Tasawuf

Secangkir Kopi untuk Tiket Surga

3 Mins read

Di suatu malam yang santai, bapak memohon dibuatkan secangkir kopi oleh Ibu. Ibu sedang asyik menonton acara kesukaannya terpaksa diam dan menghela napasnya sejenak. Merasakan dengan dalam dan khidmat kegiatan santainya di depan televisi harus terganggu dan melangkahkan kaki ke dapur untuk menjerang air dan menyeduh kopi.

Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Ibu. Ia hanya sedikit menghela napas, memberi senyum kecut kepada bapak, segera bangkit dan memulai langkah pertamanya. Tak ingin kalah, bapak pun membalas senyum kecut lengkap dengan mata penuh harap.

Melihat gelagat orang tua seperti itu, saya tersenyum dalam hati. Terenyuh. Bagaimana seorang Ibu pada saat malam hari, waktu ketika ia beristirahat dari hiruk-pikuk kesibukannya seharian mengurus rumah harus tetap mengiyakan permintaan secangkir kopi untuk bapak.

Secangkir Kopi untuk Surga

Menurut saya, walau membuat secangkir kopi adalah hal sepele, saya yakin bahwa itu akan menjadi pemberat amal kebaikan Ibu di akhirat kelak. Siapa tahu kan Ibu saya dan seluruh ibu-ibu masuk surga berkat ketaatannya kepada suami dalam wujud rajin membuatkan secangkir kopi?

Bukankah kita tidak pernah tahu amalan mana yang mengantarkan kita ke surga atau dosa mana yang bisa mengantarkan kita ke neraka?

Amalan itu terlalu abstrak. Walau terdapat banyak keterangan bahwa Allah “mengobral” ganjaran terhadap amal kebaikan seorang hamba, tapi kita tidak pernah tahu secara pasti ukuran, nilai, atau jumlah dari setiap kebaikan yang kita lakukan. Allah punya sistem penilaian yang sangat kompleks yang hanya diketahui oleh-Nya. Tidak seperti dosen atau acara kuis yang punya poin-poin secara khusus dan jelas.

Kebaikan sekecil apapun, kalau kita ikhlas melakukannya, bisa jadi itu yang mengantarkan kita ke surga. Sebaliknya, kebaikan yang dilakukan dengan pengorbanan sebanyak apapun, dengan sumber daya yang tinggi sekalipun, kalau tidak ikhlas justru bisa jadi mengantarkan kita ke neraka.

Baca Juga  Rabi'ah al-Adawiyah: Cinta yang Mendalam kepada Allah

Alih-alih ingin mendapat pahala dan diganjar surga, eh malah sombong, riya, dan penyakit hati yang dihasilkan. Kalau begitu, jatuhnya lebih dekat ke neraka ketimbang ke surga. Sekali lagi, kita tidak pernah tahu amalan mana yang mengantarkan kita ke surga dan atau dosa mana yang bisa mengantarkan kita ke neraka. Bisa jadi, membuat secangkir kopi jika tidak ikhlas justru menjadi penyebab kita masuk neraka.

Poinnya adalah: jangan menyepelekan suatu amal perbuatan, baik itu kebaikan ataupun keburukan. Amal kebaikan yang kita anggap kecil bisa jadi sangat bernilai dan berharga di sisi Allah. Sementara dosa yang kita anggap perintilan bisa jadi amat membuat Allah murka.

Kisah dalam Perspektif

Kita sudah jamak mendengar kisah seorang pelacur yang diampuni dosanya berkat memberi air kepada anjing yang kehausan, bukan?

Secara dzahir, pandangan manusia biasa terhadap seorang pelacur pasti punya persepsi tidak baik. Dan memberi air kepada seekor anjing dianggap bukanlah perkara yang patut dibanggakan. Tapi, Allah tidak sesempit persepsi kita. Allah punya perspektif lain, Allah Maha Rahmah, Allah ampuni dosa pelacur itu.

Ada seorang wanita penzina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu mengelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya (menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalannya tersebut.” (HR. Muslim)

Ada kisah lain tentang amalan yang mungkin kita anggap sepele tapi Allah ganjar dengan pengampunan. Apakah Anda tahu kisah tentang seorang laki-laki yang melihat duri di jalan lalu menyingkirkannya karena khawatir orang lain akan terkena duri itu?

Saat seorang pria sedang berjalan, tiba-tiba ia mendapati sebuah dahan berduri yang menghalangi jalan. Kemudian ia menyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Bukhari)

Baca Juga  Bagaimana Kehidupan Tasawuf di Muhammadiyah?

Sungguh, Allah itu Pemurah. Hal kecil bisa jadi agung ketika kita tulus dan ikhlas melakukannya untuk kebaikan bagi pihak lain, baik itu manusia ataupun hewan. Dua kisah yang tergores dalam hadis nabi itu sepatutnya membuat kita merenung mendalam tentang hakikat amal kebaikan.

Remeh yang Menguntungkan

Hal remeh-temeh yang sering kali kita lewatkan dalam keseharian karena kita anggap itu kecil dan tidak bermakna, justru bisa jadi punya nilai yang besar dalam pandangan Allah. Maka, jangan sekali-kali kita menyepelekan suatu amal kebaikan, sekecil apapun itu. Walaupun itu hanya secangkir kopi.

Janganlah sekali-kali kamu merendahkan perbuatan baik yang sedikit atau engkau mengosongkan tempat airmu untuk diisi ke tempat orang yang mencari air, atau engkau bertemu saudaramu dengan wajah ceria.” (HR. Muslim)

Melakukan amal ibadah, baik ritual maupun sosial termasuk pada pemberian rahmat Allah kepada kita. Ketika kita melakukan suatu amal kebaikan, yang mungkin dalam pandangan kita itu remeh dan kecil, itu merupakan bukti rahmat Allah membukakan hati kita untuk melakukan kebaikan. Termasuk ketika amalan kecil itu yang menjadikan rahmat Allah turun kepada kita dan dapat mengantarkan kita ke surga-Nya.

Kita masuk surga karena rahmat Allah. Kita tidak tahu bagian hidup mana yang dijatuhi rahmat secara khusus oleh-Nya. Bisa jadi ketika seorang istri membuatkan secangkir kopi untuk suaminya padahal ia sangat lelah. Bisa jadi ketika seorang ayah yang memberi nafkah berupa makan kepada anaknya. Bisa jadi ketika kita memberi sedikit uang kepada yang membutuhkan di jalan.

Kita tidak tahu lewat jalur dan pintu mana kita masuk ke surga Allah. Karena ketidaktahuan itulah kita harus memperbanyak pintu yang kita masuki. Pintu ibadah ritual, sosial, hingga hal kecil nan remeh-temeh membantu seseorang atau hewan sekalipun.

Baca Juga  Tarekat Muridiyah: Antara Ibadah dan Bisnis Kacang Tanah

Editor: Sri/Nabhan

3 posts

About author
Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds