Review

Indonesia Kita: Refleksi Bernegara Kita!

3 Mins read

Indonesia kita, sebuah karangan yang ditulis oleh Nurcholish Madjid atau biasa disapa Cak Nur, menjadi sebuah refleksi bersama untuk kembali peduli kepada bangsa kita ini.

Banyak huru-hara yang sedang dihadapi bangsa ini yang dikatakan oleh Cak Nur jauh dari keinginan para pendiri bangsa, ditulis dengan keresahan bahwa Indonesia yang memiliki segalanya baik segi budaya, SDA, SDM, Bahasa dll belum bisa menjadi modal untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.

Malah-malah, sampai saat ini, semakin kuat dirasakan oleh semua warga negara bahwa cita-cita tersebut bertambah jauh dari kenyataan. Hari ini, kita masih berbicara tentang krisis multidimensional tanpa ada tanda-tanda kapan akan berakhir.

Saat puncak-puncaknya perkembangan Islam, dijelaskan pada halaman 11, bahwa terbentuknya pola dasar berdimensi hemispheric, yaitu bersatunya Kawasan Asia Tenggara. Meliputi Afrika dan Eropa pada tepi Lautan Atlantik sampai ke wilayah Zaitun (sekarang Guangzhou), suatu dimensi yang saat itu setara dengan dimensi “global” karena daratan Amerika sebagai belahan bumi barat belum ditemukan.

Merujuk kepada sistem Madinah dan nasionalisme modern yang dicontohkan nabi pada saat itu menjadikan sistem itu melampui zaman.

Di halaman 70, kata Cak Nur “Nasionalisme sejati, dalam artian suatu paham yang memperhatikan kepentingan seluruh warga bangsa tanpa terkecuali, adalah bagian integral konsep Madinah, … mengutip Robert N. Bellah sistem Madinah adalah a better model for modern national community building than might be imagined”.

Salah satu yang menjadikannya melampui zaman adalah suatu bentuk nasionalisme yang egaliter partisipatif. Hal ini sangat berbeda dengan sistem dinasti genealogis yang masih menjadi “wajar” di zaman itu.

Prinsip Pembawa Persatuan

Prinsip itulah yang ingin dibawa oleh pada founding fathers kita diawal pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

Baca Juga  Cak Nur: Manusia itu Hakikatnya adalah Makhluk Fitrah

Cak Nur mengatakan di halaman 82 “sekalipun Islam merupakan agama bagi golongan terbesar penduduk Indonesia, namun para tokoh pendiri bangsa tidak memaksakan Indonesia menjadi negara Islam, … meskipun begitu tidak ada satupun negara Islam yang merupakan wujud kontemporer komunitas nasional terbuka dan egaliter partisipatif. Yang ada hanya model-model kekuasaan totaliter, despotic dan zalim”.

Cara Membangun Kembali Indonesia

Dalam akhri bukunya, Cak Nur memberikan cara untuk membangun kembali Indonesia. Akan saya ambil beberapa poin.  

Pertama adalah bagaimana mewujudkan “good governance” pada semua lapisan pengelolaan negara. Ini menjadi penting karena mengingat kepemimpinan presiden Soeharto yang sarat dengan KKN,  menjadikan pengelolaan negara hanya dikuasai oleh segelintir orang dan menjadikannya tidak sehat dalam perannya melayani masyarakat.

Kedua adalah memperkuat pranata-pranata demokrasi serta menegakkan supremasi hukum dengan konsisten dan konsekwen. Hal ini juga penting mengingat keberhasilan suatu pemimpin adalah bagaimana hukum itu tidak dibeli oleh kaum borjuis untuk melancarkan kepentingan mereka. Menjamin hak bersuara adalah dasar daripada demokrasi. Karena, jika suara-suara itu dibungkam maka stabilitas negara menjadi kacau.

Keempat adalah meratakan dan meningkatkan mutu pendidikan. Kita semua paham bahwa pendidikan adalah jantungnya negara. Karena negara tidak bisa digarap oleh beberapa orang saja. Dia perlu sinergitas untuk mengerjakan berbagai macam hal dan untuk melancarkan cara.

Kelima, yaitu mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat, karena ini adalah tujuan terbentuknya negara. Bagaimana masyarakatnya sejahtera adalah hal yang paling penting dan harus menjadi fokus dari pada agenda-agenda bernegara. Dia harus masuk dalam prolegnas dan masuk dalan agenda-agenda strategis.

Sebuah Buku Rekomendasi

Begitulah cara Cak Nur mengekspresikan cara bernegara kebanyakan dari kita dengan buku. Dimaksudkan, buku ini menjadi pengangan dan dibaca oleh banyak orang, terutama oleh para petinggi-petinggi bangsa.

Baca Juga  Para Milenialis Mencari Islam

Saya rasa, buku ini tidak begitu panjang, ringan tapi sarat akan maksud. Bagi saya, wajib membaca buku ini bagi siapapun yang akan terjun di masyarakat. Baik untuk menjadi lapisan masyarakat, juga menjadi wakil-wakil masyarakat untuk menentukan nasibnya.

Terutama para mahasiswa yang secara teori mereka adalah agent of change. Jangan sampai tidak membaca buku ini. Karena dikhawatirkan akan salah dalam bernegara.

Buku ini masih sangat umum, jadi tugas kita para intelektual untuk menjelaskan lebih detail ke dalam semua lapisan masyarakat, terkhusus para wakil rakyat yang sedang mendapat amanah. Agar bernegara kita seluruhnya paham potensi SDA maupun SDM dan faktor-faktor lainnya.

Sehingga, pasal 31 itu bisa diterapkan secara fundamental, yaitu bagaimana kekayaan yang ada dibumi Indonesia ini digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan rakyat, bukan malah impor-impor. Saya rasa inilah yang diinginkan Cak Nur untuk bangsa ini.

Judul Buku                               : Indonesia Kita

Penulis                                     : Nurcholish Madjid

Penerbit                                   : Gramedia Pustaka Utama

Tebal                                       : 215 Halaman

Tahun Terbit                            : 2004

Editor: Yahya FR

Muhammad T Hassan
2 posts

About author
Founder Rumah Baca Terasharing
Articles
Related posts
Review

Madzahibut Tafsir: Meneliti Madzhab Tafsir dari Klasik hingga Kontemporer

4 Mins read
Prof. Abdul Mustaqim menulis buku berjudul “Madzahibut Tafsir, Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Modern”. Buku ini terbit cetakan pertama pada…
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *