Inspiring

Spiritualitas Kemanusiaan Seyyed Hossein Nasr

3 Mins read

Islam memiliki keterikatan tali yang erat dengan intelektual dan spiritual. Keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat dan merupakan dua bagian realitas yang sama. Spiritual Islam dapat diilhami dari intelektual yang secara tradisional dipahami. Mereka yang konsern dengan intelektual dalam khazanah kultur Islam dan mereka yang memperhatikan dunia spiritual membentuk paguyuban tunggal dengan saling tarik-menarik yang sangat mendalam satu sama lain.

Kenyataan ini secara pasti benar pada filososf-filosof Islam, yang telah dianggap oleh kebanyakan sarjana-sarjana Barat tentang Islam, sebagaimana elemen-elemen anti intelektual dalam dunia Islam menjadi peripheral dan diluar arus utama kehidupan intelektual Islam.

Apa itu Spiritualitas?

Bicara spesifik mengenai spiritualitas, ia merupakan kesadaran ruhani untuk berhubungan dengan kekuatan besar, merasakan nikmatnya ibadah, menemukan nilai-nilai keabadian, menemukan makna hidup, dan keindahan, membangun keharmonisan dan keselarasan dengan semesta alam, menangkap sinyal dan pesan di balik fakta, menemukan pemahaman yang menyeluruh dan berhubungan dengan hal-hal ghaib.

Menurut Baharuddin, konsep psikologi Islam ada istilah Ruh sebagai dimensi spiritual psikis manusia berdasarkan sisi psikis yang memiliki kadar dan nilai tertentu dalam sistem organisasi jiwa manusia. Dimensi spiritual jiwa dengan sifat-sifat ketuhanan dalam dirinya.

Spiritualitas merupakan jalan untuk menyelami lautan keanekaragaman secara integral (utuh) dan holistik (menyeluruh) sehingga dapat menangkap interrelasi, interdependesi, dan interkoneksi antar maujud-maujud baik secara vertikal maupun horizontal.

Islam tidak pernah lepas dari dunia spiritualitas ketuhanan yang disebut dengan istilah “tasawuf”. Ia tidak terbatas memberikan jalan dan metode untuk mensucikan dan mengutuhkan potensi agung kemanusiaan, namun ia juga menawarkan visi (vision, ru’yah) dan wawasan (insight, bashīrah) yang amat terang dan mencerahkan.

Ia juga merupakan hasil dari konseptualisasi atau pemikiran rasional-diskursif seperti filsafat dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Lebih daripada itu, spiritualitas Islam (tasawuf) merupakan hasil pengalaman eksistensial yang langsung dan hadir (ilmu hudhuri) dirasakan oleh para sufi dalam menjalin kontak dengan realitas Sejati (ultimate reality).

Spiritualitas Kemanusiaan Seyyed Hossein Nasr

Para pengkaji spiritualitas Islam telah eksis sejak beberapa abad yang lalu hingga masa sekarang, oleh karena itu, tidak bisa dipungkiri, sosok Seyyed Hossein Nasr menjadi salah satu seorang diantara sedikit pemikir muslim abad ke-20 yang menaruh perhatian terhadap perlunya kembali menghidupkan nilai-nilai tradisional (tasawuf) sebagai tawaran alternatif penyembuhan krisis manusia modern.

Baca Juga  Musdah Mulia, Pembela HAM dan Demokrasi yang Kontroversial

Seyyed Hossein Nasr termasuk pengkaji spiritualitas Islam era modernisasi berupa spiritualitas kemanusiaan dalam perspektif Islam. Paradigma spiritualitas kemanusiaan ini, Nasr berpendapat bahwa tasawuf adalah metode pengutuhan manusia, karena sesungguhnya keseluruhan program tasawuf, jalan spiritual atau tharīqah, ditujukan untuk membebaskan manusia dari penjara kemajemukan, mengobatinya dari kemunafikan dan membuatnya utuh, karena hanya dengan menjadi utuh manusia bisa menjadi mulia. Manusia mengakui keesan Tuhan (secara lahiriah) namun sesungguhnya dia hidup dan bertindak seakan memiliki banyak tuhan.

Mereka yang terjangkit dosa politeisme atau syirik, terjangkit kemunafikan karena berbedanya antara pengakuan dengan tindakan. Tasawuf mencoba menelanjangi syirik (yang tersembunyi) ini dan mengobati jiwa dari penyakit yang parah ini. Tujuannya adalah mengembalikan keutuhan manusia sebagaimana ketika dia berada dalam taman firdaus (keadaan primordial, fitrah). Dengan kata lain, tujuan tasawuf adalah pengutuhan manusia dengan seluruh kedalaman dan keluasan eksistensinya, dengan seluruh kekuasan yang tercakup dalam kodrat manusia universal (al-insān al-kāmil) (Heriyanto 2018, 154-155).

***

Dalam artikelnya ―Tasawuf dan Keutuhan Manusia (Sufism and The Integration of Man), Nasr menerangkan secara sistematis bagaimana tasawuf dapat membuka jalan pencerahan pemikiran, pensucian jiwa, dan pemuliaan martabat kemanusiaan manusia modern yang terpapar kehampaan spiritualitas, krisis makna hidup, keterpilahan akal-hati-jasmani, keterbelahan jiwa, kesimpangsiuran pemikiran (sebagai efek dari fragmented knowledge), dan keretakan pengetahuan dan tindakan.

Hal menarik dari uraian Nasr yang perlu dipahami bahwa orang yang telah mencapai keutuhan potensi-potensi kemanusiaannya dan telah sembuh dari pelbagi gejala penyakit krisis spiritual yang disebutkan di muka tidak disebabkan oleh hilangnya segala tantangan dan masalah kehidupan konkrit sehari-hari, tetapi disebabkan oleh kemampuan orang tersebut untuk mentransendensikan pelbagai masalah dan kesulitan yang selalu hadir dalam kehidupan di dunia ini.

Baca Juga  Abdullah Sungkar, Tokoh Jamaah Islamiyah

Individu yang tidak hidup dalam keterkotakan eksistensial yang terpecah-belah, ia memiliki pikiran dan tindakan yang semuanya lahir dari pusat (kesadaran) yang tunggal dan berdasar atas serangkaian prinsip-prinsip yang tak berubah. Dia telah sembuh dari kemunafikan (perbedaan antara kata dan laku) yang menjangkiti banyak manusia saat ini karena tirai yang berlainan (the veil of otherness) yang menutupi cahaya batin telah tersingkir; seperti matahari, dia akan memancarkan cahanya di manapun dia berada (Heriyanto 2018, 154-155).

***

Di akhir uraiannya, Nasr menulis, integrasi yang dicapai oleh spiritualitas Islam (tasawuf) adalah esensi cita Islam, terwujudkan dengan suatu cara sedemikian sehingga ia selalu menjadi contoh terbaik bagi masyarakat Islam. Karena cara terbaik untuk mengintegrasikan masyarakat manusia harus dimulai pertama-tama dengan menjadikan diri manusia yang utuh (integrated oneself). Keutuhan tersebut menjadikan dirinya tampak berwujud dan ia menyadari eksistensi sebagai makhluk yang memiliki keterikatan kuat dengan Tuhan.  

Individu tersebut tidak dapat berbuat baik sebelum seseorang itu baik; sebuah kebenaran yang sangat sederhana tapi prinsip abadi, yang sering dilupakan manusia dunia modern. Demikian juga, seseorang tidak akan dapat menyelamatkan yang lain jika dia tidaklah pertama-tama menjadi orang yang selamat. Oleh karena itu, metode integrasi yang terkandung dalam tasawuf tidak hanya mengenai individu-individu yang dipengaruhinya melainkan juga cahayanya memancar ke seluruh masyarakat dan merupakan sumber tersembunyi untuk regenerasi akhlak Islam dan integrasi komunitas Islam (Heriyanto 2018, 155).

Dengan demikian, jelas pemahaman spiritualitas kemanusiaan dari Seyyed Hossein Nasr dengan konsep integrasinya. Integrasi (keutuhan) dalam diri manusia merupakan pencapaian yang sangat baik bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Dampak positif bisa berpengaruh kepada lingkungan alam dan masyarakat yang hidup di sekitarnya.

Baca Juga  Gus Yahya: dari Jubir Gus Dur hingga Jubir Islam Moderat Internasional

Prinsip integritas yang dipegang oleh individu tersebut melahirkan keniscayaan nilai ketuhanan yang memancar saat manusia yang lainnya dalam keadaan terpuruk, sehingga dengan eksistensi spiritualitas kemanusiaan ini akan membuat kehidupan menjadi lebih baik, karena memang prinsip spiritualitas ini mengikat kepada nilai ketuhanan dan moralitas Islam atau akhlakul karimah.

Editor: Soleh

Johan Septian Putra
38 posts

About author
Mahasiswa Pascasarjana Prodi Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Inspiring

Rabiah Al-Adawiyah, Bukti Sufi Tak Harus dari Laki-Laki

3 Mins read
Rabiah Adawiyah, yang juga dikenal sebagai Rabiah Al-Basri, adalah salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah tasawuf (mistisisme Islam). Lahir sekitar tahun 717…
Inspiring

Kala Greta Thunberg Berjumpa Paus Fransiskus

3 Mins read
Greta Thunberg telah menjadi ikon global dalam gerakan melawan perubahan iklim. Aktivismenya yang dimulai dari aksi mogok sekolah di depan gedung parlemen…
Inspiring

Ketika Al-Ghazali Membela Al-Hallaj

3 Mins read
Ketika membahas tokoh-tokoh sufi dalam sejarah Islam, dua nama yang tidak bisa diabaikan adalah Al-Ghazali dan Al-Hallaj. Keduanya memiliki kontribusi besar dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds