Kita tahu, selain sebagai Nabi Allah, Nabi Muhammad Saw juga manusia biasa yang mempunyai sifat dan kebiasaan manusia pada umumnya seperti lapar, sakit, atau masuk pasar. Namun, sifat kenabian pada diri Nabi Saw yang membuatnya menjadi manusia pilihan (al-musthafa), dan pembeda dengan manusia yang lain. Karena itu, ada sekian banyak riwayat yang perlu diperhatikan, bahkan diluruskan.
Dalam mendengar dan membaca uraian-uraian menyangkut Nabi Saw, kita harus punya prinsip-prinsip dasar. Pertama, bahwa Nabi Muhammad Saw adalah manusia. Allah Swt berfirman:
قُلْ اِنَّمَاۤ اَنَاۡ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰۤى اِلَيَّ اَنَّمَاۤ اِلٰهُكُمْ اِلٰـهٌ وَّاحِدٌ ۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَآءَ رَبِّهٖ فَلْيَـعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًـاوَّلَايُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahf [18]: 110).
قُلْ اِنَّمَاۤ اَنَاۡ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰۤى اِلَيَّ اَنَّمَاۤ اِلٰهُكُمْ اِلٰـهٌ وَّاحِدٌ فَاسْتَقِيْمُوْۤا اِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ ۗ وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِيْنَ
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Dan celakalah bagi orang-orang yang menyekutukan-(Nya).” (QS. Fussilat [41]: 6).
Itu artinya, kata Quraish Shihab, jangan menambah-nambahi hal yang mengarah kepada membedakan sosok kemanusiaannya dengan yang lain. Jelasnya, beliau juga merasakan susah-senang, kenyang-lapar dan sakit. Ini sangat berbeda dengan orang-orang musyrik masa dahulu yang beranggapan bahwa Nabi itu tidak boleh manusia. Sebagaimana kata mereka:
مال هذا الرسول يأكل الطعام ويمشي فى الاسواق
Artinya: “Kenapa ini yang katanya Rasul kok makan dan masuk pasar?”
Beginilah cara kita membaca sejarah, kata Quraish Shihab. Dan, ini (perkataan orang musyrik) riwayat yang sangat bertentangan dengan kemanusiaan secara umum. Maka ragukanlah dia. Walaupun pada saat yang sama kita berkata (ini biasanya orientalis yang lupa) bahwa dia (Nabi Muhammad) adalah manusia biasa, akan tetapi dia juga Nabi. Sehingga dalam sosok kenabiannya dia bisa didukung oleh hal-hal yang berada di luar kemampuan manusia biasa.
Kalau dia manusia, maka apa yang dianggap baik oleh manusia itu ada pada Nabi. Dan apa yang dianggap buruk oleh manusia itu tidak mungkin ada pada Nabi. Pasti bersih. Bahkan, saking bersihnya Nabi suka pakai baju putih-putih.
Penting dicatat, bahwa kata Quraish Shihab, ada dua hikmah memakai baju putih. Pertama, kalau kotor pasti ketahuan. Itu sebabnya, jika anda kotor, maka jangan coba-coba memakai baju putih. Kedua, sekiranya anda mempunyai dua baju putih, maka orang tidak akan tahu berapa baju anda.
Iya, begitulah salah satu keistimewaan baju putih sehingga Nabi senang memakainya dalam keadaan bersih, rapi dan harum semerbak wangi. Alhasil, semua sifat-sifat yang terpuji ada pada diri Nabi Muhammad Saw. Kisah teladan mengenai Nabi Muhammad Saw pasti sudah banyak sekali yang mengetahuinya. Pasalnya, Nabi Muhammad Saw sejak kecil sudah dikenal sebagai pribadi yang baik. Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an surah Al-Qalam ayat 4:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam [68]: 4).
Wallahu a’lam bisshawab.
Editor: Soleh