Tasawuf

Relasi Moralitas dan Tasawuf Sosial

4 Mins read

Berbicara mengenai isu-isu tentang kasus tuntutan 1 tahun penjara atas penyiram Novel Baswedan dan RUU HIP yang marak dibincangkan oleh seantero negeri ini, nampaknya kita sedikit harus mengingat suatu hal yang tampaknya penting ketika diwacanakan urgensi tasawuf dalam konteks pembinaan moral bangsa.

Saya berpandangan terkait kejanggalan penyusutan kasus dan rancangan tersebut bermula dari pembinaan moral yang kurang maksimal. Padahal juga Pancasila sudah final sebagai kalimahsawa. Sebab, inti dari ajaran tasawuf pada dasarnya adalah ajaran tentang moral (akhlak).

Rasulullah SAW sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Demikian pula semangat al-Qur`an sebagai sumber pokok ajaran Islam, menurut Fazlur Rahman, tema inti dan utamanya adalah semangat moral. Itulah sebabnya, akhlak Rasulullah SAW, menurut Aisyah, adalah al-Qur`an.

Karenanya, wacana urgensi tasawuf dalam pembinaan moral bangsa menjadi sangat penting. Ketika kita melihat fakta dan realita, bahwa pejabat yang dipercaya hari ini dan masyarakat yang beragama sekalipun ternyata tidak dijamin memiliki moralitas yang baik. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, dan mayoritas bangsa Indonesia adalah beragama Islam.

Tetapi kenyataannya, berbagai kerusuhan, pelanggaran hak azasi manusia, tindak korupsi, kolusi, suap, prostitusi, miras dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang, perampokan, pembegalan, pencurian, dan tindak kriminal lainnya,hampir setiap hari terjadi di mana-mana mengisi lembaran dan mewarnai pemberitaan di berbagai media massa.

Apa Itu Tasawuf Sosial?

Tasawuf seringkali disalah pahami oleh beberapa kalangan, padahal ada Tasawuf Sosial yang menghubungkan harmonisasi antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Dengan demikian, bertasawuf tidak harus meninggalkan kehidupan dunia, tetapi menjadikan kehidupan dunia sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. (taqarrub ila Allâh).

Oleh karena itu, dunia yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt adalah dunia yang terpuji (al-dunya al-mahmudah), yakni dunia yang mendorong pemiliknya untuk tetap dekat dengan Allah Swt.

Baca Juga  Praktik Tasawuf ala Hasan al-Bashri di Bulan Ramadhan

Pengertian dunia (al-dunyâ) dalam perspektif tasawuf adalah harta (al-mâl) dan jabatan atau pangkat (al-jâh). Untuk mendapatkan dunia yang mahmudah harus dilihat dari zatnya, cara mendapatkannya dan cara menggunakannya.

Harta yang mahmudah adalah adalah harta yang dilihat dari zatnya halal, mendapatkannya dengan cara yang halal, dan menggunakan untuk hal-hal yang halal, yakni digunakan untuk yang dibolehkan oleh syara’.

Demikian pula jabatan yang mahmudah adalah jabatan yang dilihat dari jenisnya baik, mendapatnya dengan cara yang benar, dan melaksanakan tugas jabatannya dengan baik dan benar.

Tasawuf Sosial lebih mengedepankan pada pembinaan moral (al-akhlâq al-karîmah) dalam kehidupan pribadi dan sosial daripada untuk mencapai tingkat kewalian atau keajaiban supranatural. Pengamalan tasawuf tidak harus bertujuan untuk mencapai derajat kewalian atau menjadi wali. Juga tidak untuk bertujuan untuk mendapatkan keanehan-keanehan supranatural, seperti bisa terbang, bisa berjalan di atas air, bisa memperpendek waktu tempuh ke tempat yang jauh, dsb.

Mukjizat para Nabi, irhash bagi calon nabi, karamah bagi para wali, dan ma’unah bagi orang-orang shaleh, semuanya itu datang atas izin Allah Swt. Semua itu adalah bersifat pemberian langsung dari Allah Swt (wahbiyah), bukan bersifat hasil usaha manusia (kasbiyah).

Dengan demikian, Tasawuf Sosial lebih menekankan pada pembinaan moral (akhlak) sebagai tujuan utama dari pengamalan tasawuf. Pengamalan tasawuf tidak bertujuan untuk mencapai derajat kewalian, atau bertujuan untuk mendapatkan keanehan-keanehan supranatural.

Krisi Moral dan Spiritual

Krisis moral yang melanda bangsa Indonesia adalah sebagai akibat dari krisis spiritual. Sebab keberagamaan bangsa Indonesia pada umumnya, khususnya umat Islam, lebih mementingkan agama dalam bentuknya yang formal daripada rasa penghayatan batin terhadap agama.

Baca Juga  Masihkah Sufisme Relevan Bagi Masyarakat Modern?

Sehingga agama tidak menimbulkan kesan apa-apa pada jiwa mereka. Penghayatan batin terhadap agama dapat ditempa melalui latihan rohani (riyâdhah). Juga bersungguh-sungguh berjuang mengendalikan hawa nafsu (mujâhadah).

Tasawuf adalah sebagai salah satu solusi alternatif yang nanpaknya efektif dalam menumbuhkan rasa penghayatan batin terhadap pengamalan agama. Adapun sistematika dan tahapan dalam proses pembinaan moral menurut versi tasawuf secara metodologis dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tahapan Pembinaan Moral

Pertama; tahap takhalli, yakni tahap pengosongan diri dari sifat-sifat tercela, seperti sifat ‘ujub, takabur, riya, hasad, dusta,bakhil, dsb. Sifat-sifat tercela itu muncul sebagai akibat dari dominasi nafsu yang menguasai jiwa manusia.

Oleh karena itu, pada tahap takhalli ini para sufi melatih diri (riyadhah) dengan bersungguh-sungguh untuk mengendalikan nafsu (mujahadah). Hal ini kita umat Islam sudah melakukannya pada bulan Ramadhan kemarin. Melatih diri dan bersungguh-sungguh untuk tidak melakukan perbuatan maksiat yang akan mengotori jiwanya.

Sebab, jiwa yang kotor tidak dapat menerima cahaya ilahiyah. Akibatnya hati menjadi gelap dan terhijab untuk bekomunikasi dengan Allah ‘Azza wa Jalla. Kebersihan jiwa (tazkiyah al-nafs) menjadi penting sebagai tahapan yang harus dilalui dalam upaya pembinaan moral.

Kedua; tahap tahalli, yakni tahap pengisian dan penghiasan diri dengan sifat-sifat terpuji, seperti taubat, zuhud, wara’, syukur, sabar, tawakal, ridha, dsb. Pada tahap kedua ini pembinaan moral lebih ditingkatkan dengan upaya pendakian tangga maqâmât dari satu maqâm ke maqâm berikutnya. Sampai diperoleh kondisi batin (ahwâl) akan rasa kedekatannya dengan Tuhan.

Tahapan tahalli, yakni pengisian dan penghiasan diri dengan sifat-sifat terpuji ini membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh. Hal itu sama dengan tahapan takhalli, yakni pengosongan diri dari sifat-sifat tercela.

Baca Juga  Tasawuf: Mazhab Cinta

Sebab, kedua tahapan ini lebih dominan ditentukan oleh kesungguhan ikhtiar dan usaha manusia (kasbiyah). Karenanya pendidikan moral melalui kedua tahapan ini diperlukan pembinaan yang terus menerus melalui latihan rohani (riyâdhah) dan kesungguhan mengendalikan hawa nafsu (mujâhadah).

Ketiga, tahap tajalli, yakni tahap tersingkapnya penampakan nur ghaib atau nur ilahiyah dalam jiwa seseorang. Tahap ini adalah tahap pemantapan dari tahap takhalli dan tahap tahalli. Tahap tajalli dapat dirasakan oleh sufi melalui ibadah, khususnya shalat dan puasa, dzikirullah, dan munajat kepada Tuhan.

***

Demikian tahapan pembinaan moral menurut versi tasawuf. Pembinaan moral melalui tasawuf`tampaknya lebih efektif dari pada hanya sekedar doktrin ilmu akhlak yang bersifat teoritik. Sehingga tasawuf diharapkan dapat mengatasi krisis spiritual dan krisis moral bangsa kita.

Tahapan-tahapan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pendalaman ilmu, latihan rohani (riyadhah) dengan membiasakan melakukan kebaikan-kebaikan, dan memerangi hawa nafsu dengan sungguh-sungguh (mujahadah) untuk meninggalkan perbuatan maksiat.

Pembinaan moral bangsa menjadi tugas kita bersama. Krisis spiritual yang berakibat pada krisis moral yang melanda bangsa perlu mendapat respons dan perhatian kita semua.

Relevansi tasawuf sosial dengan problem kehidupan manusia modern terlihat karena memberikan keseimbangan hidup. Serta menjadikan kesejukan batin dan disiplin syari’at dan keseimbangan dalam memandang kehidupan dunia dan akhirat. Wallahu ‘alam

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
4 posts

About author
Mahasiswa Ilmu Qur'an dan Tafsir UMS dan Mahasantri Hajjah Nuriyah Shobron 2019
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds