Report

Romo Paryanto: Muhammadiyah Perlu Audit Ideologi

1 Mins read

Tahun 2020, Muhammadiyah akan gelar perhelatan akbar Muktamar ke-48 di Surakarta.  Akan tetapi syi’ar dan gaung Muktamar yang tinggal satu tahun lagi belum terdengar. Belum ada ide-ide segar dan produktif untuk membincangkan Muhammadiyah di arena public. Di medsos justru malah banjir ide-ide destruktif bernada nyinyir ke Muhammadiyah, tanpa didasari argumentari yang kuat. Bahkan tak jarang komentar bernada bulliying yang ditujukan kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah sendiri.

Berangkat dari kegelisahan ini Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) di Yogyakarta mengadakan “Majelis Reboan: Penyampaian Visi Ketua Umum”sebagai forum kultural untuk menjaring ide-ide liar, tetapi konstruktif untuk menyongsong Muktamar 48 di Surakarta. Pertemuan perdana majelis ini diawali oleh Romo Paryanto (Anggota Majelis Pendidikan Kader PP. Muhammadiyah) dengan tema “Reformasi Tata Kelola Muhammadiyah”.

Menurut Paryanto, andaikan menjadi Ketua Umum, kata kunci untuk merombak dan mereformasi tata kelola Muhammadiyah yaitu “Improvement dan Innovation”. Untuk mengukur progresivitas organisasi itu statis atau dinamis adalah adanya improvement dan innovation. Selama ini Muhammadiyah mengalami improvement dan innovation itu ketika ada sosial politik yang menekan.

Paryanto khawatir dengan fenomena pilpres, 212, dll, sehingga Muhammadiyah lupa memikirkan kemajuan dan inovasi. “Jika tidak ada, maka tidak ada inovasi  baru. Ketika ada otokritik muncul, maka akan ada inovasi dan kemajuan” ulas Paryanto.

Organisasi ke depan lembaganya harus supper body,sehingga yang diaudit adalah kebijakan, ideologi dan keuangan. Sejauh mana pimpinan dan AUM menyelenggarakan tiga hal tersebut. Selama ini yang diaudit hanya keuangan, belum sampai pada ideologi dan kebijakan. Misalnya Mengapa AUM mahal sehingga tidak bisa diakses oleh masyarakat bawah, mengapa? ini harus diaudit tutur Paryanto.

Untuk menjelaskan kemandekan kebijakan Muhammadiyah yang tidak sampai bawah, Paryanto mengutip Kim Hyung Jun (2000) pernah mengkaji sejauh mana kebijakan PP Muhammadiyah sampai pada tingkat ranting. Ternyata, keputusan Muktamar tidak dipahami oleh warga Muhammadiyah. Apa problemnya? Ini harus ada yang mengaudit, seberapa persen terlaksana.

Baca Juga  Subi Nur Isnaini: Peran Perempuan dalam Moderasi Beragama

Selain itu Ideologi juga perlu diaudit. Biasanya ini momen-momen politik muncul. Harusnya bicara ideologi itu sepanjang hari, bukan hanya ketika ada situasi politik, maka diperlukan audit, indikator ideologi Muhammadiyah dipahami dan menjadi perilaku warga Muhammadiyah.

Terakhir, langkah ke depan adalah perlunya  mengamandemen AD ART, pedoman majelis, pedoman organisasi, kaidah ortom diarahkan pada perubahan ini. Selain itu LPPK (Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan) Muhammadiyah perlu diperluas tupoksinya, tidak hanya keuangan, tetapi juga ideologi dan kebijakan.

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Report

Hilman Latief: Kader Muda Muhammadiyah Harus Paham Risalah Islam Berkemajuan

2 Mins read
IBTimes.ID – Hilman Latief, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia menyebut, kader muda Muhammadiyah harus paham isi daripada…
Report

Ema Marhumah: Islam Agama yang Ramah Penyandang Disabilitas

1 Mins read
IBTimes.ID – Ema Marhumah, Dosen Tafsir dan Hadis Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta mengatakan bahwa Islam adalah agama yang ramah terhadap…
Report

Salmah Orbayinah: Perempuan Penyandang Disabilitas Berhak Atas Hak Pendidikan

2 Mins read
IBTimes.ID – Salmah Orbayinah Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA) menyebut, perempuan penyandang disabilitas berhak atas hak pendidikan. Pendidikan menjadi hak dasar…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds