Oleh: Budi Setiawan
Sudah menjadi tradisi Muhammadiyah, setiap ada penghelatan muktamar, maka dibuat lagu dan logo/poster Muktamar. Judul di atas merupakan bait terakhir dari lagu Kongres Muhammadiyah ke-18, tahun 1929 yang ditulis syairnya oleh HM Yunus Anis, yang kemudian menjadi Ketua PP Muhammadiyah, di tahun 1959-1962.
Semboyan sedikit bicara banyak bekerja menjadi ciri gerakan Muhammadiyah pada awal gerakannya, meski bukan berarti dakwah bi lisan tidak dilakukan. Karena justru dakwah dan tabligh menjadi kegiatan utama Muhammadiyah yang dilakukan dengan berbagai cara. Semboyan tersebut, dilaksanakan dengan bekerja terus-menerus dalam berbagai tingkatan, tidak saling menunggu.
KHA Dahlan pendiri Muhammadiyah, adalah seorang mubaligh dan guru, yang tentu saja tidak sedikit bicara, tetapi beliau dalam kiprah gerakannya tidak hanya berhenti pada seruan dan ajakan, tetapi beliau sendiri juga member contoh yang nyata. Ketika Muhammadiyah membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk menggerakkan organisasi, maka beliau tidak segan menjual (melelang) harta pribadinya untuk membiayai organisasi. Demikian juga dalam hal ibadah, KHA Dahlan adalah seorang ahli ibadah, ahli masjid, ahli shalat malam.
Contoh nyata yang diberikan KHA Dahlan, diikuti oleh para muridnya dan terus merata secara organisasi sampai pada tingkat ranting. Maka demikian banyak warga Muhammadiyah yang merelakan tanahnya diwakafkan kepada Muhammadiyah untuk mendirikan masjid, maupun berbagai amal usaha, seperti sekolah, panti asuhan, rumah sakit dan sebagainya. Sehingga secara nyata bisa dilihat tumbuhnya berbagai amal usaha Muhammadiyah diberbagai wilayah sampai pelosok.
Berbagai upaya terobosan untuk pengumpulan dana dilakukan oleh Muhammadiyah, salah satunya adalah dengan gerakan Franco Amal (kerja sama dengan Posts Telegafend Telefoon Dienst, milik pemerintah Hindia Belanda) sebuah cara pengumpulan dana dengan memberikan infak setiap pembelian prangko untuk pengiriman surat. Tentu saja gambar prangko mempunyai nilai syiar dan dakwah. Sayang gerakan ini tidak bisa berjalan karena keburu Jepang dating di Indonesia.
Seiring kemerdekaan Indonesia, semangat sedikit bicara banyak bekerja terus berlanjut terutama digerakkan oleh gerakan kepanduan Hizbul Wathan. HW mendidik remaja Muhammadiyah melalui semboyan HW yang terulis dalam Mars Hizbul Wathan. Keterlibatan pandu HW dalam berbagai kegiatan sosial, seperti pengumpulan beras jum’at, zakat fithrah, penyembelihan dan pendistribuan hewan qurban, menjadi proses internalisai nilai kader Muhammadiyah.
Pada tiga dasa warsa terakhir ini, berbagai lembaga sosial/filantropi muslim terus muncul dengan berbagai tawaran yang menarik dengan menggunakan teknologi informasi, serta pengorganisasian dan manjemen modern dan professional. Sebut saja, Dompet Dhuafa, PKPU, Rumah Zakat, ACT dsb yang bergerak secara cepat dengan awak/tenaga yang dipekerjakan. Muhammadiyah meski sedikit terlambat telah mendirikan LAZISMU yang terus berkembang meski belum secara merata di seluruh pelosok wilayah. Berjalan seiring dengan Lembaga Penanggulangan Muhammadiyah (MDMC), LazisMu dan MPKU serta segenap elemen Muhammadiyah telah bergerak secara nyata membantu berbagai korban bencana, tidak saja di tanah air, bahkan di mancanegara. Meski demikian gerakan tersebut masih harus dievaluasi dan dibenahi agar bisa sebanding dengan besarnya organisasi Muhammadiyah dan mampu bersaing secara sehat dengan lembaga filantropi lain yang juga terus berkembang.
Hari ini 31 Juli 2019, Muhammadiyah mengadakan launching logo Muktamar Muhammadiyah 2020 yang akan berlangsung di kota Solo. Semboyan Sedikit Bicara Banyak Bekerja hendaknya tetap mewarnai Muktamar yang akan dihelat tahun depan. Tentu makna sedikit bicaraakan menjadi berbeda, tetapi banyak nya pembicaraan di arena Muktamar, mulai dari pidato/ceramah, laporan PP Muhammadiyah, siding komisi yang pasti akan banyak diskusi harus menghasilkan Program Kerja yang betul-betul bisa dikerjakan. Harus dihindari banyak bicara(pencitraan) di arena Muktamar, yang bisa menurunkan semangat ikhlas dan semangat kerja.
Kauman Yogyakarta, 30 Juli 2019
*Penulis dalam Ketua MDMC PP Muhammadiyah.