Oleh: Djarnawi Hadikusuma
Gelar “sayyid,” bagi bangsa Arab, menunjukkan keturunan Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, Sayyid Jamaluddin Al-Afghani, meskipun kelahiran Afghanistan, dia adalah keturunan Nabi SAW.
Silsilah nasab Jamaluddin Al-Afghani adalah keturunan Husein bin Ali bin Abi Thalib. Istri Ali bin Abi Thalib yang melahirkan Husein adalah Fatimah binti Rasulullah Muhammad SAW. Ayah Jamaluddin bernama Sayyid Shaffar, seorang pengusaha di Desa Kanar, Afghanistan. Ia seorang yang berpengaruh dan disegani di desanya.
Tulisan singkat ini menjelaskan riwayat pendidikan Jamaluddin Al-Afghani dan tanah kelahirannya. Sekalipun banyak berkiprah di Mesir, tetapi sang tokoh pembaru Islam ini kelahiran Afghanistan.
Kelahiran dan Tanah Airnya
Riwayat pendidikan Jamaluddin Al-Afghani dan kelahirannya dimulai setelah wafat Raja Afghanistan Ahmad Syah Durrani pada akhir abad ke-18. Terjadilah huru-hara perebutan kekuasaan antara putra-putranya yang membahayakan keutuhan negaranya. Karena perpecahan itu, orang ketiga menggunakan kesempatan.
Orang itu adalah Dust Muhammad Khan, pemimpin suku Barkazaiyah. Ia tampil mempersatukan Afghanistan kembali dan berhasil menjadi raja. Desa Kanar direbutnya dengan kekerasan. Sayyid Shaffar tidak berdaya melawan, lalu pindah dengan keluarganya ke Kabul (Afghanistan). Di sinilah Jamaluddin lahir, di desa yang bernama Asadabad.
Dalam tahun kelahiran Jamaluddin Al-Afghani itulah, yakni tahun 1839, tentara imperalis Inggris di bawah pimpinan Jenderal Auckland memasuki serta menduduki Afghanistan secara kekerasan dengan dalih yang dibuat-buat. Yaitu, katanya, Iran telah bersiap-siap akan menyerbu Afghanistan. Yang demikian itu berarti mengancam kedudukan Inggris di India.
Perlawanan rakyat dan tentara Afghanistan di bawah pimpinan Muhammad Khan dapat dipatahkan. Namun, Inggris hanya mampu menduduki negeri itu selama tiga tahun, karena pada tahun 1842 dapat diusir oleh kaum patriot-patriot Afghanistan yang tidak mengenal takut.
Riwayat Pendidikan
Kehidupan yang pahit berlangsung terus di mana Sayyid Shaffar mendidik putranya, Jamaluddin Al-Afghani, dengan cermat. Dari sinilah riwayat pendidikan Jamaluddin Al-Afghani dimulai. Diajarinya mengaji dan bahasa Arab, Ilmu Fikih, Tauhid, Hadits, Tafsir serta Akhlak dan Tasawuf. Pada usia 16 tahun, ayahnya mengirim Jamaluddin untuk belajar ke Delhi kepada ulama-ulama terkenal. Dipelajarinya segala cabang ilmu agama dan bahasa Arab, ilmu pasti dan alam, serta beberapa cabang ilmu kemasyarakatan.
Di sana disaksikan bagaimana bangsa Inggris menekan dan memperbudak bangsa India. Ini membuat Al-Afghani teringat kepada cerita ayahnya tentang penjajahan Inggris di negerinya. Kekejaman bangsa Inggris terhadap bangsa Afghanistan yang kemudian dengan gagah berani berontak dan berhasil mengusir penjajah itu dari tanah airnya.
Ingatan ini membakar semangat dan darah mudanya yang menjadikan dia tidak merasa betah lagi tinggal di India lebih dari satu tahun. Ia kembali ke Afghanistan dengan darah yang menggelora untuk mengusir penjajah dari seluruh benua Asia pada umumnya dan Asia Tengah pada khususnya.
Naik Haji
Djarnawi Hadikusuma dalam buku Aliran Pembaharuan dalam Islam dari Jamaluddin Al-Afghani Sampai KHA Dahlan menjelaskan bahwa pada tahun 1857, dalam usia 18 tahun, Jamaluddin menunaikan ibadah Haji. Tengah ia dalam perjalanan menuju Tanah Suci, terjadilah pemberontakan besar di India melawan penjajah Inggris. Umat Islam dan Hindu bersatu dipimpin Sultan Bahadin Syah.
Hatinya melonjak-lonjak. Di Tanah Suci dilihatnya lautan umat Islam dari segala penjuru dunia. Umat yang berpecah-belah serta berada dalam pengaruh kebodohan tentang ajaran agamanya sendiri. Mereka berpikir dan berbuat serta beribadah menurut agama tradisional yang diliputi oleh segala macam bid’ah, khurafat, dan takhayul serta pengeramatan kepada sesama manusia. Sedangkan jumud dan taqlid membelenggu jiwa dan akalnya.
Lautan manusia Muslim itu tidak mampu berbuat apa-apa, dan berasal dari bangsa-bangsa yang terjajah, oleh Inggris, Prancis, Belanda serta bangsa Barat lainnya.
Sumber: buku Aliran Pembaharuan dalam Islam dari Jamaluddin Al-Afghani Sampai KHA Dahlan karya Djarnawi Hadikusuma. Pemuatan kembali di www.ibtimes.id lewat penyuntingan
Editor: Arif