Review

Resensi Buku: Jejak Intelektual Sjahrir Sang “Bung Kecil”

2 Mins read

Di saat sela-sela kuliah online yang terkadang membosankan saya baru saja menyelesaikan bacaan salah satu buku cetakan Mei 2014 yang ditulis oleh Lukman Santoso Az, Sutan Sjahrir : Pemikiran & Kiprah Sang Pejuang Bangsa. Buku ini memberikan ilmu pengetahuan bernada khas perjuangan ala Sutan Sjahrir yang bersifat suplementatif bagi kaum muda saat ini.

Spirit-spirit perjuangan itu dituangkan mulai dari bab ke-1 hingga bab ke-7 secara  runtut dan kenseptual sehingga mudah dipahami pembaca dan eman jika tidak membaca hingga akhir halaman. Mulai dari kisah lahir, berjuang, hingga meninggal dunia semua tertuang di dalam lembar demi lembar.

Kiprah Sjahrir

Bung Kecil sebagai sapaan masa kanak-kanak sang diplomat ini lahir pada 5 Maret 1909 dari tanah Minangkabau yang terpandang  dan disegani di kota Gadang, Sumatera Barat. Sejak  kecil  Sjahrir sudah menikmati  kemapanan  ekonomi  dan kehidupan  keluarga yang modern. Semua itu didapatkanya atas kedudukan  ayahnya sebagai  Kepala Jaksa pengadilan Negeri di  Medan. Ibunya sendiri adalah cucu dari raja ketujuh dari kerajaan Natal.

Terkadang saya berpikir bagaimana nasib Sjahrir kala itu jika dia dilahirkan dari keluarga yang secara ekonomi menengah ke bawah dan berangkat dari keluarga yang kurang terpandang. Apakah mungkin sosok Sjahrir ini mampu menjadi tokoh besar bagi sejarah kemerdekaan Indonesia kala itu? Namun saya tidak akan memikirkan itu secara berlebihan, karena orientasi dan pengaruh hidup seseorang siapa yang tahu kecuali dirinya sendiri.

Pada masa SMA Sjahrir sempat menjadi buruan polisi karena membaca Koran yang memuat berita tentang pemberontakan PKI 1926, Koran itu memang dilarang dibaca oleh para pelajar. Namun karena kenekatan Sjahrir, membuat dirinya menjadi incaran polisi yang bertugas menjaga koran yang ditempelkan pada masa itu.

Baca Juga  Potret Dinamika di Tubuh Muhammadiyah

***

Pada 20 Februari 1927, dia menggagas Jong Indonesie bersama kesembilan temannya yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada tahun pada 1928. Kala itu, Sjahrir muda menyadari bahwa dia sebagai kaum muda pribumi sudah dijajah oleh bangsa lain.

Sehingga, ketika lulus dari AMS pada tahun 1929, ia langsung mempunyai tekad untuk melanjutkan studinya ke Negara yang sudah menjajah tanah kelahiranya. Ya, Sjahrir melanjutkan pendidikanya di Universitas Leiden, Belanda dengan mengambil studi jurusan Hukum. Dia berangkat pada bulan Juni 1929 dari Batavia.

Bagi saya yang paling menarik pada buku ini adalah pada perbedaan pemikiran sosialisme Sahrir dan Marx. Terdapat pada bab 5 poi B  Sjahrir dan partai sosialis tepatnya pada halaman 163. Dari  halaman ini terlihat bahwa Sjahrir berusaha menafsirkan konsep sosialis berdasarkan konteks negara Indonesia.

Salah satunya dijelaskan bahwa Marx meramalkan kapitalisme akan hancur dan kemudian lahirlah sosialisme, sedangkan Sjahrir melihat bahwa ramalan Marx tidak terbukti. Kapitalisme tidak runtuh, tetapi mampu mengadopsi buruh.

Dalam buku juga menjelaskan bagaimana pergolakan idealisme antara Sjahrir dengan berbagai tokoh pejuang kemerdekaan pada masa itu, seperti Soekarno-Hatta, Amir Sjarifoedin, Mohammad Yamin, Tan Malaka, dan Rosihan Anwar.

Kritik Terhadap Buku

Terakhir dari saya, jika mengapresiasi kurang lengkap rasanya jika tidak mengkritisi. Dalam buku ini lebih banyak kutipan dari laman atau situs-situs yang mungkin saya sendiri ragu kredibelitasnya.

Selain itu, dari masing-masing rujukan penulis cenderung kurang kreatif dalam menuangkan gagasanya, sehingga buku ini hanya terkesan comot-mencomot dari referensi-referensi yang sudah ada. Meskipun begitu, buku ini tetap tidak kehilangan subtansinya.

Berangkat dari buku ini saya pribadi belajar bagaimana seharusnya menjadi anak muda yang berpengaruh dengan tidak hanya menyalahkan kaum tua saja. Kemudian, bagaimana pentingnya pendidikan sebelum kita memperjuangkan apa yang kita harapkan. Dan tentu bagaimana kita memahami perbedaan pandangan dengan tidak berangkat dari argumen dan gagasan keilmuan yang sebenarnya sama-sama menginginkan kemajuan bangsa Indonesia.

Baca Juga  Islam sebagai Tradisi Diskursif: Tawaran Konsep Talal Asad (Bagian 2)

Judul Buku: Sutan Sjahrir : Pemikiran & Kiprah Sang Pejuang Bangsa
Penulis: Lukman Santoso Az.
Editor: Utami Pratiwi
Penerbit: PALAPA
Kota Terbit: Jogjakarta
Cetakan, Tahun Terbit: I, Mei 2014
Tebal Buku: 278

Editor: Yahya FR

Predianto
8 posts

About author
Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ponorogo
Articles
Related posts
Review

Kumandang Dakwah Sang Pembaharu dari Paciran: Kiai Muhammad Ridlwan Syarqawi

3 Mins read
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan pembaharu (tajdid) sekaligus pemurnian akidah Islam. Sejak awal berdirinya di Yogyakarta, Kiai Ahmad Dahlan telah menancapkan pakem kokoh…
Review

Memahami Teks, Menyadari Konteks: Review Buku Interaksi Islam Karya Mun'im Sirry

5 Mins read
Buku ini, Interaksi Islam, karya terbaru Prof. Mun’im Sirry, mengusung tiga tema besar: Pertama, penelusuran aktivitas relasi antaragama di masa awal Islam,…
Review

Belajar Kehidupan dari Dilarang Mencintai Bunga-Bunga Karya Kuntowijoyo

4 Mins read
“Membaca karya Kuntowijoyo ini pembaca akan merasakan bagaimana sensasi imajinasi yang membuat pikiran merasa tidak nyaman.” (Buku Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, Kuntowijoyo)…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds