Secara geografis, negeri bekas jajahan Inggris ini mempunyai dua wilayah yang terbentang di Semenanjung dan kepulauan yang berbatasan dengan Kalimantan, yang dikenal dengan Malaysia Barat dan Timur.
Di segi sosiologis dan antropologis, Malaysia mempunyai keanekaragaman etnik yang sangat rentan terhadap perpecahan dan konflik sosial. Namun demikian, secara umum ketiga etnik besar tersebut bisa hidup berdampingan secara damai. Melayu merupakan komunitas terbesar dengan mendekati 60 persen.
Malaysia merupakan sebuah negara yang dipimpin oleh seorang raja. Raja tidak hanya semerta-merta memerintah negara dengan nasehat perdana menteri, melainkan perihal agama.
Malaysia dalam kacamata Sahidah (2011) bingung dalam mengatur negerinya sendiri. Malaysia terdapat dua partai UMNO dan PAS. UMNO sebuah partai yang mendukung negara Malaysia bersistem sekuler, sedangkan PAS merupakan partai politik Islam se-Malaysia yang memiliki perspektif berbeda terhadap sudut pandang tentang pemerintahan negara.
Jika merujuk sebelum kemerdekaan, dengan masih posisi Malayasia dalam jajahan Inggris, wilayah-wilayah Malaysia diperintah oleh sultan-sultan sebagai pemimpin tertinggi mereka. Jadi, hukum-hukum adat bergitu berlaku bagi mereka dan menjadi hukum yang menetapkan segala aktifitas mereka.
Namun, ketika kemerdekaan Malaysia di proklamasikan pada 31 Agustus 1957, dari situlah sistem negeri tersebut menggunakan undang-undang sipil sebagai acuan mereka.
Perjuangan Partai PAS
Perjuangan PAS, sebenarnya merupakan sebuah kelanjutan dari PNM pada 1948, yang tidak lagi memperjuangkan nasionalisme, tetapi ideologi agama dalam perebutan kekuasaan.
Uniknya di sini, PAS sebagai partai penyuara Islam se-Malaysia tidak mendukung kalau Malaysia menjadi negera Islam. Akan tetapi, ia mendukung bahwa Malaysia menggunakan sistem Islam dengan undang-undang demokrasi.
Ia menganggap demokrasi sejalan dengan Islam dan bertujuan untuk mendorong Muslim agar menerapkan tuntunan Islam, yaitu demokrasi, keadilan sosial, dan kemanusiaan. Sehingga, UMNO ditentang oleh PAS, karena perjuangannya dengan anggapan mendukung negara nasionalis-sekuler.
Namun, perlu diketahui bahwa sebenarnya UMNO ini yang didirikan oleh Dato Onn Jaafar menegaskan bahwa Islam sebagai dasarnya. Lebih jauh lagi, ia menunjukkan identitas keislaman untuk meruntuhkan pemerintah federal digelontorkan untuk mendukung kegiatan keagamaan, seperti lomba pembacaan Al-Qur’an, pengembangan pendidikan Islam, pembangunan rumah ibadah, penegakkan hukum keluarga Muslim, dan subsidi haji bagi pegawai pemerintah.
Tiga Etnik Besar di Malaysia
Malaysia terdapat 3 etnik besar, yaitu Cina, India, dan Melayu. Penduduk Cina menjadi pemain penting dalam kegiatan ekonomi. Di Malaysia Timur, terdapat suku pribumi, seperti Kadazan, Iban, Murut, dan Melanau yang merupakan penduduk asal yang masih mempertahankan tradisi lokal. Sedangkan, etnis Cina menganut tiga agama besar; Budha, Taoisme, dan Konghucu. Sementara India banyak yang beragama Hindu.
Dalam praktik pemerintahan, Malaysia menerapkan sistem federal, yang sejalan dengan keperluan masyarakat majemuk. Ada dua pemerintahan, federal dan negara bagian.
Secara petinggi, Malaysia dipimpin oleh Raja Agung, sementara kepala pemerintahan adalah perdana menteri yang dibantu oleh kabinet yang dilantik oleh Raja.
Kabinet dipimpin oleh perdana menteri yang secara bersama-sama bertanggungjawab pada parlemen bikameral, Dewan Rakyat dan Dewan Negara. Dua parlemene yang terakhir dipilih melalui pemilihan umum yang diadakan 5 tahun sekali dan ditunjuk oleh perdana menteri.
Isu Negara Islam Malaysia
Perihal negara Islam begitu masih saja problematik, termasuk di Malaysia. Semenjak kedatangan Inggris, ada banyak bentuk modernisasi dalam dunia keagamaan di Malaysia termasuk Islam.
Bahkan pendidikan, hukum, dan organisasi terkaluturasi oleh undang-undang Inggris. Malaysia sendiri pun sebenarnya sistem yang dianut dalam sebuah negara juga sedikit membingungkan. Adanya raja tapi masih menggunakan perdana menteri, di sisi lain, sistem Malaysia juga bukan syariat, tapi lebih pada demokrasi, namun banyak kebijakan mereka bernuansa Islami. Sistem ini bisa dikatakan masuk pada konsep integrasi bisa juga simbiotik.
Hubungan Islam dan Negara di Malaysia
Menurut Chalik (2017), ada 3 konsep terkait hubungan Islam dan negara, pertama, menyatakan Islam dan negara (politik) satu kesatuan (integrasi); kedua, Islam dan negara merupakan entitas yang terpisah (sekuler); ketiga, Islam dan negara terus berdialog, saling mengisi dan saling membutuhkan (simbiotik).
Perjalanan politik Islam di Malaysia tidak pernah lepas dari perjuangannya setelah mendapatkan hak kemerdekaan dari Inggris, dan itu merupakan awal perjuangan politik yang dilakukan oleh Malaysia.
Awal daripada sebuah rancangan undang-undang tidak menggunakan Islam sebagai agama resmi, cukup pada negara bagian saja. Kemudian, setelah Hakim Abdul Hamid dari Komisi Reid yang merancang konstitusi mengeluarkan argumen yang kuat untuk menjadikan Islam sebagai agama resmi.
Kehidupan beragama di Malaysia menjadi pemandangan yang umum dirasakan. Masjid, musahala, azan lima waktu merupakan perihal biasa. Bahkan, akhir pekan di Malaysia jatuh pada Jumat dan Sabtu, bukan Sabtu dan Minggu. Ketika Jumat berkumandang, seluruh kegiatan harus berhenti, misalnya seperti Johor, Kelantan, Trengganu, dan Kedah.
Etos Islam di Malaysia
Etos Islam di Malaysia muncul sejak 1970-1980 yang mana terdapat berbagai deklarasi pemerintahan untuk merevisi sistem hukum nasional selaras dengan Islam pada 1978. Pada 1980 merevisi model dan sistem ekonomi menjadi model Islam.
Pada 1980-1982, penyediaan institusi bernuansa Islam, misalnya Bank Islam, Asuransi Islam, dan pembangunan guru Islam.
Dukungan terhadap Islam dalam menempatkannya sebagai sistem telah lama terbangun. Dan tidak lepas dari peran UMNO dan PAS. Namun, selain 2 partai tersebut, sebenarnya terdapat 10 partai lagi yang kadang kurang selaras dengan nawacita pemerintahan Malaysia.
UMNO merupakan partai dari barisan nasional yang telah memerintah Malaysia sejak kemerdekaannya tanpa terputus. Adapun PAS, partai politik dan gerakan Islam di Malaysia yang dipimpin oleh Datuk Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi bin Awang.
PAS, merupakan partai oposan bagi kerajaan persekutuan dan merupakan kerajaan di negara bagian Selangor dan Kelantan. Partai ini didirikan untuk menjadikan Islam sebagai tuntunan hidup dan bertujuan menjadikan Malaysia sebagai negara Islam.
Partai UNMO dan Islam
UMNO dalam perkembangannya, memunculkan simbol-simbol Islam dalam partainya. Dan mendukung Ahmad Badawi sebagai perdana menteri yang memiliki gagasan Islam Hadhary; pertama, meningkatkan sosio-ekonomi, sains dan teknologi, kedua, menjembatani perbedaan antara Islam dan non-Muslim.
Meskipun Malaysia menyatakan bahwa Islam merupakan agama negara, dan tetap membebaskan warganya untuk menjalankan keyakinan agamanya.
Dalam perkembangannya kembali, UMNO dan PAS memunculkan simbol-simbol Islam dalam menarik simpatik pada pemilihan perdana menteri. Kemudian menerapkan kebijakan substantif yang berkaitan dengan Islam sebagai upaya untuk mendapat dukungan publik.
Kemudian, sebagai tanggapan terhadap kesuksesan PAS dalam merekrut konstituen yang baik, maka UMNO melakukan Islamisasi dalam tubuh partainya.
Sebenarnya dari partai UMNO dan PAS intinya sama-sama memperjuangkan Islam menjadi sistem negara dan kebijakan dalam negara Malaysia. Hanya saja, UMNO lebih mementingkan pengamalan ajaran Islam, sedangkan PAS adalah ingin menerapkan ajaran Islam yang utuh sebagai pola kehidupan politik dalam sebuah negara layaknya yang pernah berlaku pada masa Nabi Muhammad SAW.
Sumber bacaan:
Abdul Rohman, Perkembangan Islam dan Gerakan Politiknya di Malaysia, (JPW: Jurnal Politik Walisongo,Vol. 2, No. 1, 2020).
Ahmad Sahidah, Islam dan Demokrasi Di Malaysia: Hubungan Agama dan Negara yang Unik, (Millah, Vol. 10, No. 2, 2011).
Hamdan Daulay, Pasangan Strategi Politik UMNO dan PAS Di Malaysia (Dari Wacana Syariat Islam Hingga Konsep Islam Hadhari), (Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, Vol. 47,No. 1, 2013).
Ahmad Chalik, Islam, Negara dan Masa Depan Ideologi Politik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017).
Editor: Yahya FR