Perspektif

Virus Hoaks dan Pentingnya Persatuan Bangsa Lawan Corona

3 Mins read

Corona—— Di tengah kegalauan bangsa Indonesia yang terus meningkat akibat pandemi virus corona, ruang media sosial kita setiap harinya malah dibanjiri oleh berita-berita dan komentar yang menjurus pada informasi menyesatkan. Hal yang sesungguhnya sulit untuk dirasionalisasi, dikala begitu massifnya penyebaran  virus yang mematikan itu, manusia – manusia ini malah menyebarluaskan konten yang meresahkan. Entahlah, apa yang ada dibenak pikirannya.

Seluruh jagat maya penuh dengan tagar dan hastag terkait dengan corona. Mulai dari informasi melawan virus corona, mahalnya masker dan hand sanitizer, beberapa kepala daerah menimbun masker, ajakan untuk tidak panik, imbauan untuk tetap melaksanakan sholat jum’at dan berjamaah bahkan broadcast dalam bentuk tulisan, foto ataupun video yang belum tentu informasinya benar.

Belum lama ini polisi telah menangkap wanita yang diduga menyebar video hoax tentang seorang pegawai di Pusat Grosir Cililitan, Jakarta Timur, terkena virus corona. Video itu merekam sebuah ambulans membawa seseorang yang diduga tak sadarkan diri, kemudian viral di dunia maya.

Para petugas ambulans yang mengangkat wanita tak sadarkan diri itu tampak mengenakan masker. Pengambil video menduga kalau orang yang dibawa itu terkait dengan penyebaran virus corona. Informasi dalam video yang viral itu ternyata tidaklah benar. Orang yang dibawa oleh ambulans itu hanya mengalami kelelahan dan ada riwayat penyakit asma.

Beruntunglah Humas Polda Metro Jaya melakukan tindakan cepat untuk terus melakukan pengejaran terhadap pelaku penyebaran berita bohong atau hoax mengenai virus corona. Saat ini memang banyak beredar kabar bohong mengenai virus corona. Jumlah tersangka penyebaran hoax Covid-19 bertambah menjadi 30 orang dari sebelumnya 22 orang. Bahkan dalam tempo waktu satu hari ada 8 (delapan) orang yang ditangkap karena terbukti menyebarkan hoax Covid-19 (Yusri, 2020).

Baca Juga  Disability Awareness: Revolusi Mental Generasi Milenial Melalui Pendekatan Literasi Keagamaan

Dengan tidak disadari bahwa hoax yang berseliweran tersebut telah mengikat kepercayaan publik sehingga membentuk ketidaksadaran kolektif di masyarakat yang sangat membahayakan.  Maraknya info hoax tentang corona tersebut sekaligus juga memberikan kita pelajaran agar masyarakat tidak mudah untuk percaya terhadap informasi yang belum pasti kebenarannya.

Oleh karenanya masyarakat pun dihimbau untuk tidak kembali menyebarluaskan informasi hoax yang dapat menimbulkan kegaduhan. UU ITE akan memberikan sanksi tegas kepada siapa saja pelaku penyebar hoaks dan dapat dikenai pidana penjara maksimal selama 10 tahun. Sudah seharusnya pelaku tersebut mendapatkan hukuman yang setimpal atas apa yang telah diperbuat.

Dalam hal ini, pemerintah juga diharapkan lebih berhati-hati dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Jangan sampai informasi yang disampaikan justru menimbulkan kepanikan baru. Pemerintah pusat hingga daerah sudah semestinya untuk menyampaikan informasi terbuka dan apa adanya.

Jangan ada hal yang ditutup-tutupi. Sampaikan perkembangan yang terjadi di setiap wilayah kepada masyarakat sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas. Dengan begitu, masyarakat juga akan meningkatkan kewaspadaan. Karena masih didapatkan daerah-daerah yang belum melakukan update informasi.

Bagi kabupaten/kota atau provinsi yang masih melaporkan nihil padahal di daerah terdekatnya telah banyak yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dengan pengawasan (PDP), ini juga menimbulkan tanda tanya besar. Apakah memang benar tidak ada atau memang terdapat hal yang ditutupi? Mengingat mobilitas antar satu kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lain tinggi, maka hal yang mustahil apabila tidak ada sama sekali ODP.

Pemerintah juga harus bisa memberikan contoh yang baik kepada masyarakatnya. Pengalaman berharga yang kita dapatkan dari Walikota Bogor, Bima Arya. Sudah ditetapkan sebagai status ODP, tetapi masih melakukan jumpa pers dan tidak memakai masker dengan alasan karena merasa sehat. Dua hari kemudian, pasca jumpa pers digelar, Walikota Bogor tersebut dinyatakan positif Covid-19.

Baca Juga  Kepemimpinan Rasulullah: Teladan untuk Pemimpin Masa Kini

Hal ini tentu sangat disesalkan. Sebab mengundang masa di tempat keramaian sangat tidak dibenarkan. Padahal sejatinya kepala daerah yang telah memahami protokol pengendalian Covid-19 harus betul-betul dapat menjalankannya dengan baik. Ketika kepala daerah saja tidak dapat menjalankan dengan baik, bagaimana dengan masyarakatnya? Kasus ini tidak boleh terulang lagi di daerah lain.

Corona: Bahu Membahu

Kini, sudah saatnya semua pihak untuk bersatu dan bahu membahu menjaga kerukunan bangsa. Stop hujatan dan saling fitnah yang dapat memecah belah persaudaraan. Jangan habiskan energi yang masih tersisa ini untuk hal-hal yang sangat tidak substansi. Bijaklah dalam bermedia sosial untuk  kepentingan –kepentingan yang positif. Lupakan sejenak seluruh agenda politik dan perbedaan.

Saat kondisi bangsa kriris seperti ini, mari kita duduk bersama menghilangkan semua sekat untuk menghadapi bahaya dan ancaman Covid-19 yang mematikan itu. Hentikan pertengkaran di media sosial yang tak berarti. Internet memang bukanlah solusi atas beragam persoalan sosial yang sedang terjadi. Menggunakan internet dengan bijak dan sehat juga bukan berarti kita tidak mengakses infromasi yang negatif. Pasti akan ada saja berita yang tidak sehat itu, hanya saja ini persoalan pilihan sikap. Pilihan untuk menjadi pengguna internet yang tidak provokatif.

Di titik inilah kita dituntut untuk memiliki kewarasan, kesadaran dan kecerdasan agar tetap berada pada jalur yang benar di tengah hadirnya tantangan kemajuan teknologi informasi yang semakin cepat. Mari kita semua mengerahkan segala daya dan upaya untuk melawan melawan sebuah serangan dari makhluk terkecil tak terlihat kasat mata itu. Semoga dengan kepedulian dan bersatunya semua pihak, wabah virus corona ini cepat mereda dan semua kembali seperti sediakala. Amien

Baca Juga  SD Muhammadiyah Mimika, Sekolah yang Didirikan dengan Penuh Perjuangan dan Keikhlasan
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *