Oleh: Lolita*
Korea Selatan (Korsel) kuat finansial dan solidaritas teamwork-nya. Hampir 200.000 kit gratis digunakan tiap hari. Orang yang dites tidak hanya yang suspect, melainkan yang mengalami gejala batuk pilek langsung dilakukan pemeriksaan. Bahkan artis-artis terkenal Korsel pun ikut bekerja sama menyumbangkan kekayaannya hingga mencapai jutaan dolar untuk penanganan wabah. Saat ini, Korsel termasuk negara yang berhasil me-slow down corona tanpa me-lock down negaranya.
Italia salah strategi di awal, kesadaran masyarakatnya terlambat. Baru me-lock down negaranya ketika jumlah pasien mencapai lebih dari 1.500. Saat ini, Italia sedang berjuang keras untuk menghentikan penyebaran virus corona yang tak terkendali. Begitu juga Spanyol, baru me-lockdown ketika korban positif Covid-19 menembus angka 1.500.
Denmark, Perancis, dan Irlandia juga menetapkan status lockdown di pertengahan Maret akibat jumlah pasien positif Covid-19 di negaranya semakin tak terbendung.
Dua negara berkembang, Filipina dan Malaysia akhirnya berani memutuskan untuk me-lockdown negaranya dan menyatakan perang terhadap corona ibarat pertaruhan hidup dan mati. China hingga saat ini juga masih me-lockdown provinsi Hubei, episenter corona. Walaupun sejak munculnya wabah corona, Cina tersiksa dengan tuduhan dan berita pengucilan ras.
Corona Tidak Pandang Bulu
Namun di tengah hujaman dan cemoohan dunia, seluruh komponen bangsanya tetap fokus dan bersatu. Rumah sakit darurat didirikan dalam hitungan hari. Dokter terbaik siap terjun ke seluruh pelosok provinsi. Ilmuwan di laboratorium tetap bekerja 24 jam tanpa henti untuk mencari obat. Bahkan disela-sela waktu juga menulis dan mempublikasikan ratusan karya ilmiah supaya warga dunia bisa mendapatkan informasi dan belajar dari itu.
Di lain itu, pihak kepolisian selalu berpatroli di masing-masing distrik untuk menjamin bahwa proses karantina warga berjalan dengan baik. Bahkan kebutuhan pokok sehari-hari disuplai secara online. Akhirnya dengan komitmen, finansial, solidaritas, dan dukungan kuat dari seluruh komponen negaranya, saat ini, kita ketahui China sudah melewati masa-masa kritisnya. Hingga co-founder bisnis retil terbesar di China, Alibaba mengirimkan bantuan 1 juta masker dan mendonasikan 500.000 kit ke Amerika Serikat. Ditambah tenaga ahli dan ilmuwan terbaik juga dikirimkan ke negara-negara lain yang terdampak corona.
Virus corona tidak memandang ras, suku, agama, dan negara. Siapa saja bisa terinfeksi termasuk diri dan keluarga kita. Jangan pernah menganggap remeh, namun tidak juga panik. Warga Indonesia dimanapun berada, selalulah positif dan patuh pada arahan pemerintah pusat dan daerah.
Mari berikan dukungan terbaik dan positif kita kepada dokter, perawat, farmasis dan seluruh tenaga kesehatan baik medik maupun non-medik. Mari berikan perlindungan kepada pasien dan keluarga pasien yang saat ini sedang berjuang mempertahankan nyawa. Karena merekalah “the real hero” kita saat ini.
Mulai hari ini, berjanjilah pada diri kita untuk berhenti membuat dan menyebarkan info hoax yang tidak bisa dipertanggungjawabkan sama sekali kebenarannya. Stop percaya pada berita propaganda. Singkirkan kebencian hanya karena berbeda agama, ras, politik, maupun negara.
Bersatu, bergerak, berkampanyelah terus tanpa lelah sesuai bidang kita hingga wabah korona ini usai. Karena sekecil apapun aksi baik kita, itu sangatlah berharga bagi dunia saat ini.
Mari kita semua berjuang melewati masa-masa sulit ini. Songsong dunia baru tanpa ketakutan akan ancaman global corona.
*) Dosen Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Ph.D Candidate Clinical Pharmacy, Nanjing Medical University. PCIM Tiongkok.
Editor: Nabhan