IBTimes.ID – Setelah surat permintaan pengunduran diri oleh Rais Aam PBNU Miftahul Akhyar kepada Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, polemik tersebut berlanjut pada isu pemecatan penasehat Ketum PBNU, Charles Holland Taylor.
Mandat Charles Holland Taylor dicabut oleh Miftahul Akhyar berdasarkan Surat Edaran No. 4780/PB.23/A.II.10.71/99/11/2025 tanggal 22 November 2025. Dokumen ini membahas tentang Pencabutan Tanda Tangan dalam Surat Penetapan Penasihat Khusus Ketua Umum PBNU untuk Urusan Internasional. Di dalam surat tertulis bahwa langkah ini merupakan tindak lanjut dari hasil keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU pada 20 November 2025 di Jakarta.
“Kami selaku Rais Aam PBNU menyatakan mencabut tanda tangan dalam Surat Keputusan PBNU Nomor 3137/PB.01/A.II.01.71/99/12/2024 tentang Penetapan Penasihat Khusus Ketua Umum PBNU untuk Urusan Internasional,” tulis surat tersebut sebagaimana dikutip dari Viva.
Umarsyah, Ketua PBNU dalam kesempatan terpisah mengklarifikasi surat tersebut. Menurutnya, keputusan Rais Aam bersifat final. Ia mengimbau seluruh pengurus NU di berbagai tingkatan agar tidak mudah terprovokasi dan tetap tenang sambil menunggu keputusan Syuriah PBNU.
Berbeda dengan Umarsyah, Katib Aam PBNU, Ahmad Said Asrori justru menyebut bahwa tidak ada pemecatan terhadap Charles Holland Taylor. Menurutnya, seluruh kiai sudah sepakat tidak ada pemecatan.
“Ini tadi para kiai sepakat, tidak ada pemecatan. Dan Rais Aam tidak pernah memecat orang, tidak pernah,” tutur Said dalam konpers seusai rapat bersama Ketum Yahya Cholil Staquf dan sejumlah kiai di Gedung PBNU, Jakarta, pada Minggu (23/11) sebagaimana dilansir dari Tirto.
Profil Charles Holland Taylor
Nama Holland Taylor tidak asing bagi aktivis muslim di Indonesia. Pasalnya, mualaf asal Amerika Serikat tersebut sudah sering menjalin kerjasama dengan kalangan muslim Indonesia, utamanya Nahdlatul Ulama. Pada tahun 2003, ia mendirikan LibForAll bersama mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang juga mantan Ketua Umum PBNU. LibForAll adalah lembaga swadaya masyarakat yang bekerja dalam isu anti ekstremisme di dunia internasional.
Sekitar satu dekade kemudian, di tahun 2014, ia mendirikan organisasi Bayt Ar-Rahman bersama KH Ahmad Mustofa Bisri dan Gus Yahya. Organisasi tersebut bertujuan untuk melakukan reformasi ortodoksi Islam yang sudah tidak relevan. Salah satu programnya adalah “Humanitarian Islam” yang terlaksana pada tahun 2017. Sejak saat itu, Holland Taylor resmi menjadi Utusan untuk Perserikatan, Bangsa-Bangsa, Amerika, dan Eropa untuk Gerakan Pemuda Ansor.
Ia juga tercatat sebagai salah satu pendiri Center for Shared Civilizational Values (CSCV). Organisasi ini berdiri pada 2021, kemudian ditunjuk PBNU untuk terlibat urusan internasional pada 2022.
(FI)

