Feature

Percaya dan Berdamai dengan Diri Sendiri

3 Mins read

Oleh: Nur Indah Masita P.K*

“Kekurangan dalam dirimu bukanlah sebuah aib, untuk itu percaya dan hargailah dirimu dengan apa yang kamu miliki”

Ada masanya seseroang berada di titik terendah dan merasa segala sesuatu yang dilakukan semua salah serta tidak pernah sesuai dengan apa yang diharapkan. Semua tindakan yang direncanakan sering keluar dari jalur yang diinginkan. Mencoba memperbaiki kesalahan maupun keadaan namun kenyaatannya justru memperkeruhnya. Kekurangan dan kesalahan yang dibuat perlahan membuatmu membenci diri sendiri. Selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuatmu menjadi semakin terjatuh dan kehilangan arah, sehingga yang terjadi kamu akan menyulitkan diri sendiri.

Membandingkan Diri

Terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain membuat sebagian orang menyalahkan keadaan. Karena menurut mereka itulah cara paling mudah untuk bertahan didalam situasi terburuk. Untuk sebagian orang lainnya, menyalahkan diri sendiri merupakan satu-satunya keputusan yang dengan mudah diambil ketika sesuatu yang buruk menimpanya. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dan setiap orangpun pernah mengalami hari-hari yang buruk.

Kita tahu bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan bukan? lalu bagaimana cara untuk berdamai dengan kekurangan yang kita miliki?

Banyak orang yang berusaha keras untuk terlihat begitu sempurna di depan banyak orang, dari mereka bahkan meniru orang lain dan berusaha untuk menutupi jati dirinya. Namun kita tahu bahwa dalam kehidupan pasti muncul beberapa peristiwa yang membuat kita menjadi kecewa atau bahkan marah, namun itu adalah hal yang wajar.

Rasa marah adalah nafsu yang ada di dalam diri manusia yang dapat menimbulkan rasa benci pada diri sendiri maupun seseorang. Dalam Islam terdapat penjelasan mengenai beberapa aturan yang harus diperhatikan ketika marah. Hal tersebut  ada di dalam Al-Quran  Surat Al-Fath ayat 6. Allah SWT menjelaskan bahwa kemarahan seseorang baiknya ditujukan kepada mereka yang tidak taat. Seperti halnya orang kafir atau orang yang musyrik, orang yang munafik, serta orang yang telah melampaui batas-Nya.

Baca Juga  Kisah Soekarno, Mengkritik Ulama yang Haramkan Donor Darah untuk Non Muslim

Mengendalikan Emosi

Untuk menangani hal tersebut, mengadu pada Sang Pencipta merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan ketenangan diri. Sejenak menyendiri dari keramaian serta mengadu  dengan Tuhan membuat kita dapat menjernihkan dan dapat menata pikiran kita kembali.

Untuk mengendalikan rasa kecewa, amarah, iri, dan lainnya kita perlu untuk mengontrol emosi yang ada di dalam diri kita. Memang bukan hal yang mudah, namun kita bisa memulainya dengan mengenali amarah yang ada dalam diri kita. Terkadang kita sendiri bingung dengan perasaan yang kita rasakan, dengan adanya kemampuan untuk mengenali amarah kita, itu menjadi bekal yang penting agar kita bisa berdamai dengan diri sendiri.

Selain mengenali amarah, kita juga perlu mengetahui apa pemicu dari amarah tersebut. Pada umumnya seseorang akan marah apabila merasakan sesuatu yang tidak adil bagi dirinya seperti direndahkan, diremehkan ataupun dibanding-bandingkan. Kekesalan tersebut dapat memicu seseorang untuk melakukan tindakan buruk yang akibatnya akan merugikan diri sendiri ataupun orang lain seperti bunuh diri hingga tindakan kriminal.

Agar seseorang tidak melakukan hal yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain perlu adanya kontrol emosi. Melakukan kontrol emosi memang tidak mudah, apalagi disaat kita menemukan suatu hal atau permasalahan yang berkaitan dengan diri kita. Kontrol emosi diperlukan untuk meningkatkan kesabaran seseorang dalam menghadapi suatu masalah dan bisa membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan bijak.

Adanya kesabaran membuat diri kita  mampu memahami situasi dan kondisi yang terjasi di lingkungan sekitar kita, maka dari itu melatih kesabaran menjadi hal penting dalam mengendalikan rasa amarah. Mencoba mengikhlaskan apa yang terjadi merupakan salah satu tahapan untuk berdamai dengan diri sendiri. Semua akan terasa berat ketika sebuah harapan di dalam diri kita masih tinggi, untuk itu mengiklaskan akan mempermudah segalanya.

Baca Juga  Marhaban ya Ramadhan: Bersihkan Hati, Pikiran, dan Lingkungan

Kegagalan yang dihadapi terkadang membuat seseorang merasa dirinya rendah dan tidak pantas untuk siapapun, hal ini terjadi karena seseorang menganggap kekurangan yang dia miliki sebagai suatu masalah yang besar. Untuk mengatasi hal tersebut pertama kita harus mencintai diri kita seperti kita mencintai atau mengagumi orang lain.

Memaafkan Diri Sendiri

Cara lain untuk bijaksana dalam mengendalikan rasa amarah, iri, kecewa dan lainnya adalah  berdamai dengan diri sendiri. Karena ketika seseorang mencintai dirinya sendiri, mereka akan menerima serta memaafkan kesalahan dan kekurangan yang ada di dalam dirinya. Ketika seseorang mampu mencintai dan menerima apapun kekurangan dalam dirinya mereka tidak akan mudah untuk meyalahkan orang lain, merasa marah, atau kecewa. Justru mereka akan mencoba untuk memperbaiki dirinya agar dapat mewujudkan keinginannya.

Memberikan waktu untuk bersedih , marah, dan menangis bagi diri sendiri juga diperlukan tapi jangan terlalu lama, karena kita juga perlu menghargai emosi-emosi tersebut sehingga konflik dalam diri maupun orang lain dapat terhindarkan. Ketika sudah berdamai dengan diri sendiri cobalah untuk menata ulang kepercayaan diri kita.

Ketika kepercayaan diri mulai terbangun kita akan menyadari bahwa kita mampu untuk menghadapi segala permasalahan dengan lebih tenang. Kita juga tidak akan merasa terintimidasi di hadapan orang lain serta mudah menangani rasa canggung saat berhadapan dengan orang banyak.

*) Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Yogyakarta

Editor: Nabhan Mudrik Alyaum

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Feature

Rakernas dan Dinamika Dunia Wakaf

4 Mins read
Jogja, Jumat 1 November 2024. Pukul 05.30 pagi dengan sebuah mobil dari Ringrud Selatan Jogja kami menuju Kartasura. Di perjalanan ikut bergabung…
Feature

Perkuat Toleransi Sejak Dini: Cerita Pesantren Muhammadiyah Terima Kunjungan SMA Kristen

2 Mins read
Kunjungan studi yang dilakukan oleh para siswa Sekolah Kanisius Jakarta ke pesantren Muhammadiyah Al-Furqon, sejak Rabu, 30/10/2024 sampai Jum’at, 1/11/2024 merupakan sebuah…
Feature

Tasawuf di Muhammadiyah (1): Lahirnya Neo-Sufisme

4 Mins read
Ketika mendiskusikan tasawuf di Muhammadiyah, maka yang dibicarakan adalah tasawuf bentuk baru atau Neo-Sufisme. Muhammadiyah sendiri—dalam hal ini tokoh-tokohnya—tidak menolak sepenuhnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds