Opini

Resensi Buku: Syiar Ramadan, Menebar Cinta untuk Indonesia

2 Mins read

Ramadan adalah momentum yang tepat bagi Muslim di seluruh dunia untuk meningkat spiritualitas, baik secara individu maupun sosial. Di bulan ini, manusia dilatih untuk menahan diri dan banyak berbuat baik kepada sesama. Tidak hanya tentang berlomba-lomba dalam kebaikan,bersama-sama mengerjakan kebaikan.

Di bulan Ramadan juga, umat Muslim sangat dianjurkan untuk membersihkan hati dan pikirannya. Dari hati yang jernih, seorang Muslim akan memiliki perhatian terhadap lingkungan sekitarnya, baik terhadap manusia maupun alam semesta.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw pernah mengatakan seperti ini, “orang beriman dan orang Islam adalah mereka yang bisa memberi keselamatan dan keamanan pada orang lain dan lingkungan sekitarnya”. Artinya, Iman dan Islam itu cukup dengan hanya mengerjakan ibadah ritual semata, tetapi juga perlu diimplementasikan dalam tindakan nyata melalui setiap perbuatan yang kita lakukan.

Sehingga terlalu egois jika hanya kesalehan diri saja yang kita cari tanpa ada relasi timbal balik terhadap kehidupan sosial kita. Artinya, selain kesalehan diri, perlu adanya peningkatan kesalehan sosial. Bulan Ramadan tidak hanya melatih kita untuk menahan diri, tetapi juga melatih kita untuk banyak berbuat baik kepada sesama ciptaan Tuhan, baik manusia maupun alam semesta.

Untuk membangun kesadaran akan pentingnya hal ini, tentu peran para dai, mubalig, dan penceramah begitu amat diperlukan untuk menyebarluaskan dakwah yang relevan. Dimana Ramadan tidak hanya momentum untuk meningkatkan kesalehan individual, tetapi juga momentum untuk membangun kesalehan sosial dan kesalehan lingkungan.

Mimbar-mimbar Ramadan menjadi ajang yang pas. Apalagi Kementerian Agama baru saja merilis buku yang sangat cocok untuk itu. Buku yang berjudul “Syiar Ramadan, Menebar Cinta untuk Indonesia” ini hadir dengan nilai keislaman yang berorientasi pada akhlak dan tasawuf serta kepedulian terhadap lingkungan.

Baca Juga  Humanisme Religius: Paradigma Masa Depan Pendidikan Islam

Buku ini hadir di tengah-tengah para pembaca dengan tema-tema yang segar dan kekinian. Kendati diperuntukkan untuk para dai, mubalig dan penceramah yang mengisi kultum Ramadan, Khutbah Jumat, dan Khutbah Idul Fitri, buku ini layak dibaca oleh masyarakat Muslim pada umumnya.

Terbitnya buku ini menjadi oase bagi para dai, mubaligh, dan penceramah yang melek akan krisis sosial dan krisis lingkungan namun bingung menyampaikan kepada jamaah. Buku ini juga penting menjadi pegangan para dai, mubalig, dan penceramah di tengah merebaknya tema-tema ceramah dan khutbah yang cenderung dekonstruktif dan membuat agama seolah tidak terhubung dengan permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan.

Buku “Syiar Ramadan, Menebar Cinta untuk Indonesia” merupakan hasil kajian mendalam dari penulis terkait krisis sosial dan krisis lingkungan dalam sudut pandang keagamaan, yaitu akhlak dan tasawuf, sehingga para dai, mubalig, dan penceramah bisa langsung menyampaikan kepada para jamaahnya.

Buku ini bisa menjadi panduan bagi para pendakwah untuk memperkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya membangun dan meningkatkan hubungan baik dengan Allah, manusia, dan alam. Hal ini sesuai tugas manusia sebagai seorang khalifah di muka bumi, yaitu bertanggung-jawab untuk menjag bumi dari kerusakan.

Ini saatnya Ramadan kita tidak lagi sekedar tentang bagaimana meningkatkan kesalehan individual, tetapi juga bagaimana membangun kesalehan sosial dan kesalehan ekologis. Tak hanya berlomba-lomba dalam kebaikan, tetapi bersama-sama mengerjakan kebaikan untuk kemanusiaan dan alam semesta.

Para dai, mubalig, dan penceramah, serta pembaca yang budiman bisa mengakses dan membaca dengan gratis buku yang bagus itu secara gratis melalui link ini .

Judul Buku: Syiar Ramadan, Menebar Cinta untuk Indonesia

Penulis: Tim Konsultasi Syariah Kementerian Agama RI

Tebal Buku: 221 Halaman

Penerbit: Direktorat Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama RI

Baca Juga  Potret Perkembangan Studi Astronomi Islam di PTKIN

Tahun Terbit: 2025


Related posts
Opini

Merancang Generasi Pemberontak ala Ahmad Dahlan

3 Mins read
Anak muda bukan sekadar “matahari terbit”. Mereka adalah energi potensial yang perlu diarahkan menjadi kekuatan pembaru. Di sini, Ahmad Dahlan bukan sekadar…
Opini

Melukai Hati Masyarakat: Saat Musibah Diukur Dengan Viralitas, Bukan Fakta di Lapangan

3 Mins read
Pernyataan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto bahwa banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak perlu didiskusikan panjang lebar terkait…
Opini

Agus Salim: Sintesis Islam–Nasionalisme dalam Model Diplomasi Profetik Indonesia

3 Mins read
Pendahuluan Di antara tokoh-tokoh perintis Republik, nama KH. Agus Salim (1884–1954) berdiri sebagai figur yang tidak hanya cemerlang dalam kecerdasan linguistik dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *