangsanya. Akhirnya, sekali lagi, wanita karier yang cukup bijaksana akan tetap pada kodratnya, akan tetap setia pada karier dan etos kerja, dan akan rela pada masyarakatnya. Inilah yang memberi gelar kepada wanita sebagai yang mandiri, dan di sinilah terletak etos kerja wanita. (Habis)
Sumber: “Wanita Muslim dan Etos Kerja” karya Prof Siti Baroroh Baried (Jurnal Al-Qalam edisi Desember 1991/IKIP Muhammadiyah Yogyakarta.
Editor: Arif