Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. atau yang akrab disapa Buya Yunahar menghembuskan nafas terakhirnya tanggal 2 Januari pukul 23.47 Wib di Rumah Sakit Sarjito Yogyakarta. Beliau merupakan ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia). Jenazah beliau berada di Kantor PP Muhammadiyah Jl. Cik Ditiro sebelum kemudian dimakamkan di Pemakaman Muslim Karangkajen. Sejak shubuh, jenazah Buya Yunahar bergantian disholati oleh jamaah. Santri, mahasiswa, handai taulan, keluarga dan pengurus Muhammadiyah berkumpul di kantor Muhammadiyah.
Istri Buya Yunahar, Liswani Syahrial menerima ungkapan bela sungkawa dari para jamaah yang hadir. Beliau berdiri di pintu masuk kantor dengan ketegaran seorang istri ulama Muhammadiyah. Pukul 7 pagi, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Haedar Nashir tiba di kantor Muhammadiyah bersama Dra. Hj. Siti Noordjannah Djohantini. Sebelumnya Dr. H. Busyro Muqaddas sudah datang terlebih dahulu. Pengurus Majelis PP Muhammadiyah, aktivis ortom (organisasi Otonom) dan pengurus Muhammadiyah tingkat wilayah, daerah, cabang dan ranting sudah bergantian mensholatkan jenazah.
Berita duka meninggalnya Buya Yunahar sudah tersebar di grup aplikasi wicara whatsapp sejak pukul 12 malam melalui informasi Faiza Husnaini Nahar, putri Buya Yunahar. Prof. Dr. H. Din Syamsudin mengatakan bahwa Muhammadiyah kehilangan figur seorang ulama.
Ahmad Najib Burhani, peneliti LIPI dan pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah menyatakan bahwa Buya Yunahar merupakan salah satu orang yang berperan penting dalam penegasan makna “Islam berkemajuan” ala Muhammadiyah. Menurut Najib, Buya Yunahar termasuk ulama yang tegas dan moderat. Dengan kata lain “moderat berprinsip” meminjam istilah Buya Syafii Ma’arif.
Buya Dr. H. Anwar Abbas juga menuliskan satu puisi berduka yang diberi judul “Prof. Yunahar Adikku”. Buya Anwar Abbas menulis, “Engkau adalah orang bijak yang sering bisa melihat celah di saat banyak orang sudah mengalami rasa buntu. Engkau adalah ulama yang mumpuni. Ceramah-ceramahmu segar dan menyegarkan. Menguatkan iman dan mendekatkan diri yang mendengarnya kepada Tuhan. Itulah amal dan ibadahmu. Jamaahmu banyak dan telah sering kau sirami dengan ilmu” begitu cuplikan puisi.
Adalah Prof. Dr. M. Amin Abdullah, Mantan Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah memiliki kenangan dan merasa kehilangan atas kepergian Ustadz Yunahar Ilyas. “Sejak ambil program S2 dan S3 di UIN Suka saya selaku bertemu di forum kuliah. Salah satu teman sekuliahnya adalah ustadz Alwi dari Makassar. Di forum Muhammadiyah seringkali ketemu, selain di PP dulu, 2000-2005.”
“Yang jelas, saya kehilangan patner ketika bicara di forum-forum seperti Pengajian Ramadan PP Muhammadiyah, Ideopolitor, MPK dll. Seringkali saya dipartner dengan almarhum. Almarhum sangat bagus ktk bicara tentang pemikiran salafi. Kita doakan almarhum khusnul khatimah. Keluarga yang ditinggal sabar dan tabah. Amiiin” imbuhnya.
Buya Yunahar selain aktif sebagai seorang pengajar universitas, penceramah, pengurus Muhammadiyah dan pengurus MUI. Beliau juga sebelumnya rutin menulis kolom keagamaan di koran Republika. Sama seperti Buya Hamka, Buya Yunahar merupakan ulama yang lembut hati, pikiran dan penuturan. Buya Yunahar juga pernah mengisi ceramah di ADITV.
Beberapa buku yang ditulis oleh beliau sangat populer hingga hari ini dan digunakan di banyak universitas. Di antaranya ialah “Kuliah Aqidah Islam”, “Kuliah Ulumul Qur’an” dan “Cakrawala Al-Qur’an”. Selamat jalan Buya, kami redaksi IBTimes turut merasa kehilangan sosok ulama moderat yang berilmu dan santun. Semoga amal dan ilmu yang telah diberikan menjadi cahaya bagi perjalanan berikutnya.
Reporter: Fauzan A. Sandiah
Editor: Yahya Fathur Rozy