Tajdida

Semangat Pembaharuan di Balik Pendirian Muhammadiyah Gresik

2 Mins read

Masjid Jami’ di sisi sebelah barat alun-alun Kabupaten Gresik, Jl KH Wachid Hasyim, itu masih menjadi pusat peribadatan yang ramai. Masjid yang merekam semangat pembaharuan di masa lampau itu menjadi tempat singgah, berteduh, dan pelaksanaan aktivitas keagamaan bagi warga sekitar.

Arsitektur masjidnya masih terawat dengan baik. Polesan cat, tata letak, dan fasilitas-fasilitas masjidnya, bergaya khas masjid pada zaman Wali Songo. Dari semua pernak-pernik, ada satu yang menarik, dan kelak, memiliki cerita kebesaran sejarah: bedug.

Dua bedug itu berada di lantai dua, berjejer meski berjauhan dan menghadap sebelah timur. Dua bedug ini menjadi saksi bisu saat sekumpulan remaja, selepas salat, duduk-duduk santuy disebelahnya. Sambil selonjoran, inisiatif pendirian Muhammadiyah di Kabupaten Gresik bermula.

Gejolak Remaja Masjid Jami’

Buku yang ditulis Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik yang berjudul Memori Milad Muhammadiyah Gresik mengungkapkan, awalnya 4 remaja masjid yang bernama Faqih Usman, Adnan Haji, M. Khusnan, dan Ahmad Shaleh itu berdiskusi pembaharuan tentang Islam. Mereka mendiskusikan pembaharuan yang terjadi di Surabaya maupun di Yogyakarta yang sering termuat dalam berbagai surat kabar, juga tabligh akbar yang diselenggarakan di kota-kota tersebut.

Gejolak remaja saat berdiskusi itu bukan sekadar terjadi satu kali, melainkan berkali-kali. Suatu kali, keresahan mereka berada pada puncaknya. Mereka pun bersepakat untuk mendatangi langsung gerakan pembaharuan ke sumbernya, yakni di Yogyakarta. Dua orang perwakilan berangkat ke Yogyakarta, terdiri dari Fakih Usman dan Khusnan. Keduanya diterima langsung oleh Kiai Hisyam, Kiai Sujak, Kiai R. Hajid, dan Kiai Basiran.

Setelah mendapat penjelasan dari beberapa anggota Pimpinan Pusat (Hoofdbestuur) Muhammadiyah, utusan dari Gresik itu disarankan untuk menemui K.H. Mas Mansur selaku ketua cabang Muhammadiyah Surabaya. Para utusan dari Gresik itu pun menemui K.H. Mas Mansur di Surabaya. Mereka mendapat sambutan yang sangat menggembirakan, bahkan K.H. Mas Mansur bersedia untuk datang ke Gresik memberikan pengajian.

Baca Juga  Laki-laki Bukanlah Pemimpin Bagi Perempuan

Minta Doa Restu Kiai

Saat didatangi Tim Museum Muhammadiyah, Marindra Adnan, anak kandung dari pendiri Muhammadiyah Gresik, Adnan Haji, menceritakan bahwa Menjelang berdirinya Muhammadiyah di Gresik, para remaja Gresik tersebut mendatangi beberapa Kiai di Gresik untuk meminta nasihat tentang rencana pendirian Muhammadiyah. Mereka mendatangi K.H. Zubair di pondoknya Kauman dan Kiai Marlikan (K.H. Kholil) di Pondok Blandongan.

Setelah ditemui, kedua Kiai itu merestui. “Datangnya para pendiri awal Muhammadiyah ke Kiai-kiai ini, untuk meminta restu, dukungan, dan bimbingan. Sebab remaja masjid Jami’ ini juga murid dari Kiai-Kiai tersebut,” ceritanya.

Semangat Pembaharuan di Gresik

Menurut Mustakim dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pergerakan Muhammadiyah di Gresik tahun 1926-2003 pendiri awal Muhammadiyah Gresik itu memiliki pola pikir dan cara pandang yang berbeda dengan masyarakat di sekitarnya. Mereka punya cara pandang yang selangkah lebih maju dengan teman-teman zamannya.

Pada 1926 Muhammadiyah Gresik resmi berdiri dalam wilayah Cabang Surabaya. Peresmian Muhammadiyah di Gresik itu diselenggarakan di rumah K.H. Abdullah Khatib, di kampung Kemuteran, Jln. Nyai Ageng Arem-Arem. Peresmian itu dihadiri dan dilakukan sendiri oleh KH Mansur sebagai Ketua Cabang Surabaya.

Namun, Muhammadiyah di Gresik belum bisa berdiri sendiri, sebab, kedudukannya masih menjadi bagian dari Surabaya. Dan dalam perkembangan selanjutnya, saat Gresik sudah menjadi Kabupaten sendiri, saat itu Muhammadiyahnya pun ikut berdiri sendiri. Tidak lagi bergabung dengan Muhammadiyah Cabang Surabaya.

Rumah K.H. Abdullah Khatib, di kampung Kemuteran, Jln. Nyai Ageng Arem-Arem, itu seterusnya menjadi pusat kegiatan Muhammadiyah di Gresik.

Editor: Nabhan

Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds