Perspektif

Rumah Sakit Ternyata Bisa “Sakit”

3 Mins read

Sebulan belakangan ini rumah sakit sibuk dengan topik utama yaitu penanganan Covid-19. Dibahas setiap saat baik di media cetak, elektronik, televisi dan menjadi pembicaraan sehari-hari di rumah. Ada ODP, PDP, suspect, confirm. Kekurangan APD, meninggalnya pasien, dan petugas medis serta PPBS yang menjadi perdebatan publik.

Indonesia prihatin dan berduka karena meninggalnya mereka yang terinfeksi termasuk para dokter dan petugas medis. Semoga Allah swt memberikan ampunan dan dimasukkan dalam surgaNya.

Pukulan untuk Rumah Sakit

Dampaknya pun sudah mulai dirasakan oleh semua pihak-orang disarankan tinggal di rumah, kerja dari rumah sehingga aktivitas di luar berhenti. Otomatis transaksi berkurang dan omset turun drastis.

Industri layanan mengalami pukulan paling berat, bahkan sudah mulai ada gelombang pemutusan hubungan kerja. Tidak terkecuali rumah sakit, survei singkat rerata penurunan pendapatan berkisar antara 30%-50%. Singkatnya dampak Covid19 memang dahsyat!

Kondisi di atas, tidak terbayangkan pada bulan Desember karena kita masih mencanangkan bisnis tumbuh di atas 10%. Januari dan Februari pun lumayan bagus apalagi pembayaran BPJS relatif lancar. Bulan Maret seolah menjadi kiamat dengan datangnya Covid-19 yang selama sebulan mengacak -acak kehidupan. Welcome to disruption. Welcome to crisis.

Tanpa bermaksud menafikan segala upaya kemanusiaan penggiat kesehatan, saya mengajak para direksi dan manajer rumah sakit untuk menyikapi keadaan ini dengan bijaksana. Mengapa ini penting? Pertama, dampak Covid-19 menerpa semua sektor sendi kehidupan, jadi bukan hanya kita rumah sakit saja. Kita tidak sendiri dan semua orang menghadapi masalah yang sama. Bahkan rumah sakit menjadi garda depan penanganan pandemi ini.

Kedua, krisis ini akan berlangsung dalam jangka waktu tertentu, beberapa perkiraan akan berakhir di bulan Agustus. Perlu atur waktu dan sumberdaya dengan baik. Ketiga, Covid-19 adalah salah satu topik dalam perjalanan bisnis tahun ini. Jangan sampai energi kita habis untuk Covid-19 dan melupakan faktor kesehatan organisasi secara keseluruhan. Bisa saja rumah sakit ambruk dan payah secara finansial. Untuk itu perlu upaya jangka pendek dan upaya jangka menengah.

Baca Juga  Jangan Menjadi Manusia Kelima

Menghadapi Krisis

Beberapa waktu lalu saya bagikan tips dari senior saya Pak Budi Isman. Ada 7 step menghadapi krisis yaitu (1) review situasi dan kategorisasi, (2) selamatkan omzet, (3) kelola biaya-efisiensi, (4) jaga cashflow, (5) tunda investasi, (6) bangun team, (7) siap untuk masa lebih baik. Saya tidak akan membahas secara detail karena sudah cukup jelas.

Ketujuh tips diatas bisa diringkaskan dalam tiga tahap. Memahami situasi adalah sangat penting. Perlu dilakukan review bagaimana kondisi industri saat ini, berapa lama, apa faktor-faktor yang berpengaruh. Dampak terhadap rumah sakit dari sisi pendapatan, kondisi ketenagakerjaan baik jumlah maupun kualitas, bagaimana dampak terhadap keuangan.

Apa yang akan terjadi kalau krisis ini berlangsung 3 atau 6 bulan. Apa dampak ramadan dan lebaran. Berapa lama keuangan bisa bertahan? Pendeknya perlu faham dengan kondisi sekarang. Ibarat dokter, perlu diagnosa untuk memahami kondisi pasien.

Tahap berikutnya adalah action, iya bertindak apa saja yang perlu dilakukan? Ibarat kata obatnya. Dalam bisnis berlaku persamaan yang sederhana. Pendapatan – Biaya = Keuntungan. Itulah yang harus dipertahankan. Bagaimana caranya di ujung tahun kita masih ada sisa alias untung supaya bisnis bisa jalan terus.

Perlu ide kreatif untuk memikirkan cara baru dalam meningkatkan pendapatan. Bisa melalui daring, bisa juga terobosan yang aneh, bekerjasama dengan mitra lain maupun edukasi yang ujungnya ada pemasukan uang. Tidak kalah pentingnya adalah melakukan efisiensi, pos mana saja yang bisa dikurangi-mulai dari yang paling besar. Tunda seluruh investasi.

Pada saat seperti ini ibaratnya setiap rupiah efisiensi menjadi sangat berarti. Tidak boleh dlupakan adalah menjaga cashflow. Kalau saya jadi bagian keuangan akan saya pelototi duit masuk dan duit keluar setiap hari, ya setiap hari.

Baca Juga  Tenggelam atau Tidaknya Indonesia Tergantung Muhammadiyah

Kesulitan Diikuti Kemudahan

Aspek terakhir adalah aspek manusia. Biasanya dalam keadaan krisis bisa berimbas pada krisis kepercayaan, saling menyalahkan dan saling menunggu. Di sini perlunya dibangun rasa kebersamaan, peningkatan aspek mental-spiritual supaya karyawan tetap optimis sekalipun dalam masa sulit.

Training internal perlu digalakkan, pembuatan SOP jika diperlukan. Pemimpin perlu membangun optimisme bahwa badai akan berlalu dan siap untuk menjemput kesuksesan baru setelah pandemi. Bukankah setiap kesulitan akan diikuti oleh kemudahan?

Jadi, tetap semangat menangani Covid-19 sebagai tugas kemanusiaan. Jangan lupa untuk tetap melakukan langkah jangka menengah dan mengantisipasi semua dampak krisis.

Karena kalau kita gagal melewati krisis ini maka bisa jadi rumah sakit kita yang “sakit”

Editor: Nabhan

Avatar
4 posts

About author
Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum PP Muhammadiyah
Articles
Related posts
Perspektif

Tidak Bermadzhab itu Bid’ah, Masa?

3 Mins read
Beberapa waktu lalu, ada seorang ustadz berceramah tentang urgensi bermadzhab. Namun ceramahnya menuai banyak komentar dari berbagai kalangan. Ia mengatakan bahwa kelompok…
Perspektif

Psikologi Sosial dalam Buku "Muslim Tanpa Masjid"

3 Mins read
Dalam buku Muslim Tanpa Masjid, Kuntowijoyo meramalkan pergeseran signifikan dalam cara pandang umat Islam terhadap agama dan keilmuan. Sekarang, ramalan tersebut semakin…
Perspektif

Paradoks Budaya Korupsi Masyarakat Religius

2 Mins read
Korupsi yang tumbuh di masyarakat yang dikenal religius memang menjadi paradoks. Di masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai agama, mestinya kejujuran, integritas, dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds