Perspektif

Spirit Maulid dan Sumpah Pemuda

3 Mins read

Piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah) dan sumpah pemuda memiliki histori dan spirit yang sama. Berlatar belakang perbedaan namun punya visi yang sama  untuk menyatukan komponen masyarakat, memajukan peradaban untuk pencerahan semesta.

Bulan ini kita memperingati dua peristiwa penting dalam sejarah yang sarat dengan nilai dan pelajaran. Peringatan lahirnya seorang manusia yang berbudi luhur, berperangai santun disegani oleh kawan maupun lawan. Akhlaknya yang begitu mulia hingga namanya disanjung  dalam Al-Qur’an  “sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (QS. Al-Qalam {64}:4)

Tercatat sebagai manusia yang paling berpengaruh paling besar dan paling kuat dalam sejarah peradaban manusia. Buku dengan judul “The 100, A Ranking Of The Most Influential Persons In History” (100 Tokoh Paling berpengaruh di Dunia”), merupakan buku karya astrofisikawan Michael H. Hart yang diterbitkan pada tahun 1978. Buku ini menempatkan Nabi Muhammad saw di ranking teratas dari para tokoh dunia berpengaruh lainnya.

Sir George Bernard Shaw, dalam bukunya “The Genuine Islam” menyatakan “Muhammad adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kakinya di bumi ini. Dia membawa sebuah agama, mendirikan sebuah bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan sosial dan politik, mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan dinamis untuk melaksanakan dan mewakili seluruh ajarannya, dan ia juga telah merevolusi pikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yang akan datang”.

Pada bulan yang sama dangan jarak waktu yang hampir bersamaan kita juga memperingati Hari Sumpah Pemuda. Sebuah sejarah bangsa yang mampu mempersatukan seluruh komponen masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Sebuah sumpah yang dimotori oleh eleman pemuda bangsa yang merindukan bangsanya untuk bersatu dalam bingkai negara Indonesia.

Baca Juga  Mohammad Natsir dan Cita-cita Indonesia Emas 2045

Maulid dan Sumpah Pemuda

Memperingati maulid tentu bukan hanya memperingati kembali kelahiran nabi, namun juga bagaimana kita mengambil banyak pelajaran dari sisi-sisi kehidupan Rasulullah. Membaca kembali sirah Rasulullah maka akan banyak ditemukan hikmah pelajaran yang patut kita contoh dalam kehidupan bermasyarakat.

Salah satu kisah yang paling heroik di zaman nabi adalah ketika beliau hijrah ke Madinah. Sampainya di Madinah, Nabi Muhammad SAW mempertemukan tiga komponen besar masyarakat Madinah, yakni: Muslim, Yahudi, dan Musyrikin. Kaum Muslim terdiri dari Kaum Muhajirin dan Kaum Ansar; Kaum Muhajirin terdiri dari Bani Hasyim dan Bani Muthallib, sementara Kaum Anshar terdiri dari Bani Aus dan Bani Khazraj.  Kemudian Kaum Yahudi terdiri dari Bani Qaynuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah.  

Penyatuan komponen masyarakat ini kemudian menjadi sebuah dokumen yang disebut sebagai Mitsaq al-Madinah, yang lebih populer dikenal dengan nama Piagam Madinah. Piagam tersebut juga menjadi dasar hukum bagi kehidupan bermasyarakat di Madinah. Untuk itu, Piagam Madinah juga terkadang disebut sebagai Konstitusi Madinah.

Isi dari piagam Madinah ini adalah sebuah kesepakatan sosial politik untuk hidup damai dalam kebaragaman. Kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai keyakinan, perlindungan hak semua komponen masyarakat, dan keadilan sosial yang menyeluruh bagi setiap warga negara. Selain itu, semua komponen masyarakat memiliki tanggung jawab bersama untuk menjaga perdamaian, keamanan, dan persatuan negara Madinah.

Hasil kesepakatan dari Mitsaq al-Madinah (Piagam Madinah) akhirnya dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Kehidupan yang damai, adil, tentram, dan penuh keharmonisan. Jauh dari perselisihan dan peperangan. Di sinilah salah satu kehebatan Nabi Muhamad saw sebagai seorang rasul, seorang pemimpin, dan juga sebagai seorang nagarawan.  

Baca Juga  Peran Pesantren Melawan Konservatisme Media Sosial

Sejarah yang hampir sama yang juga diperingati di bulan ini. Yakni sebuah kisah peristiwa Kongres Pemuda Indonesia kedua yang diselenggarakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan yang melahirkan sebuah komitmen para pemuda Indonenesia yang menegaskan cita-cita akan ada “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”. Komitmen para pemuda yang peduli pada tanah airnya ini yang kemudian disebut sebagai peristiwa sumpah pemuda.

Sebuah peristiwa sejarah yang mempersatukan seluruh eleman bangsa yang dimotori oleh kalangan pemuda. Bersepakatnya anak bangsa dari berbagai latar belakang agama, suku, adat, dan budaya untuk membuat sebuah ikrar sejati. Ikrar untuk bersama mencintai tanah air Indonesia dan menjauhi segala bentuk perpecahan.

Hasil dari sumpah pemuda ini kemudian menjadi energi baru bagi para eleman masyarakat Indonesia untuk kemudian bangkit dan bersatu. Rasa cinta tanah air yang terpatri pada jiwa para pemuda di daerah kemudian bersama-sama mengangkat senjata mengusir para penjajah dari bumi pertiwi.

Spirit Persatuan

Nilai esensi sebuah kisah adalah bagaimana kita mampu untuk mengambil pelajaran dan berusaha mengaktualisasikan dalam kehidupan. Kisah Nabi Muhammad saw pada peristiwa Piagam Madinah dan kisah Sumpah Pemuda memberikan kita pelajaran tentang pentingnya  makna sebuah persatuan.

Sudah saatnya seluruh eleman bangsa memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga kesatuan dan persatuan. Segala bentuk kepentingan pribadi, kelompok, partai, dan golongan harus disingkirkan demi untuk kemajuan bangsa. Permasalahan bangsa masih begitu kompleks dan membutuhkan kebersamaan seluruh elemen masyarakat untuk menyelesaiakannya.

Akhirnya semoga momentum maulid dan sumpah pemuda makin menguatkan rasa kesatuan dan persatuan kita sebagai anak bangsa. Sehingga cita-cita luhur yang termaktub di butir pancasila yakni persatuan Indonesia betul-betul dapat kita nikmati. Semoga.

Baca Juga  Virus, Demit, dan Musyrik

Akhirnya semoga momentum maulid dan sumpah pemuda makin menguatkan rasa kesatuan dan persatuan kita sebagai anak bangsa. Sehingga cita-cita luhur yang termaktub di butir pancasila yakni persatuan Indonesia betul-betul dapat kita nikmati. Semoga.

Editor: Yahya FR

Furqan Mawardi
17 posts

About author
Dosen Universitas Muhammadiyah Mamuju, Pengasuh Pondok MBS At-Tanwir Muhammadiyah Mamuju
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds