Feature

Selamat Jalan Dr. Najamuddin Ramli, Kader Militan Muhammadiyah

5 Mins read

“Muhammadiyah kehilangan kader yang militan serta memiliki pemikiran dan pergaulan yang luas”. Demikian ungkapan duka yang mendalam dari Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. DR. Haedar Nashir, MSi sekaligus menggambarkan sosok DR. Najamuddin Ramli.

Sahabat dan senior saya Mas Husni Tamrin dari Klaten yang saat ini mengemban amanah sebagai ketua MPM PDM Klaten, menggambarkan sosok DR. Najamuddin Ramli, MSI sebagai aktivis Muhammadiyah yang “……..Keras, lantang, tanpa kompromi dan bebas tanpa tekanan. Itu yang saya tahu dari Dr Najamudin Ramli, Waketum PP Pemuda ketika saya masih di PDPM dulu dan ketika mendengarkan pidato/pembicaraan di Muktamar Pemuda Muhammadiyah  di Riau. Insya Allah husnul khotimah….”.

Para sahabat seangkatan, para juniornya di Pemuda Muhammadiyah, dan juga di Ikatan Pelajar Muhammadiyah hampir semuanya menyebut DR. Najamuddin Ramli sebagai ” Kader Militan Muhammadiyah”. “Bang Naja” demikian biasa kami memanggil. Beliau memang pribadi yang unik dan langka di Muhammadiyah. Kemampuan retorikanya, luas pergaulannya, kemampuan humornya,  keberterusterangannya (suka bicara apa adanya), senyumannya sekaligus gaya bicaranya, jarang dimiliki oleh aktivis Muhammadiyah  yang lain.

Di acara apapun di Muhammmadiyah, bila ada Bang Najamuddin, akan selalu “heboh dan menyenangkan”. Dari rapat kecil hingga acara yang besar akan selalu hidup bila ada Bang Najamuddin.

Bang Naja memang dianugerahi oleh Allah kemampuan retorika dan komunikasi massa di atas rata-rata. Saya masih ingat ketika acara Satu Abad Muhammadiyah di Stadion Senayan Jakarta. Meski dalam kondisi hujan sangat deras, Bang Naja yang pegang microphone, mengendalikan situasi massa saat itu.  Meski hujan turun namun acara lancar hingga akhir.

***

Saya mengenal Bang Najamuddin Ramli ketika saya mulai aktif di PP IPM pada periode mas Khoiruddin Bashori. Selain ketemu di acara IPM, setelah itu sering ketemu di acara Pemuda Muhammadiyah. Perkenalan saya dan temen temen KHA Dahlan 103 Yogya (kantor PP Muhammadiyah saat itu) seperti: Mas Poerwono (sekarang dikenal sebagai Ustadz Syaeikh Pur), Kang Jimmy, Om Badari, pak Salam dan lain-lain dengan Bang Najamuddin, menjadi sangat akrab karena beliau pernah cukup lama (beberapa minggu atau beberapa bulan) tinggal di kantor PP Muhammadiyah KHA Dahlan. 

Baca Juga  Selamat Jalan Mas Najikh: Engkau Pergi Tanpa Pamit

Kami sering shalat bareng, makan nasi sterio dan nasi merconnya Pak Juremi (Om Allways), guyonan bareng, saleng ledek, dan lain-lain. Ketika Saya diamanahi menjadi salah seorang direksi di RSIJ Cempaka Putih sekitar 8 tahun, kami kembali sering bertemu Bang Najamuddin Ramli ketika Pengajian rutin bulanan di PP Muhammadiyah Jakarta, ketika Rapat dan Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah Jakarta.

Bang Naja beberapa kali menemui saya di RSIJ CP ketika istri atau putranya sedang sakit dirawat di RSIJ CP. Bang Naja memang Pribadi yang tidak pernah kehabisan bahan ketika ngobrol dan juga tidak kehabisan ide ketika sedang diskusi atau ceramah. Canda tawa selalu mewarnai setiap pertemuan. Ketika saatnya ada yang perlu dimarahi, maka Bang Naja akan marah dan setelah itu beliau akan kembali tersenyum dan tertawa. Setelah itu, semua clear dan tidak ada rasa benci dan dendam. Hubungan baik tetap dijaga dengan siapapun. Beliau tidak pernah malu untuk meminta maaf bila berbuat khilaf dan salah.

Pribadi yang Hangat dan Peduli pada Juniornya.

Siapapun yang pernah bergaul dengan Bang Najamuddin Ramli, insyaAllah akan memiliki kesan yang sama bahwa beliau orang yang hangat, enak bila diajak ngobrol dan juga peduli pada juniornya di Pemuda Muhammadiyah maupun di Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Bunda Pupung (alumni PP IPM) selaku juniornya, memiliki kesan yang mendalam terhadap Bang Najamuddin Ramli dan Istrinya. 

Bunda Pupung menulis kesan yang mendalam. Hanya selang 8 jam, keduanya kembali di pertemukan di sisi Allah SWT. Ya Allah kami kehilangan orang-orang terbaik dan dekat dalam sekejap. Engkau lebih menyayangi mereka. Bu Silfi dan Pak Najamuddin Ramly, terimaksih atas kebaikan dan ketulusan kalian. Rumah kalianlah tempat kami singgah ketika di Jakarta. Rumah kalian pula kami singgah di Palu.

Dan terimakasih pula sempat mengunjungi kami ketika kami pindah ke Purwokerto.

Sungguh kami begitu kehilangan orang-orang yang kami hormati dan cintai.

Allahummagfirlahum warhamhum wa aafihi wa’fu’anhum

Allah berikan tempat terbaik bagi almarhum dan almarhumah.  

Baca Juga  Pengembangan Kurikulum Tauhid Sosial Sekolah Muhammadiyah
***

Apa yang Bunda Pupung tuliskan, insyaAllah mewakili para juniornya di IPM bahwa Bang Najamuddin adalah pribadi yang peduli dan suka menolong. Kepeduliannya pada adik-adiknya juga saya saksikan langsung ketika Bang Najamuddin hadir di Pernikahan Dik Slamet (Ketua Umum PP IPM) di sebuah Kampung di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Hadir Juga alm DR.  Ali Tahir Parasong.

Saya tidak mengira kalau kedua senior IPM ini akan hadir di pernikahan adinda Slamet yang waktu itu sudah tidak jadi Ketua Umum PP IPM yang terpaksa mengundurkan diri karena sakit yang butuh perawatan serius. Saya sudah menyiapkan diri untuk memberikan nasehat pernikahan, siap sebagai saksi, siap mewakili keluarga mempelai pria.

Saya harus menyiapkan diri bila Bang Ali Tahir Parasong dan Bang Najamuddin Ramli tidak datang agar acara ijab qobul dan walimatul ursy tetap berjalan lancar. Alhamdulillah, dalam kesibukan Bang Ali Tahir sebagai Anggota Dewan dan kesibukan Bang Najamuddin Ramli sebagai salah seorang pejabat di Kementrian Pendidikan Nasional, ternyata kedua senior ini menyempatkan datang di momen paling penting perjalanan hidup seseorang.

Bang Najamuddin akhirnya yang memberikan nasehat pernikahan. Bang Ali Tahir memimpin doa dan saya mewakili keluarga penganten pria untuk memberi sambutan dan menjadi saksi. InsyaAllah kehadiran almarhum di acara ijab qobul dan walimatul ursy ini akan menjadi sangat bermakna bagi Dik Slamet selaku kader Muhammadiyah. Saya dan istri juga merasakan betapa bahagianya ketika senior datang di acara pernikahan kita, juga merasakan sedih ketika sahabat dan senior tidak datang di Pernikahan kita.

Wafatnya Bang Najamuddin dan Pandemi Covid 19

Keluarga besar Muhammadiyah benar benar sedang berduka karena kehilangan kader-kader terbaiknya.  Delapan hari sebelumnnya, tepatnya tanggal 13 Februari, Ibunda dari Bang Najamuddin Ramli wafat di Palu Sulawesi Tengah.  Delapan Jam setelah wafatnya Bang Najamuddin Ramli, istri tercinta beliau ibu Nita Rahmawati juga wafat menyusul suami tercinta.

Banyak kader-kader terbaik Muhammadiyah syahid karena Covid-19.  Lima Ketua PDM telah wafat termaduk  Ustadz Abdul  Rodli (Ketua  PDM Klaten) dan putra mantu beliau , Ustadz Dzikron (Majelis Tarjih PP Muhammadiyah), Ketua  LPCR Sumbar Ustadz Martaon Pulungan,  Ketua LPCR Kota Semarang, Bang Ali  Tahir, Bang Naja, dan sahabat kita lainnya khususnya para aktivis KOKAM dan MDMC.

Baca Juga  Muhammadiyah, Teladan Toleransi Otentik

Melihat rentang usia pimpinan dan warga Muhammadiyah yang wafat karena Covid 19, menggambarkan bahwa usia mereka ada yang di bawah 40 tahun (AMM), 50 tahunan dan kebanyakan berusia 60-an tahun.  Hal ini bermakna bahwa semua warga Muhammadiyah dari semua kelompok usia harus tetap waspada terhadap virus Corona. 

Kuatkan Iman dan ibadah kepada Allah, tingkatkan imun secara lahir dan batin, amankan diri dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh untuk mematuhi protokol kesehatan, serta tawakkal kepada Allah setelah melakukan tiga amalan penting iman, imun, dan aman. Warga Muhammadiyah harus jadi teladan dalam menghadapi pandemi covid. Termasuk dalam pelaksanaan ibadah di masjid Muhammadiyah, harus tetap melaksanakan tuntunan ibadah pada kondisi darurat sesuai edaran PP Muhammadiyah serta menerapkan protokol kesehatan yang panduanya dibuat oleh MCCC PP Muhammadiyah.

***

Para pemimpin persyarikatan dan AUM harus menjadi contoh dan menjaga warganya dari pandemi covid. Jangan terjadi seperti di salah satu masjid Panti Asuhan Muhammadiyah di Semarang yang bangga jamaah nya mbludak dan shalatnya tidak berjarak lagi dan banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Pimpinan panti Asuhan dan Pimpinan Cabang harus mengedukasi pimpinan panti dan jamaah uuntuk beragama dengan, ilmu bukan dengan emosi. Mereka yang sudah berhati-hati saja, masih bisa terpapar covid, apalagi yang sembrono. Memang hidup dan mati Allah yang menentukan, nunggu Allah juga mewajibkan kita berikhtiar.

Semoga mereka semua wafat dalam keadaan Syahid dan husnul khatimah, Allah limpahkan maghfirah dan rahmatnya. Keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan iman dan kesabaran serta dapat menuruskan cita-cita dan perjuangan almarhum dan almarhumah.

Semoga kita semua yang masih sehat wal afiat selalu dalam lindungan Allah dan dijauhkan dari segala marabahaya termasuk pandemi Covid-19.

Editor: Yahya FR

Muhammad Jamaluddin Ahmad
5 posts

About author
Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds