Bengkulu.IBTimes.Id. Gubernur Bengkulu Dr. Rohidin Mersyah mengatakan bahwa sekarang adalah era kolaborasi. Yaitu era di mana orang tidak perlu memiliki asset untuk menjadi kaya. Orang kaya hari ini bukan yang memiliki asset, tetapi yang bisa mengkolaborasikan asset orang lain di luar yang kita miliki menjadi kekuatan. Kuncinya adalah merajut jejaring lewat kemampuan berkomunikasi. Demikian seperti yang disampaikan dalam Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Bengkulu, kemarin (7/2).
Era Kolaborasi
Rohidin Mersyah menegaskan bahwa di era revolusi 4.0 saat ini, semua orang telah mengakui bahwa Muhammadiyah adalah organisasi besar. Asset Muhammadiyah luar biasa, sumber daya manusia di semua lini tersedia. Menurutnya, saat ini tinggal bagaimana mengorganisasi masing-masing asset tersebut agar menjadi kekuatan besar bagi organisasi Muhammadiyah.
“Sekarang eranya tidak perlu memiliki asset untuk menjadi kaya. Orang kaya hari ini bukan yang memili asset, tetapi orang yang bisa mengkolaborasikan asset orang lain di luar yang kita miliki menjadi kekuatan,” papar Rohidin ketika mengungkap fenomena revolusi 4.0.
Menurut Rohidin, era 4.0 adalah era kolaborasi. Kemampuan membangun jejaring dan keahlian membangun komunikasi dengan pihak lain adalah kuncinya. “Sekarang tinggal bagaimana merajut jejaring dan berkolaborasi yang kuncinya adalah komunikasi. Dengan begitu semua urusan menjadi mudah. Yang penting adalah kolaborasi berbagai konsumen, produsen, dan jaringan komunikasi.” katanya.
Rakornas MPK PPM
Sebelumnya, Dr. Rohidin Mersyah selaku Gubernur Bengkulu menyucapkan selamat datang dan terimakasih atas kepercayaan MPK PPM memilih kota Bengkulu sebagai tuan rumah penyelenggaraan rakornas. Dalam acara tersebut, hadir pengurus MPK dari 29 Provinsi se-Indonesia. Rakornas yang digelar pada 7-9 Februari mengangkat tema: “Regenerasi Kepemimpinan Muhammadiyah untuk Indonesia Berkemajuan.”
“Di kota kecil inilah tempat menjadi kelahiran Ibu Negara Hajjah Fatmawati. Yang kini telah berdiri monumen sejarah Ibu Hajjah Fatmawati, sang penjahit bendera pusaka Merah Mutih,” Rohodin menambahkan.
Sosok Fatmawati adalah putri Hasan Din, salah seorang tokoh pendiri Muhammadiyah Bengkulu. Istri Hasan Din diketahui sebagai pengurus Aisyiyah setempat. Sedangkan Fatmawati sendiri tercatat sebagai aktivis Nasyiatul Aisyiyah, organisasi otonom Muhammadiyah.
Reporter: Azaki K
Editor: Arif