Oleh: Toni Ardi Rafsanjani*
Akhir-akhir ini, publik di guncangkan dengan pernyataan kontroversial yang diucapkan oleh ketua BPIP. Yaitu dengan mengatakan bahwa Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh akan diganti dengan “Salam Pancasila”. Ketika media mempublikasikan hasil wawancara dengan ketua BPIP, masyarakat langsung membuli dan mengomentari dengan sikap pesimis.
Abu al-Husain Ahmad Ibn Faris Ibn Zakariya menjelaskan kata al-salam atau salam terambil dari kata kerja fi‟il maḍhy (bentuk lampau). Yang terdiri dari tiga huruf sin, lam, dan mim سلم (salima)
Yang mempunyai arti terhindar dari mara bahaya, terbebas dari cacat, dan mencari perdamaian. Dari akar kata yang sama, terambil pula kata اسلم (aslama) bentuk fiʻil maḍhy mazid bi harfin (tambahan satu huruf) dengan fiʻil muḍhari’ يسلم (yaslimu).
Dari kata tersebut, terambil kata Islam yang berarti tunduk dan patuh. Serta khuḍhu’. Kata ini (Islam) juga merupakan nama bagi agama yang di bawa Nabi Muhammad SAW.
Agama Islam sudah mengajarkan kepada pengikutnya tentang bagaimana adab salam kepada sesama muslim.
Rasulullah bersabda:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِع
Artinya: “Hak muslim pada muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang menanyakan, ”Apa saja keenam hal itu?” Lantas beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam padanya, (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya, (3) Apabila engkau dimintai nasehat, berilah nasehat padanya, (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’), (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia, dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim no. 2162)
***
Dari hadis tersebut sudah dijelaskan bagaimana ketika seorang muslim berjumpa dengan muslim yang lain. Yaitu diperintahkan untuk mengucapkan Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh (semoga Allah Melimpahkan keselamatan, Rahmat dan Keberkahan untukmu). Kemudian dijawab dengan Wa’alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh (Dan Semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahan-Nya terlimpah juga kepada kalian).
Memberi salam bearti mendoakan sesama muslim dengan kebaikan berupa keselamatan dunia akhirat, rahmat, dan juga segala bentuk keberkahan dari Allah SWT.
Allah berfirman:
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
Artinya: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu” (Q.S. An-nisa:86).
Ayat tersebut memiliki kandungan, apabila saudara seiman mengucapkan salam kepada kita, maka jawablah salamnya dengan ucapan salam yang lebih baik dari salam yang diucapkan kepada kita.
Atau jawablah dengan ucapan salam yang setara dengan apa yang diucapkannya. Tetapi menjawab ucapan salam dengan ucapan yang lebih baik, tentu lebih utama. Sesungguhnya Allah mencatat amal perbuatan kalian dan akan memberikan balasan yang setimpal kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.
Salam Persaudaraan
Indonesia adalah negara pluralis yang memiliki suku, budaya, dan agama yang berbeda dan diakui secara kontitusi. Ketika kita hidup di negara ini, tentu kita tidak bisa lepas komunikasi dengan orang-orang non muslim.
Maka, kita tidak ada larangan berkomunikasi dalam urusan duniawi tapi ada batasan-batasan dalam menyampaikan bahasa agama. Seperti menyampaikan salam kepada agama lain dengan tujuan untuk menjaga persaudaraan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata damai sebagai padanan dari kata salam yang berarti tidak ada perang, tidak ada kerusuhan dengan suasana yang aman, tentram, dan tenang. Di mana, tidak ada permusuhan antar warga masyarakat.
Sehingga, perdamaian dapat berarti penghentian permusuhan dan konflik yang dapat menyebabkan kondisi yang tidak harmonis dalam jiwa manusia. Karena sifat dasar manusia adalah ingin selalu hidup dalam kebaikan dan kedamaian.
Untuk mewujudkan sifat saling berdamai ini, maka dibutuhkan satu hubungan praktis yang dapat mempertemukan semua manusia pada kondisi tenang. Sehingga perkataan salam menjadi sebuah ucapan doa sekiranya manusia dianugerahkan keterhindaran dari segala bencana dan mara bahaya yang dapat menimpanya.
Tafsir Quraisy Syihab Tentang Salam
Quraisy Syihab dalam tafsirnya menjelaskan bahwa, salam atau damai terbagi menjadi dua, yaitu damai pasif dan damai positif. Salam dalam pengertian damai pasif adalah perkataan yang diucapkan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi tidak mengakibatkan kekurangan atau kecelakaan.
Adapun salam dalam pengertian damai positif, adalah ucapan selamat (congratulation) dari seseorang kepada orang lain yang mendapatkan kesuksesan dalam usahanya atau karirnya.
Karena ucapan yang seperti ini tidak saja ia terhindar dari keburukan dan kesialan, bahkan lebih dari itu, ia mendapatkan kebajikan atau kesuksesan. Allah telah memeberikan jalan-jalan kedamaian tersebut secara kaffah kepada manusia yang diwujudkan melalui pola hidup Islami.
Kita harus menyebarkan dan membudayakan salam kepada siapa saja. Agar tumbuh perasaan saling mencintai kepada setiap manusia, kemudian memutuskan langkah-langkah yang bijaksana sehingga tidak merugikan orang lain.