Modi dan Gandhi
Saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yg mencintai pemikiran Mahatma Gandi. Gandhi merupakan salah satu tokoh perdamaian dunia yang berasal dari India. Pemikirannya memberikan inspirasi bagi banyak orang, khususnya aktivis perdamaian.
Dalam buku Semua Manusia Bersaudara yang diterjemahkan Kustiniyati Mochtar (2016), Gandhi (1958) mengatakan bahwa falsafah dalam sistem agama Hindu menganggap semua agama mengandung unsur kebenaran di dalamnya. Karenanya, ia mengambil suatu sikap hormat dan tazim kepada semuanya.
Apa yang dikatakan Gandhi tentu merupakan sebuah kebenaran agama Hindu, yang berangkat dari keinginan Gandhi untuk mendamaikan dunia. Sedangkan realita yang kita temui sekarang ini, Pemerintah India yang mayoritas agama Hindu justru melakukan tindakan kontra dengan perkataan Gandhi.
Perdana Menteri India, Narendra Modi lah yang merupakan salah satu aktor penyebab rusaknya perdamaian umat beragama, khususnya Umat Hindu dan Muslim di India.
Sesama penganut ajaran agama Hindu dari India, sikap (politik) Modi sangat bertentangan dengan cita – cita Gandhi. Tentunya demikian ini merupakan hal yang kurang baik , ketika dilakukan oleh tokoh sentral, Perdana Menteri India.
Tafsir Pemikiran Gandhi: Menginginkan Perdamaian
Gandhi dikenal sebagai Pahlawan asal India yang lebih mengutamakan perlawanan dengan memproduksi narasi-narasi perdamaian, daripada melakukan perlawanan dengan menggunakan senjata, atau kekuatan fisik. Oleh karena anggapan ini, Gandhi di kenal dan dihormati oleh para kaum intelek dunia.
Meskipun Gandhi merupakan penganut agama Hindu yang taat, tidak sedikit pun dalam narasi-narasi yang diciptakannya menyudutkan agama yang lain.
Oleh karena itu, pemikiran Gandhi dapat diterima oleh semua kelompok beragama. Baik Islam, Kristen, dan agama lainnya, tidak ada yang tidak tertarik dengan pemikiran Gandhi.
Gandhi menunjukan keistimewaannya, dia mampu berpikir mendamaikan dunia, padahal dia sendiri berada pada zaman di mana India masih di bawah tekanan Inggris. Bukan karena Gandhi takut berhadapan dengan penjajah, akan tetapi rasa cinta Gandhi pada perdamaian memengaruhi konsistensinya untuk menciptakan perdamaian dunia.
Gandhi (1958) mengatakan; apapun yang dimintakan kepadanya, akan dia berikan. Asalkan negara dapat memberikan dua hal, yakni kebenaran dan anti kekerasan. Kedua butir ini tidak akan dikorbankan untuk apapun di dunia ini.
Dalam buku Menjadi Manusia; Belajar dari Aristoteles, Magnis Suseno (2009) mengutip perkataan Aristoteles, bahwa persahabatan terdiri dari tiga hal 1) Persahabatan atas dasar saling menguntungkan; 2) Persahabatan atas dasar saling menikmati; dan 3) Persahabatan atas dasar saling mencintai. Dari ketiga hal mengenai persahabatan ini, yang paling mulia adalah persahabatan yang didasari dengan rasa cinta.
Gandhi yang memperjuangkan kebenaran dan perdamaian, menjadikan Gandhi sebagai manusia yang bersahabat dengan semua manusia yang didasari dengan rasa cinta yang hakiki.
Tafsir Sikap Modi; Ciptakan Permusuhan
Modi merupakan pejabat Perdana Menteri India yang namanya santer dibicirakan, beriringan dengan polimik penzoliman masyarakat Hindu kepada masyarakat Islam di Delhi, India.
Pasalnya, kehangatan Modi dan Trump pada perjumpaan mereka memperkuat dugaan Modi sebagai dalang dari permasalahan yang ada di India.
Dari berbagai berita/opini media, diketahui bahwa akar dari perpecahan yang terjadi di India, akbiat dari Amandemen UU CAB (Citizenship Amendment Bill).
Sebagaimana diketahui, dalam UU CAB yang menjadi kontroversi adalah kemungkinan diakomodirnya kewarganegaraan imigran dengan salah satu persayaratan tidak beragama Islam. Di sisi lain, warga negara India yang beragama Islam wajib membuktikan kewarganegaraannya.
Saya beranggapan bahwa merupakan hal yang wajar jika umat Muslim yang ada di India melakukan aksi protes terhadap perlakuan Pemerintah India yang merugikan umat Islam sebagai kaum minoritas.
Sikap Modi sebagai Perdana Menteri India, harusnya mereprensentasekan kepentingan rakyat India. Sedangkan umat Muslim India merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kedaulatan masyarakat India.
***
Sikap Modi sebagai Perdana Menteri India tidak boleh hanya menenangkan masyrakat India. Lebih dari itu, Modi harus menanggapi dengan serius persoalan UU CAB yang dianggap tidak toleran itu.
Sikap Modi yang terkesan mendiamkan polimik UU CAB, bisa saja membuat perpecahan antara masyarakat Hindu dan Islam di India menjadi lebih luas. Yang ditakutkan adalah, hal ini bisa menjadi pemicu konflik di negara yang mayoritas beragama Islam, atau minoritas beragama Hindu.
Pertanyaannya, bagaimana jika Pemerintah negara yang mayoritas Islam memberlakukan Undang -Undang yang sama dengan Pemerintah India? Tentunya ini akan mengundang aksi protes dari negara yang mayoritas beragama Hindu.
Indonesia misalnya, diberbagai platform media, dari pejabat publik sampai dengan aktivis organisasi, hampir semua sudah bereaksi terhadap perlakuan Pemerintah India.
Sebagian besar berasal dari agama Islam. Kondisi ini sebenarnya menjadikan masyrakat beragama Hindu yang ada di Indonesia akan menjadi tidak nyaman. Harusnya India yang mayoritas Hindu bisa mengerti dengan penganut agama Hindu yang ada di negara yang mayoritas Islam.
Menurut saya UU CAB yang kontroversial ini harus segerah dilenyapkan, demi stabilitas keamanan umat beragama dalam suatu negara tertentu. karena jika polimik ini dibiarkan berlarut – larut, maka akan merugikan kedua pihak agama (Hindu dan Islam).
Modi Wajib Menjadi Gandhi
Modi dan Gandhi memiliki persamaan yang cukup fundamental, mereka berasal dari negara yang sama (India) dan agama yang sama (Hindu).
Modi wajib menjadi Gandhi. Artinya Modi harus meyelami pemikiran Gandhi, dan bertindak seperti layaknya Gandhi.
Gandhi menginginkan perdamaian, sedangkan Modi sebagai Perdana Menteri India tentunya memiliki fasilitas dan peluang untuk menciptakan perdamaian.
Sangat disayangkan jika Modi mengabaikan poin-poin penting dalam pemikiran Gandhi tentang perdamian. Karena dengan mengilhami pemikiran Gandhi, Modi bisa saja menjadi Perdana Menteri yang diagungkan semua kalangan beragama.
Sikap yang ditunjukan Modi saat ini sangat berbeda (kontradiktif) dengan cita-cita Gandhi. Akhir kata dengan insiden ini, semoga di India bermuculan “Gandhi-Gandhi yang baru”, yang lebih mementingkan kepentingan bersama, daripada kepentingan kelompok atau golongan tertentu.