Biografi Sayyid Qutb
Sayyid Qutb merupakan seorang politikus asal Mesir yang terkenal dengan pemikiran fundamentalisnya mengenai Islam. Terlahir dari keluarga yang tidak kaya, namun ayahnya memiliki tanah yang luas.
Ia telah banyak mempengaruhi gerakan-gerakan pemuda di negara lain khususnya di Mesir sendiri untuk menolak secara keras terhadap Barat yang masuk dalam dunia Islam. Tak heran jika hal ini melahirkan berbagai gerakan yang bersifat fundamentalis di negara-negara lain.
Qutb juga terkenal sebagai teoritikus Mesir dan Cendikiawan Muslim, dalam karyanya Keadilan Sosial dan Milestone, memuat perubahan sosial-politik mengenai Islam fundamentalis.
Pada mulanya, ia begitu tertarik dengan kemajuan dan peradaban Barat yang selalu menunjukkan kecanggihannya. Namun hal itu berbanding terbalik setelah ia mengetahui bahwa Barat ingin menghancurkan dan merebut kekuasaan Palestina dengan mendirikan negara Israel yang melibatkan negara-negara lain untuk membantu Barat.
Presiden Mesir yang kala itu dipimpin oleh Muhammad Naser, juga tidak menginginkan Barat untuk masuk dalam pemerintahannya, Sayyid Qutb mendukung pemberontakan yang dilakukan Muhammad Naser dalam menentang Barat.
Perjuangan Sayyid Qutb dan Ikhwan Al-Muslimin
Namun, Sayyid Qutb berubah haluan dan menjadi penentang Muhammad Naser ketika Naser mulai melakukan penyiksaan terhadap anggota Ikhwan Al-Muslimin. Gerakan Ikhwan Al-Muslimin ini merupakan gerakan yang dipelopori oleh Hasan al-Bana dengan tujuan untuk melindungi masyarakat politik Islam dan Sayyid Qutb tergabung di dalamnya.
Gerakan Ikhwan Al-Muslimin ini mempunyai tekad yang kuat untuk menolak pengaruh Barat baik dalam bidang budaya, ekonomi, maupun politik. Saat itu Hasan al-Bana sendiri sebagai pemimpin gerakan Ikhwan Al-Muslimin masih memisahkan antara kemajuan peradaban barat, komunisme, dan juga materialisme yang sangat jelas akan merusak intergritas Islam itu sendiri.
Dengan ini Hasan al-Bana berseru pada umat Islam untuk mengupayakan pemisahan antara agama dan juga politik yang terjadi pasca-kolonial. Hal ini pun mendapat lampu hijau dari Abu al-‘A’la al-Maududi dan selanjutnya berupaya untuk memisahkan keterkaitan Barat dengan para ilmuwan muslim.
Perseteran Sayyid Qutb dengan Muhammad Naser
Pemikiran politik Sayyid Qutb sedikit banyak dipengaruhi oleh pemikiran Al-Maududi. Ketika ia menjabat sebagai penasehat kemerdekaan gerakan muslim. Politik Islam menjadi sebuah prioritas baginya, hal itulah yang menyebabkan dirinya berseteru dengan presiden Mesir, Muhammad Naser.
Naser adalah seorang penguasa Mesir saat itu yang memahami betul tentang bahayanya Islam yang ada di wilayah kekuasaannya. Kemudian Naser tidak mengizinkan gerakan Ikhwan berada di wilayahnya setelah terjadinya peristiwa percobaan pembunuhan terhadap dirinya hingga.
Tidak hanya itu, Naser juga memasukkan Qutb ke dalam penjara bersama dengan para anggota Ikhwan al-Muslimim lainnya atas tuduhan ingin menggugurkan pemerintahan Mesir.
Tidak berselang lama, Qutb bebas dari penjara atas keinginan Abdul Salam Arif, Presiden Irak, yang pada saat itu sedang berkunjung ke Mesir.
Namun Sayyid Qutb dipenjarakan kembali oleh Muhammad Naser dengan tuduhan yang sama, yakni ingin menjatuhkan pemerintahan Mesir. Percobaan Qutb yang kedua tersebut dilakukan dengan cara kekerasan melalui karyanya Ma’alim Fi ath-Thariq.
Qutb dipenjara bersama 20 ribu orang lainnya, termasuk 700 wanita di dalamnya. Empat bulan kemudian, Qutb dijatuhi hukuman mati bersama dua orang rekannya, dan akhirnya dihukum gantung karena terbukti bersalah.
Kesimpulan dari Peristiwa di Mesir Kala itu
Meninggalnya Qutb bukan berarti karya dan pemikirannya ikut mati. Banyak karya-karyanya yang masih abadi hingga sekarang, bahkan dijadikan sebagai dasar bagi muslim yang menganut pemikiran fundamentalis.
Dari peristiwa yang terjadi di atas, dapat disimpulkan beberapa hal yang terjadi pada pemerintahan Mesir:
1. Situasi politik Mesir pada saat itu yang sedang dipimpin oleh Mohammad Naser memisahkan antara agama dan negara, bahkan menginginkan pemerintah ala Barat.
2. Kebudayaan Barat begitu mudahnya masuk dalam Mesir khususnya dalam budaya Islam sendiri, baik dalam aspek politik, sosial, maupun ekonomi.
3. Desusan isu-isu yang menyebar luas bahwa negara-negara berbasis Barat mendukung berdirinya negara Israel Yahudi.
4. Berkurangnya moral masyarakat khususnya muslim Mesir akibat pengaruh dari kebudayaan Barat yang erat dengan budaya hedonisme dan materialisme, bahkan komunisme.
Editor: Yahya FR